Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Angelica Pardede Tewas Dimakan Kanibal?

1 April 2016   12:16 Diperbarui: 1 April 2016   13:33 2030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Angelica Pardede yang tinggal tulang-belulang (Dok: Riaupos.com)"][/caption]Kepolisian Daerah Riau hingga saat ini masih terus bekerja keras untuk mengungkap penyebab Angelica Pardede yang sudah jadi tulang-belulang di semak belukar. Bocah berusia 11 tahun yang ditemukan tewas dan sudah menjadi tulang-belulang. Kerangka tubuh korban ditemukan di dalam semak belukar yang lokasinya berjarak 10 kilometer (Jalan Lintas Timur KM 15)-  dari rumah korban. Keterangan seorang saksi anak , korban dibonceng dengan sepeda motor oleh laki-laki hitam, berbadan kurus dan tinggi. Polisi pun menduga-duga bahwa Angelica Pardede tewas akibat menjadi korban pembunuhan dan mutilasi. Tudingan polisi Riau bahwa menjadi korban pembunuhan dan mutilasi bisa menimbulkan berbagai macam kemungkinan dalam kasus ini. Ada 7 alasan hukum yang menimbulkan berbagai kemungkinan.

Pertama. Angelica Pardede yang berusia 11 tahun ini ditemukan sudah menjadi tulang belulang di semak belukar dan jarak ditemukannya tulang belulang ini adalah 10 kilometer. Berdasarkan pemerikaan antemortem cocok dengan korban. Coba kita pahami secara lahan perlahan secara hukum, dengan tanpa adanya saksi yang melihat langsung tudingan Polda Riau yang menuding korban dibunuh dan dimutilasi adalah tak beralasan secara hukum. Sebab ketika seorang korban pembunuhan sekaligus korban mutilasi hampir mustahil pelaku pembunuhan dan mutilasi itu mengoyak atau mengambil habis daging yang merekat di rongga-rongga tulang pada tubuh korban.

Kedua. Menjadi mustahil karena tujuan dari pemutilasian adalah untuk menyulitkan polisi untuk mengungkap pelakunya. Pada umumnya dalam kasus pembunuhan disertai mutilasi adalah tubuh korban hanya dipotong menjadi beberapa bagian saja dan dibuang di bererapa lokasi. Yang terjadi justru tulang belulang, termasuk tulang tengkorak meliputi tulang tengkorak bagian kepala, tangan, kaki, belakang pun berserakan satu lokasi yang jaraknya 10 kilometer dari rumah korban. Aneh bin ajaib jika dilaporkan hilang sejak 9 Maret lalu dan ditemukan pada 23 Maret sudah menjadi tulang-belulang di semak-belukar.

Ketiga. Jika memang benar Angelica Pardede adalah korban pembunuhan sekaligus mutilasi , yang menjadi pertanyaan besarnya adalah kemanakah organ tubuh yang ada di dalam tubuh korban itu dibawa pelaku atau disembunyikan dimanakah organ-organ tubuh itu ? otak, Ginjal, jantung, hati, empedu, alat kelamin. Dimanakah keberadaan organ tubuh tersebut? menjadi aneh jika Polda Riau menuding telah terjadi pembunuhan sekaligus mutilasi jika tanpa disertai alasan hukum yang kuat. Korban sudah tidak lagi menjadi mayat tetapi sudah menjadi tulang tengkorak, termasuk pula ditemukan tulang tengkorak bagian kepala yang hanya tersisa bagian rongganya saja, pertanyaan selanjutnya adalah kemanakah rambut, daging dibagian telinga, hidung, mulut, gigi, mata dari korban? Tentu Polda Riau tak bisa serta merta langsung menuding telah terjadi pembunuhan disertai mutilasi jika belum bisa menjawab dimanakah keberadaan organ tubuh korban tersebut.

Keempat. Lokasi ditemukannya tulang belulang korban adalah di semak-belukar. Apakah Polda Riau tak pernah berpikir sedikit pun kalau di semak belukar biasanya ada binatang buas seperti harimau dan singa yang selalu mondar-mandir mencari mangsa. Menjadi mengarah ke binatang buas bukan tanpa alasan, karena yang menjadi alasan utama penulis berpikir hingga ke jauh kesana adalah hilangnya semua daging-daging yang merekat dalam rongga tubuh korban. Binatang buas jika sudah menemui mangsanya , semua tahu pasti akan dikoyak habis pada bagian dagingnya. Ini selaras dengan tidak ditemukannya bagian vital lainnya seperti mata, telinga, hidung yang hilang lenyap entah kemana.

Kelima. Locus delicti dari ditemukannya tulang-belulang tersebut tidak ditemukan darah. Sampai disini kasus ini kian membuat Polda Riau harus bekerja ekstra lebih keras lagi. Karena hampir mustahil pula jika tak ditemukan ceceran darah disekitar lokasi kejadian. Di sepanjang semak-belukar yang ditemukan tulang belulang korban pun tak ditemukan benda tumpul termasuk juga tak ditemukan pedang, pisau maupun alat sayat lainnya yang bisa menyasat habis daging korban. Makin aneh lagi karena tulang belulang ini hanya ditemukan pada satu titik, yakni tepat 10 kilometer dari rumah korban. Jika benar menjadi korban pembunuhan sekaligus mutilasi, yang jadi pertanyaan besarnya adalah mengapa sampai tinggal tulang tengkorak saja, mengapa tidak ada satu pun tanda atau jejak-jejak kalau korban benar-benar dibunuh?

Keenam. Jika memang benar saksi yang merupakan seorang anak yang melihat koban di bonceng oleh seorang berbadan hitam, tinggi, kurus, Maka korban yang sudah ditemukan tinggal tulang-belulang yang tulang-belulangnya berserakan pada satu titik tepat 10 kilometer dari rumahnya, maka ada pula kemungkinan yang membonceng korban adalah kanibalisme. Tempat yang dipilih jika yang membonceng korban adalah kanibal maka tepat jika memilih semak-belukar karena di dalam semak-belukar seorang kanibal bisa langsung mengoyak habis dan menyantap daging termasuk organ tubuh korban tersebut. Tetapi sekali lagi untuk point ini masih diperlukan penyelidikan yang sangat mendalam.

Ketujuh. Jika seorang saksi yang juga teman korban melihat bahwa korban dibonceng oleh lelaki berbadan hitam, tinggi dan kurus, maka ada pula kemungkinan bahwa korban sengaja dibawa dan dibonceng menggunakan sepeda motornya lalu kemudian ditinggalkan di semak belukar yang jaraknya cukup jauh yakni 10 kilometer. Berhubung ini semak belukar maka ada kemungkinan lelaki hitam, tinggi, kurus itu berniat menculik korban dan lalu meninggalkannya di semak belukar. Dengan keyakinan yang muncul di dalam diri pelaku bahwa korban pasti tidak bisa pulang karena korban ditinggalkan begitu saja di tengah-tengah semak belukar yang biasanya terdapat binatang buas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun