Mohon tunggu...
....
.... Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Analis Politik-Hukum Kompasiana |

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ahok Makin Berbunga, Cak Imin Ikuti Megawati, Ahmad Dhani Kena Lempar

27 Maret 2016   10:19 Diperbarui: 28 Maret 2016   14:37 4360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok menyampaikan pidatonya saat Deklarasi dukungan Partai Hanura di Jakarta, 26 Maret 2016. ANTARA FOTO"][/caption]Ibarat bunga mawar di taman bunga yang terus disirami air, maka bunga mawar itu makin tinggi tumbuhnya dan makin mekar serta makin cantik terlihat. Siapa saja yang melihat bunga mawar tersebut tentu berusaha menggapainya karena keharuman, kecantikan dan keindahan yang terpancar dari mawar yang memiliki warna dan harum yang khas itu. Ahok saat ini bisa dikatakan ibarat bunga mawar merah yang terus disirami dan Ahok pun makin hari akan makin bermekaran dan memunculkan keindahan dimana-mana.Hari demi hari, dukungan untuk Ahok agar Ahok memimpin kembali Ibu Kota makin tidak terbendung lagi.

Daya gedor yang dipersembahkan secara khusus oleh NasDem lalu kemudian disusul Hanura serta dominasi kekuatan ‘Teman Ahok’ pun makin menunjukkan bahwa Ahok makin hari makin mekar. Ini terjadi karena semakin banyak warga DKI Jakarta yang sangat mencintai bunga mawar yang mekar dan memberikan keindahan bagi sekeliling orang yang melihatnya.

Mekarnya bunga mawar yang dianalogikan sebagai Ahok disini adalah sebagai bukti nyata bhawa masyarakat DKI Jakarta memang membutuhkan Jakarta yang makin hari makin indah dan tertata cantik seperti halnya bunga mawar yang memperlihatkan kecantikannya di sekeliling taman bunga maupun taman belakang rumah. Sungguh indah dan cantik.

Euforia masyarakat DKI Jakarta yang datang berbodong-bondong ke stand-stand ‘Teman Ahok’ makin menunjukkan bahwa masyarakat DKI Jakarta masih menginginkan agar DKI Jakarta makin ‘’Indah’’ dikemudian hari jika dipimpin oleh sosok yang memang bisa membuat Jakarta makin indah, cantik dan makin menarik minat banyak orang untuk mengunjungi Jakarta. Masyarakat DKI yang datang berbondong-bodong ke stand-stand ‘Teman Ahok’’ disini bisa dianalogikan sebagai kelompok orang-orang yang setiap hari ingin terus menyirami bunga mawar, menjaganya, agar bunga mawar itu makin bermekaran, makin indah mengelilingi Jakarta, dan makna dari analogi itu tak lain adalah terciptanya Jakarta yang baru.

Jika Ahok yang makin hari makin mekar dan membuat orang yang melihat mekar indah dan cantiknya bunga mawar itu membuat orang menjadi tertarik untuk memilikinya. Analogi tersebut berbeda dengan Ahmad Dhani saat ini. Jika Ahok dianalogikan sebagai bunga mawar merah yang sedang bermekaran, sangat cantik , indah dan harumnya semerbak. Tentu Ahmad Dhani saat ini sedang mengalami nasib yang sangat sial.

Ahmad Dhani terus disenggol oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sedari awal menurut Dhani sudah menyatakan dukungannya terhadap hanya Dhani seorang. Tetapi beberapa hari terakhir, kemesraan antara Dhani dan PKB sudah tak lagi terlihat, hal ini terjadi dikarenakan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sudah terbaca jelas tidak lagi memprioritaskan Dhani sebagai calon yang hendak didukungnya. Dan Dhani pun makin disenggol oleh PKB. Yang terjadi justru Dhani tidak mampu menahan senggolan maut yang mematikan dari PKB itu.

Yang terjadi justru sebaliknya. Ahmad Dhani menyenggol Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sudah bisa dipastikan akan segera merapat ke Ahok sehingga Ahok ibarat bunga mawar yang makin mekar karena makin banyak orang yang menginginkan mawar merah menjadi mekar, memberikan keindahan bagi sekeliling orang yang melihatnya.

Ancaman Dhani yang akan meninggalkan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk selamanya adalah sebagai bentuk senggolan lemah Dhani terhadap PKB yang telah lebih dulu menyenggol keras Dhani sehingga Dhani sudah bisa dipastikan akan dipaksa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk lempar handuk dalam memperebutkan kursi DKI-1.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tentu sangat berhitung jika ingin mengambil keputusan dalam mengusung maupun mendukung calon Gubernur DKI Jakarta, sebab jika PKB salah ambil keputusan, Maka PKB bisa dipastikan akan kehilangan banyak suara pada Pilkada serentak 2017 dan puncaknya pada Pileg 2019.

Saat ini adalah moment yang paling tepat bagi partai politik yang sedang berjuang untuk naik menjadi partai papan atas. Tentu PKB diyakini akan meniru atau mengikuti langkah NasDem dan Hanura yang telah lebih dulu makin membuat masyarakat Ibu Kota bahagia, senang dan diberikan sebuah harapan akan perubahan dan keindahan Ibu Kota akan segera terwujud. Karena bagi PKB mengusung Dhani sama saja menaiki mobil tua yang sudah mogok-mogok.

Tentu PKB yang dikomandoi Muhaimin Iskandar tidak mau menaiki mobil yang sudah tua dan sering mogok-mogok, karena hal ini akan berdampak sangat serius bagi perjalanan politik PKB kedepannya. Menaiki atau menumpangi mobil tua yang sudah tua dan mogok-mogok sama saja membuat PKB berjalan lamban,dan kalah dalam bersaing secepat mungkin dengan kendaraan-kendaraan lainnya yang sudah memacu laju kecepatan yang sangat tinggi, yakni hingga kecepatan maut, 150 KM/Jam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun