[caption caption="Presiden Rusia, Vladimir Putin (Dok: Reuters.com)"][/caption]Nampaknya Presiden Rusia, Vladimir Putin sudah benar-benar geram dengan sikap keras kepala dari Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan yang menolak mentah-mentah untuk menyatakan permintaan maafnya kepada Rusia, Terkait tindakan sembrono jet F-16 milik Turki yang dengan mudahnya menembak jatuh jet tempur Rusia, SU24 tanpa memikirkan bahwa tindakan tersebut hanya akan meningkatkan ketegangan hubungan antar kedua negara.
Dari sisi politik, Tindakan berani sekaligus sembrono tersebut dinilai sebagai suatu tindakan Turki yang sudah mulai merasakan kegamangan yang luar biasa akibat invasi Rusia di Suriah yang membuat Turki merasa bahwa eksistensi Koalisi Amerika Serikat bakal tak nyaman, Jika Beruang merah juga ikut menginvasi wilayah Suriah, yang mana diketahui bahwa wilayah Suriah sudah dikuasai 85% oleh kelompok militan ISIS.
Bukti tak nyaman itu makin terang benderang setelah sehari manuver jet tempur sukhoi Rusia yang menghancurkan ratusan tangki berisi minyak milik militan ISIS di Suriah Timur, dan sehari pasca penghancuran tangki berisi minyak tersebut, Turki langsung membalasnya dengan menembak jatuh pesawat tempur jenis sukhoi SU-24 milik Rusia yang tengah bermanuver di wilayah Suriah Timur.
Turki berdalih Rusia melanggar wilayah udaranya, Tapi fakta dilapangan tak mengatakan demikian. Kopilot yang selamat dari insiden tersebut mengaku sama sekali tidak benar jika Turki menyebut ada peringatan hingga 10 kali dari radar udara otoritas Turki, bahwa pesawat tempur itu melanggar wilayah udara Turki.
Apalagi sebelumnya diketahui juga bahwa Turki berkomplotan dengan kelompok militan ISIS menjual minyak yang dikuasai ISIS dari ladang minyak di Suriah ke pasar Turki, dan jika kita menggunakan logika dan akal sehat, Maka sesungguhnya dapat pula terbaca bahwa semua negara yang tergabung dalam Koalisi Amerika Serikat, yang meliputi: Amerika Serikat, Belanda, Australia, Inggris, Prancis, Saudi Arabia, Qatar, Kanada, Denmark, dan Yordania pun diduga kuat ikut mengambil untung dari penguasaan ladang minyak oleh ISIS di wilayah Suriah, dengan berdalih turut menghancurkan ISIS.
Tapi dibelakang panggung, panggung sandiwara yang dimainkan oleh Turki beserta teman koalisinya ternyata ikut menikmati keuntungan dari ISIS, yang merupakan peliharaan dari Koalisi Amerika Serikat. Mungkin bagi negara yang kaya minyak, salah satunya Saudi Arabia tidak ikut menikmati minyak itu, Karena di pasar Saudi Arabia tentunya cadangan minyak nasional atau kebutuhan minyak nasional Saudi Arabia sudah melebihi kebutuhan, Namun tak menutup kemungkinan pula bahwa Saudi Arabia ikut ambil untung dari penguasaan minyak tersebut.
Tujuannya jelas Saudi Arabia ingin terus meningkatkan penguasaan minyak sebesar-besarnya di Timur Tengah, Makanya ISIS pun dibentuk, hingga digelontorkan dana yang sangat besar agar ISIS tetap eksistensi di Timur Tengah, yang menjadi  salah satu sumber minyak terbesar didunia, katakanlah demikian. Selain itu sanksi ekonomi yang resmi dijatuhkan Rusia terhadap Turki jelas akan sangat memukul perekonomian Turki, Apalagi diketahui Rusia selalu mengimpor makanan, minuman, sayuran, buah-buahan dan produk impor lainnya dalam jumlah yang cukup besar dari Turki, dan yang paling terpukul akibat kebijakan tegas Presiden Putin disini adalah pariwisata Turki.
Sebagaimana diketahui bahwa, Pariwisata Turki selalu didominasi oleh wisatawan asing asal Rusia, dan kini Rusia sudah melarang warga negaranya untuk bepergian ke Turki dengan alasan apapun. Bahkan sebuah asosiasi pabrik pertahanan Rusia, yang meliputi senapan Kalashnikov, tank armada, dan sistem rudal buk telah merekomendasikan anggotanya untuk menangguhkan membeli bahan dari Turki. Kerugian atas penagguhan tersebut mencapai ratusan juta dollar AS, dan kerugian inilah yanh harus dipikul Turki akibat kebodohannya yang menembak jet tempur sukhoi SU-24 milik Rusia, saat pesawat tempur tersebut sedang berusaha menghabisi ISIS di Timur Tengah.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan tampaknya sudah mengalami kegamangan yang luar biasa akibat sanksi ekonomi yang dijatuhkan oleh Rusia tersebut. Erdogan yang awalnya ingin mengadakan pertemuan dengan Presiden Putin di Prancis dalam rangka memulihkan hubungan bilateral kedua negara batal dikarenakan Putin tidak mau menjawab telepon dari Presiden Turki tersebut.
Tak putus asa dan mengambarkan bahwa secara psikologis, Presiden Turki, Recep Tayyep Erdogan makin kelihatan sedang merasakan ketakutan dan kecemasan yang luar biasa pasca sanski ekonomi yang dijatuhkan Rusia tersebut. Bukan tanpa alasan, Ketakutan dan kecemasan Presiden Erdogan sangatlah wajar karena selama ini bisa dibilang Rusia yang selalu membantu perekonomian Turki yang sektor pariwisata hingga impor makanan, minuman hingga produk lainnya terbantu oleh Rusia yang selalu mengimpor dari Turki.
Dan kini semuanya sudah berakhir, Presiden Putin dengan ketegasannya, Resmi menjatuhkan embargo ekonomi dan perdagangan kepada Turki karena dianggap sudah berani melawan dan menentang kebijakan invasi Rusia di Timur Tengah. Dan kini diyakini benar, Turki akan merasakan penyesalan yang amat mendalam, Karena akibat tindakan bodohnya tersebut, Ratusan juta dollar pun urung draih Turki.