Mohon tunggu...
-
- Mohon Tunggu... Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Jayabaya -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

-

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Arab Saudi Mengamuk dan Akan Luluhlantakan Suriah

20 Desember 2015   18:33 Diperbarui: 20 Desember 2015   20:12 3222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Menteri Pertahanan Arab Saudi sekaligus Putra Mahkota, Mohhamed bun Salmanmengumumkan aliansi baru untuk memerangi terorisme (Dok: AFP)"][/caption]Secara mengejutkan ditengah tekanan Internasional terhadap Arab Saudi untuk menghentikan serangan-serangan udaranya ke Suriah, Kini Arab Saudi, Secara mendadak pula sudah sepakat dengan 34 negara mayoritas berpenduduk muslim untuk membentuk koalisi militer untuk menghajar basis-basis dan kamp-kamp kelompok teroris paling ekstrem di abad 21, ISIS. Namun pembentukan koalisi militer yang didalamnya terdapat 34 negara muslim tersebut agak sedikit mengkhawatirkan, Pasalnya setelah koalisi yang dipimpin oleh Arab Saudi tersebut terbentuk, Hari ini mendadak muncul ancaman serangan dari kelompok militan ISIS yang ditunjukan pada Arab Saudi. Bahkan ISIS menyebut 34 negara yang tergabung dalam koalisi Saudi adalah bodoh.

‘’Dengan seizin Allah, aliansi ini akan menjadii awal runtuhnya pemerintah-pemerintah tiran penindas di tanah-tanah Islam,’’ demikian tulisan publikasi ISIS sebagaimana yang dilansir dari kantor berita Reuters, Minggu (20/12/2015).

Dalam sebuah publikasi mingguan dengan menampilkan kegiatan militernya, ISIS menyebut Saudi dan Koalisi Islam dari 34 negara itu sebagai “orang-orang bodoh”, sebagaimana dikutip dari Reuters.com, Minggu (20/12/2015).

Pembentukan koalisi militer ini diumumkan langsung oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman. Dalam pengumuman tersebut Pangeran Mahkota tersebut menyatakan bahwa koalisi tersebut akan berbasis di Riyard, Saudi akan mengkoordinasikan bantuan bersama antiterorisme di seluruh negara-negara Islam. Adapun 34 negara yang masuk dalam koalisi besar yang dikomadoi Arab Saudi meliputi: Arab Saudi, Yordania, Uni Emirat Arab (UEA), Pakistan, Bahrain, Bangladesh, Benin, Sierra Leone, Togo, Tunisia,, Djibouti, Guinea, Palestina, Republik Federal Komoro, Qatar, Libya, Maladewa, Mali, Malaysia, Mesir, Maroko, Nigeria, Yaman, Libanon, Kuwait, Cote d’Voire dan Mauritania

‘’Negara-negara yang disebutkan di sini telah memutuskan pembentukan aliansi militer yang dipimpin Arab Saudi untuk memerangi terorisme, dengan pusat operasi gabungan yang berbasis di Riyard untuk berkoordinasi dan mendukung operasi militer’’, demikian pengumuman yang disampaikan Putra Mahkota Arab Saudi, Mohhamed bin Salman sebagaimana yang dikutip dari laman Reuters.com

Namun pembentukan koalisi tersebut meninggalkan pertanyaan besar yakni tidak dimasukannya Iran ke dalam koalisi bentukan Arab Saudi tersebut. Kecurigaan akan ada kepentingan tersembunyi Arab Saudi makin terbuka setelah pernyataan Menteri Luar Negeri Perancis, Laurent Fabius yang menyebut bahwa perundingan damai antara pemerintah Suriah dengan kubu oposisi bisa berhasil jika ada jaminan yang kredibel, yakni Presiden Suriah, Bashar al Assad yang harus lengser. Jika dkaitkan dengan pernyataan Menlu Perancis, Maka pembentukan koalisi besar Arab Saudi tersebut tak lain tujuannya bisa jadi untuk memperkuat daya gedor bagi Koalisi Amerika Serikat yang selama ini hanya berisikan 10 negara saja, Termasuk didalamnya ada Perancis dan Arab Saudi, yang sekarang mencoba mengalihkan perhatian dari keterlibatannya dalam upaya untuk menggulingkan Assad.

Kecurigaan makin menjadi-jadi setelah koalisi yang berisikan semua negara Islam di dunia tersebut tidak mengajak maupun memasukan Iran sama sekali ke dalam koalisi bentukan kerajaan Arab Saudi tersebut. dan perlu diketahui bahwa saat ini Iran tergabung dalam koalisi yang dipimpin oleh Rusia dalam upayanya untuk mengamankan Assad dari upaya penggulingan yang terus dilakukan oleh Koalisi Amerika Serikat yang didalamnya terdapat pula Arab Saudi, yang kini mencoba memperkuat daya gedor dan serangannya dengan membentuk koalisi besar,yang menurut kerajaan Saudi untuk memberangus semua kelompok teroris di dunia, termasuk Boko Haram di Afrika.

Namun jika melihat startegai yang dirancang oleh Saudi yakni dengan meninggalkan Iran yang merupakan sekutu Rusia dan Suriah, Maka makin jelas terbaca bahwa pembentukan koalisi tersbut tak lain adalah untuk membantu koalisi Amerika Serikat agar berhasil menggulingkan Assad dari kursi kepresidenan Suriah. Alasan ini bukan mengada-ada, Iran sebagai negara muslim seharusnya juga diajak jika Koalisi besar bentukan Saudi tersebut memang benar bertujuan untuk menghajar kelompok-kelompok teroris di dunia.

Terkecuali Indonesia yang memang memiliki alasan yang kuat dalam penolakan ajakan Saudi tersebut, Yakni pemerintah Indonesia tidak akan masuk atau melibatkan militernya dalam upaya penumpasan teroris sebagaimana yang terus dikumandangkan oleh Saudi, Karena pemerintah Indonesia sesungguhnya sangatlah pintar dan cerdas dalam membaca maksud dan tujuan Saudi tersebut, Bagi Indonesia bergabung dalam koalisi tersebut sama saja ingin membuat Indonesia terperangkap dalam permainan antara Amerika Serikat dan Arab Saudi yang sama-sama membentuk koalisi untuk mewujudkan kepentingan mereka yakni menggulingkan Assad.

Namun jika dicermati lebih jauh atas pembentukan koalisi besar tersebut, Bukan hanya keanehan karena Saudi meninggalkan Iran, Namun juga tidak selaras dengan kesepakatan untuk mengakhiri krisis di Suriah, sebagaimana yang sudah disepakati di New York, Amerika Serikat, Jumat (18/12/2015). Dalam kesepakatan tersebut, dua faksi di Libya juga sudah sepakat untuk menghentikan segala macam bentuk kekerasan di Suriah.

Dalam kesepakatan yang telah disepakati dan tanpa ada hak veto yang digunakan oleh negara-negara yang menjadi anggota tetap PBB ( Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, Inggris, dan Perancis), telah disepakati bahwa akan dilakukan gencatan senjata antara Damaskus dan kubu oposisi, dan diberikan waktu dua tahun lagi untuk Suriah menciptakan pemerintahan yang bersatu dan menggelar pemilihan umum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun