[caption caption="Golkar pecah dua (Ilustrasi Ricky Vinando)"][/caption]
Pembentukan tim transisi yang dilakukan oleh partai Golkar kembali memicu persaingan sengit antara dua kubu Golkar. Golkar Munas Bali mengecam keras pembentukan tim transisi Golkar yang bersifat ad hoc tersebut, dan bahkan Ketua Umum Golkar Munas Bali, Aburizal Bakrie pun menyatakan tak akan menerima semua usulan yang diusulkan oleh tim transisi yang diketuai oleh Jusuf Kalla tersebut. Alasannya bagi Golkar Munas Bali, Kepengurusan Golkar Munas Riau yang membentuk tim transisi ad hoc tersebut sudah demisioner. Penolakan yang dilakukan oleh Golkar hasil Munas Bali adalah sesuatu yang wajar dikarenakan sebelumnya Golkar hasil Munas Bali tanpa koordinasi dan dialog, langsung melakukan perombakan komposisi Golkar di DPR. Dan jika tak menolak semua usulan tersebut, Maka semua posisi strategsi yang diatur oleh Setya Novanto dan Aburizal Bakrie akan kembali dibongkar.
Aburizal Bakrie wajar jika menentang keras keputusan Golkar dan senior Golkar yang memutuskan membentuk tim transisi ad hoc untuk menyelamatkan dua kubu Golkar yang hingga kini masih belum bisa didamaikan. Melalui tim transisi tersebut Golkar diharapakan bisa bersatu kembali, Namun harapan akan Golkar bisa didamaikan makin pupus, lantaran sikap Aburizal Bakrie yang tetap koppig dan menolak semua usulan tersebut dan dimana salah satu point penting dari terbentuknya tim transisi tersebut tak lain adalah untuk melakukan perombakan kembali terhadap komposisi Golkar di DPR, dan juga MPR.Â
Perombakan tersebut sangat berpotensi menyingkirkan posisi Setya Novanto yang sebelumnya sudah menyusun strategi yakni dengan mendudukan semua loyalis-loyalisnya yang sudah bekerja keras dan mati-matian membelanya saat Mantan Ketua DPR-RI tersebut dihadapkan ke persidangan etik oleh banyak pihak akibat skandal ‘’Papa Novanto yang meminta saham Freeport. Selain itu pula seusai terbentuknya tim transisi ad hoc tersebut, kubu yang selama ini sudah hampir merapat ke pemerintahan Presiden Jokowi , yakni kubu Agung Laksono langsung menyambut baik pembentukan tersebut, Namun lagi-lagi upaya Agung untuk dapat memenangi pertarungan antara Golkar Munas Ancol dan Golkar Munas Bali makin pupus, hal ini terjadi seiring makin ngototnya Golkar Aburizal Bakrie yang sekali tidak terima dengan keputusan pembentukan tim transisi yang bersifat ad hoc tersebut.
Selain itu juga tim transisi Golkar juga sudah memutuskan akan menyelenggarakan Munas rekonsiliasi yang rencananya akan diselenggarakan pada Maret mendatang. Upaya ini terus dilakukan oleh para sesepuh Golkar, karena apa yang terjadi pada Golkar saat ini menunjukkan betapa kuatnya dominasi Aburizal Bakrie sehingga  tak ada cara lain selain melengserkan Aburizal Bakrie melalui Munas rekonsiliasi, karena segala cara yang dilakukan oleh sesepuh Golkar selama ini berakhir dengan kegagalan untuk menghentikan langkah Aburizal Bakrie. Yang ada justru Aburizal Bakrie makin menantang dan menentang keras segala upaya penyelenggaraan Munas tersebut.
Namun diyakini bahwa penyelenggaraan Munas rekonsiliasi yang akan diselenggarakan pada Maret mendatang akan kembali mendapat ganjalan dan jegalan yang luar biasa dari kubu Golkar Munas Bali mengingat Golkar Munas Bali akan melakukan berbagai cara untuk kembali menggagakan misi sesepuh Golkar yang bisa dipastikan akan berhasil melengserkan Aburizal Bakrie jika Munas Rekonsliasi tersebut berhasil terselenggara. Karena salah satu cara menyelamatkan Golkar adalah dengan melengserkan AburizalBakrie.
Namun bagi Aburizal Bakrie posisinya sebagai Ketua Umum harus tetap ia pegang hingga akhir hayatnya, ini terlihat jelas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh sesepuh Golkar pun ia tentang dan dilawannya, Bahkan Nurdin Halid yang juga orang kepercayaan Golkar beberapa waktu yang lalu juga dengan mudahnya menegur sesepuh Golkar, Akbar Tandjung terkait desakan Munaslub atau Munas bersama yang selalu digaung-gaungkan oleh sesepuh Golkar tersebut.
Dari sikap-sikap yang terus dipertontonkan oleh Golkar Munas Bali ini jelas makin menggambarkan bahwa sesungguhnya Golkar sudah tidak dapat diselamatkan lagi lantaran sikap Aburizal Bakrie yang sama sekali tidak mendukung upaya penyelamatan Golkar. Dan terkait dengan konflik Golkar yang tak kunjung usai ini , Mahkamah Konstitusi yang salah satu kewenangannya adalah membubarkan partai politik seharusnya bergerak cepat untuk segera mengambil sikpa terhadap pembubaran partai Golkar, karena apa yang terjadi pada Golkar saat ini merupakan salah satu contoh bahwa ada yang salah dengan sistem multipartai yang dianut Indonesia.
Dengan memiliki banyak partai, bisa dipastikan gesekan-gesekan internal akan terjadi, karena konflik Golkar menjadi contoh nyata bagaimana Golkar hancur lebur akibat konflik kepentingan Aburizal Bakrie dan Agung Laksono yang hingga kini masih bernafsu untuk mengejar kursi Ketua Umum Golkar. Karena jalan satu-satunya untuk dapat bisa menyelamatkan Golkar dari kepunahannya adalah dengan terselenggaranya Munas rekonsiliasi tersebut, Namun diyakini lagi Munas ini akan kembali gagal akibat kuatnya dominasi Aburizal Bakrie dan Golkar Munas Bali yang tetap ngotot untuk memimpin Golkar untuk lima tahun kedepan.
Jika Munas rekonsiliasi tersebut berhasil terselenggara, diyakini tak akan mengikutsertakan Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Karena yang jadi sumber konflik Golkar yang berkepanjangan ini ada pada dua elit Golkar tersebut. Munas rekonsiliasi juga dipastikan akan memajukan kader-kader muda Golkar yang sangat potensial. Â Namun pada titik inilah semua cara akan kembali dilakukan oleh Aburizal Bakrie untuk menggagalkan Munas rekonsiliasi tersebut, karena jika Munas rekonsiliasi berhasil terselenggara, Maka bisa dipastikan rencana tim transisi Golkar untuk melengserkan Aburizal Bakrie akan berhasil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H