[caption caption="Burung Unta (Kompas.com)"][/caption]
Setelah sebelumnya persidangan tertutup Mahkamah Kehormatan Dewan yang menghadirkan teradu sekaligus si pencatut nama Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Lalu kemudian Presiden Jokowi marah besar setelah mendengar rekaman lengkap Setya Novanto dan Riza Chalid yang secara terang-terangan mencatut sekaligus mengadaikan nama pemimpin tertinggi dinegeri ini. Kini yang menjadi pertanyaan besarnya adalah akan kemana kasus ini dibawa, setelah Riza Chalid yang dilaporkan sudah meninggalkan Indonesia sejak lima hari yang lalu.
Sebagaimana diketahui bahwa sebelumnya Ketua DPR, Setya Novanto dilaporkan oleh Menteri ESDM, Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan atas pencatutan nama Jokowi-JK yang dilakukan Novanto dalam renegoisasi kontrak karya PT.Freeport Indonesia.
Kemudian setelah itu, Suriman Said sebagai pelapor dan Maroef Syamsoeddin, Presiden Direktur PT.Freeport Indonesia dimintai keterangannya oleh Mahkamah Kehormatan Dewan yang dimuliakan, Namun keduanya diperlakukan layaknya tersangka. Lalu kemudian setelah memeriksa keduanya, Mahkamah Kehormatan Dewan juga memanggil teradu, Setya Novanto, dan persidangan pun dilakukan secara tertutup.
Dalam persidangan yang dilakukan secara tertutu tersebut terungkap awalnya persidangan akan dilakukan secara terbuka, Namun Setya Novanto menyebut ada rahasia negara sehingga persidangan dilakukan secara tertutup, dan terbukti sampai dipenghujung sidang tak ada sama sekali terkait hal-hal yang menyangkut masalah negara.
Sampai disitu, Mahkamah Kehormatan Dewan seolah-olah sudah menunjukkan kebodohannya karena dengan mudahnya sudah mempercayai pernyataan Setya Novanto. Â Namun jika kita mencermati lebih jauh mengenai pernyataanya yang menyebut ada rahasia negara, namun tak ada rahasia negara sama sekali yang diungkapkannya dalam sidang tersebut, hal ini kian membuktikan bahwa Setya Novanto tak ada bedanya dengan burung unta.
Karakter Novanto sangat mirip dengan burung unta, yakni memasukan lehernya kedalam tanah kalau ada bahaya dari luar , namun bisa membalas bahaya tersebut melalui kakinya. Inilah yang sudah dipertontonkan oleh Novanto, bahwa Novanto sudah sadar dan tahu betul bahwa semua rakyat Indonesia akan mendengar keterangannya kalau sampai sidang itu terbuka, dan makin membahayakan dia, dan terbukti pula Novanto mampu mengatasi bahaya tersebut dengan cara membodohi pimpinan serta anggota Mahkamah Kehormatan Dewan yang sangat mulia tersebut. Namun Novanto lupa dan tak sadar bahwa sesungguhnya karakternya tersebut sudah sangat mirip burung unta yang suka berbohong besar, Namun justru yang didapat oleh Novanto adalah lebih dari sekedar bahaya. Publik dan seluruh rakyat Indonesia makin meyakini bahwa Novanto memang bersalah, Namun masih mencoba melindungi diriya dari kesalahannya. Setya Novanto ini kalau diibaratkan dengan gurita.
Dia bisa mengeluarkan tinta-tinta yang beracun, ini merujuk pada isi rekaman, yang mana dalam rekaman tersebut Novanto mengancam Jokowi akan jatuh kalau tak memperpanjang kontrak Freeport. Dalam rekaman tersebut juga dia meminta jatah saham sebesar 49% saham dari Freeport untuk membangun PLTA di Urumuka, Papua. Hal ini makin memiripkan Novanto yang yang tidak ada bedanya dengan gurita, yang mana dengan tinta beracun yang dimilikinya, gurita dapat membunuh musuhnya, dan menguasai para wilayah mainnya selama ini, dan  inilah yang saat ini coba dipertontonkan oleh Novanto.
Namun perlu diketahui bahwa ada benang merahnya antara persidangan yang dilakukan secara tertutup dengan hadirnya Setya Novanto dalam pertunjukan ketoprak Bangun Majapahit yang diadakan PDIP di Taman Marzuki, Jakarta Pusat beberapa waktu yang lalu. Diketahui bahwa saat itu, Setya Novanto hadir dalam pertunjukan tersebut dan membawa undangan pernikahan putri keduanya, dan diduga kuat pada saat itulah Setya Novanto mencoba merayu Ketua Umum PDIP, Megawati sehingga nampak jelas sikap ngotot PDIP yang ingin sidang terbuka akhirnya melempem atas perintah ratu PDIP tersebut. Sangat memungkinkan dalam pertemuan tersebut, Karena saat itu, Novanto juga bersalaman dengan Mega dalam posisi yang sedikit menunduk, sebagai penghormatan yang luar biasa sudah ditunjukan oleh Novanto pada ratu PDIP tersebut.
Dan hal inilah yang diyakini oleh penulis adalah bagian dari Novanto untuk mulai melakukan manuver politiknya dengan merapatkan diri atau lebih tepatnya meminta perlindungan dari Megawati. Dan terbukti, Manuver yang dilakukan oleh Novanto disela-sela pertunjukan ketoprak tersebut berhasil mengubah semuanya, PDIP yang awalnya ngotot dan mengancam Novanto akan segera dilengserkan justru bertolakbelakang dengan fakta yang didapat dari persidangan tertutup Novanto.
Diketahui bahwa dua politisi PDIP, salah satunya Wakil Mahkamah Kehormatan Dewan, Marsiaman Saragih beserta M.Prakosa ngotot keras agar sidang dilakukan secara tertutup saja. Kemudian keyakinan penulis bahwa Novanto sukses melakukan ‘’silent operation’’ adalah diperkuat pernyataan Sekjen PDIP, Hasto Kristianto yang ikut menyebut bahwa rekaman itu ilegal dan hal ini sejalan dengan bantahan-bantahan keras Novanto dalam sidang yang berlangsung tertutup pada Senin (07/12/2015) lalu.