Siapa saja yang melihat parasnya dalam bidikan mata lensa atau di atas panggung peragaan busana, pasti setuju bahwa Ia adalah satu sosok yang begitu lembut. Namun melalui tutur kata, Laura Muljadi mampu menunjukkan estetika yang sempurna dari dirinya.
[caption id="attachment_364210" align="aligncenter" width="630" caption="dok. pri."][/caption]
Lebih Dari Sekadar Pesona.
Dalam sebuah perhelatan mode yang diadakan oleh sebuah stasiun TV berbasis fashion, saya menyaksikan sendiri betapa begitu banyak perancang busana yang menaruhnya sebagai model pembuka atau penutup dari rangkaian koleksinya di atas runway. Yang dalam dunia modeling, ini adalah sebuah penghargaan karena para model yang berjalan pertama atau terakhir merupakan mereka yang memang memiliki pesona yang luar biasa atau setidaknya dianggap yang paling mampu menyampaikan pesan dari ragam busana yang ada. Dan Laura Muljadi, memang pantas mendapatkan itu.
Dengan bentuk wajah yang dipadukan dengan kulit coklat gelap dan bentuk tubuh yang nyaris sempurna, Ia berhasil mendapatkan serangkaian penghargaan dalam hidupya. Tercatat di tahun 2009, dalam gelaran Jakarta Fashion Week 2009, Ia mendapat gelar The Best Model berdasarkan pilihan para perancang busana. Dan di tahun 2010, Amica Awards memberinya penghargaan untuk Talented New Model Award. Dan di tahun yang sama, wajahnya menjadi ikon untuk Jakarta Fashion and Food Festival (JFFF). Maka wajar saja jika kini Ia boleh disebut sebagai supermodel di Indonesia. Lantas, dari sejumlah penghargaan yang tercatat, atau mungkin yang dia tidak pernah ceritakan, dari berbagai keberhasilannya menjadi wajah untuk berbagai brand kenamaan, dari serangkaian photo shoot untuk majalah fashion berbasis internasional, hingga panggung runway yang tidak terhitung jumlahnya, bagaimanakah sejatinya kisah perjalanan hidup seorang Laura Muljadi?
Awalnya, Ia Tidak Sadar Akan Apa Yang Ia Miliki.
Ia menghabiskan masa kecilnya sebagai perempuan biasa, hanya saja tinggi badannya melebihi batas perempuan di usianya. Terlahir dengan nama Maria Agnes Laurencia Alexandra Muljadi pada 21 Januari 1985, Laura justru tumbuh dengan rasa tidak percaya diri karena teman-temannya memiliki postur tubuh yang jauh lebih pendek darinya. Bahkan warna kulitnya yang gelap juga menjadi bahan ejekan, dan julukan dakocan pun sering Ia dengar.
Lalu, di usia 16 tahun, dengan maksud membangun kepercayaan diri Laura, dan untuk membuka matanya tentang tinggi badan Laura yang melampui batas, Ayahnya memasukkan Laura ke sebuah modeling agency. Namun itu berlalu begitu saja, Laura tidak benar-benar menerjunkan dirinya ke dunia modeling, Ia justru lebih memilih untuk menempuh pendidikan di Belanda.
Dan saat Ia hidup di Belanda, seperti kisah kebanyakan perantau lainnya, Laura memutuskan untuk kerja sampingan guna mendapatkan uang tambahan. Dan menjadi pelayan di sebuah restoran tentu menjadi pilihannya. Namun dimana pun berada, sebuah berlian tetap saja mampu memancarkan sinarnya. Kala Ia sedang melayani seorang tamu, tiba-tiba saja seorang headhunter untuk mencari bakat di dunia modeling langsung datang menghampirinya dan mengajaknya untuk ikut bergabung dengan sebuah model management di Belanda. Namun tidak bisa begitu saja, Laura diminta untuk menurunkan berat badannya yang kala itu mencapai 82 kilogram, dan jika memang Laura mampu melakukan tantangan tersebut, Ia bisa menghubungi sang headhunter melalui sebuah kartu nama yang diberikan, kapan pun Ia siap. Meskipun Laura menganggap bahwa ini adalah sebuah sinyal dari semesta, jauh di lubuk hatinya Ia merasa tidak percaya diri, “Saat itu saya merasa sangat tidak percaya diri, apalagi jika harus menurunkan berat badan sebanyak itu. Tapi saya percaya bahwa dalam hidup ada sebuah kesempatan berharga, dan kesempatan itu datang menemui saya. Maka saya memutuskan untuk mencoba, dan apa pun yang terjadi, setidaknya saya sudah mencoba,” ujar Laura.
Hingga akhirnya Laura berhasil mencapai berat 49 kilogram dalam waktu yang terbilang singkat yakni 6 bulan, dan Ia pun kemudian ikut bergabung dengan agency modeling tersebut. Dengan mudah Ia mendapatkan show pertamanya, dan hari dimana untuk pertama kalinya Ia berjalan untuk sebuah runway, pikirannya terbang menembus sebuah kebahagiaan, “Saat itu, setelah saya selesai melakukan show pertama saya, saya langsung yakin bahwa ini, ini yang saya inginkan.”
Tentang Dunia Modeling, Akan Terus Menjadi Bagian Dari Hidup Saya.
Kini, sebelas tahun sudah Laura Muljadi menapakkan kakinya sebagai seorang model. Nama dan wajahnya dikenal baik oleh begitu banyak orang. Setidaknya, jika ada yang tidak tahu siapa namanya, wajahnya yang cantik berkulit gelap ini pasti dikenali. Dan dengan perjalanannya yang begitu panjang, wajar saja jika pada akhirnya Laura berani untuk mengabdikan dirinya sebagai seorang model.
Baginya, dunia modeling memberinya lebih dari sekadar cara untuk tampil cantik dalam mengenakan rancangan, atau terlihat begitu sempurna kala mata lensa mulai membidik. Tapi dunia modeling memberinya pelajaran tentang kehidupan, bagaimana sulitnya mencapai mimpi, tentang penolakan, hingga sebuah rasa yang disebut kebahagiaan kala melihat wajahnya terpampang dalam sebuah billboard. Bahkan hingga suatu hari nanti, Laura mungkin memiliki profesi lain, entah apa pun itu, atau mungkin semua orang melupakan namanya, tapi Ia hanya ingin semua orang tau, “Dunia model adalah sebuah dunia yang sudah membesarkan nama saya, dan selamanya akan seperti itu,” tutur Laura.
Dan melalui dunia modeling ini juga Ia akhirnya mengerti betapa kebangaan orang tua mampu tercipta kala Ia berhasil mendapatkan pencapaian-pencapaian dalam hidupnya. Dimana kedua orang tuanya, yang masih sering mempertanyakan tentang mengapa Laura meninggalkan pendidikannya demi karirnya sebagai model, ternyata diam-diam mengumpulkan semua data tentang Laura, mulai dari rangkaian artikel yang megangkat kisah hidupnya, hingga ragam photo shoot untuk majalah fashion, baik dari media cetak hingga media online, semuanya dibukukan dengan rapi dan disimpan di meja kerja sang ayah. Dan bagi Laura Muljadi, ini adalah sebuah hal yang penting, “Mengetahui bahwa ayah saya diam-diam menyimpan itu semua, adalah perasaan yang tidak bisa saya jelaskan, dan bagi saya, ini adalah pencapaian tertinggi saya sebagai seorang model.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H