Mohon tunggu...
Ricky Sitorus
Ricky Sitorus Mohon Tunggu... producer for MNC Channel -

Kunjungi Blog saya : theothing.blogspot.com Follow me on Instagram and Twitter @sitorusricky Any inquiries: rickysitorus@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Hian Tjen, Kesempurnaan Karya Dalam Doa, Usaha dan Air Mata

5 Januari 2016   18:51 Diperbarui: 6 Januari 2016   02:44 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari barisan mahakarya yang sarat makna, sejatinya dunia mampu memberikan begitu banyak cerita. Dan Hian Tjen, mencoba meretas kata tentang kisah hidupnya, mulai dari doa, usaha, hingga air mata.

 Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa pernikahan selebriti selalu berhasil menjadi santapan media yang kemudian menjadi perbincangan khalayak ramai. Begitu juga di Indonesia, Nabila Syakieb dan Chelsea Olivia contohnya. Dua selebriti ini berhasil memperlihatkan kemegahan dalam perkawinannya. Lantas media, sudah pasti memberitakan hal tersebut dan berusaha mencari sudut pandang yang berbeda. Maka dari beragam hal mewah yang nyata, gaun pengantin yang tampak bagaikan busana sang ratu dalam cerita dongeng sudah pasti menjadi sorotan utama. Dan Hian Tjen adalah satu nama yang paling dicari untuk hal ini.

Dia adalah Hian Tjen, satu dari deretan perancang busana terbaik nusantara yang belakangan ini namanya mudah ditemui, apalagi sejak pernikahan dua selebriti tersebut. Namanya kian mencuat, yang pasti soal bridal and evening gown, nama Hian Tjen seolah berada di puncak. Dengan siluet yang sederhana berbalut detail yang begitu rumit, pria lulusan Esmod Jakarta ini mampu membungkus tubuh wanita menjadi begitu feminim, seksi, dan cantik sekaligus. Hampir semua orang setuju, bahwa rancangannya tampak begitu hidup dan menyatu lembut dengan karakter si pemakai.

Maka wajar saja jika ia begitu dikenal dan dicari oleh begitu banyak kaum hawa untuk menciptakan ragam gaun indah, yang mampu mewujudkan impian semua wanita untuk tampil sempurna di hari pernikahan. Kini, nama Hian Tjen berada di tangga paling atas soal gaun pegantin. Namun sebelum namanya menjadi begitu dikenal, sebelum karyanya dikagumi seperti saat ini, ia menyimpan begitu banyak air mata dalam usaha kerasnya menapaki tangga karir dalam hidupnya.

Dipacu tangis ibu.

Ia masih mengenakan seragam putih merah kala menyadari akan bakatnya di dunia fashion. Saat itu, hobi sang ibu dalam menjahit pakaian seolah menjadi hobinya juga. Dari sisa kain yang tidak lagi digunakan oleh ibunya, Hian Tjen mampu membuat berbagai pakaian untuk boneka-boneka milik kakaknya. Bahkan ia juga suka mendandani kakak perempuannya dan memilihkan atau membuatkan pakaian yang cocok untuk sang kakak. Lantas Hian Tjen tumbuh sebagai seorang laki-laki yang tampil begitu fashionable, padahal ia masih duduk dibangku SMA. Hingga akhirnya lulus dan saatnya menentukan perkuliahan yang akan ia tempuh, yang sudah pasti kelak akan menjadi sebuah karir yang harus ia jalani.

Di tahun 2002, Esmod Jakarta adalah sebuah pilihan yang paling nyata baginya. Dan menempuh masa perkuliahan di tempat ini, adalah sebuah titik yang paling berat baginya. “Orang-orang selalu menilai bahwa yang saya lakukan saat kuliah adalah hal asik dan mudah, nyatanya gak seperti itu, kuliah design itu susahnya setengah mati,” ujarnya.

Masa perkuliahan adalah masa dimana Hian Tjen benar-benar merasa lelah. Tak jarang waktu tidurnya hanya dua atau tiga jam, bahkan akhir pekan tidak lagi ia gunakan untuk berlibur, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hampir semua waktunya ia gunakan untuk menyelesaikan tugas kuliah. Tapi memang inilah, passion yang membuatnya tetap tekun dalam usaha.

Hingga sang ibu, yang melihat anaknya berusaha begitu keras, sempat menitihkan air mata dan meminta Hian Tjen untuk berhenti dan mencari profesi yang tidak membuatnya begitu lelah. Namun itu tidak menghalangi Hian Tjen dalam meraih mimpinya. “Saat itu saya cuma mikir soal uang, biaya yang dikeluarkan oleh orang tua saya sudah sangat besar, apalagi kami tidak datang dari keluarga kaya, maka satu-satunya jalan adalah menyelesaikan perkuliahan saya dan membuktikannya dengan kesuksesan kelak,” kenang Hian Tjen.

Hasil dari usaha adalah nyata.

Sampai di tahun 2003, Hian Tjen lulus dengan hasil yang membanggakan. Bahkan dengan mudah ia mendapatkan pekerjaan, saat itu ia bekerja untuk membuat kemeja laki-laki. Hanya setahun ia bekerja di tempat itu, kemudian ia pun mencari pekerjaan lainnya. Hingga di tahun 2004, saat ia masih bekerja di perusahaan kedua, pria kelahiran Pemangkat Kalimantan Barat ini memutuskan untuk mengikuti kompetisi di Paris, dan dua tahun berturut-turut ia menjadi finalis untuk dua kompetisi yang berbeda. Hingga satu tahun berikutnya, tepatnya di tahun 2007, ia mengikuti kompetisi The Prestigious Fashion Designers Competition yang diadakan oleh majalah Femina, dan kali ini ia mendapat gelar sebagai The Most Favourite Designer in The Competition.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun