Kehadiran model lelaki selalu mampu memberikan warna tersendiri di industri fashion. Namun, Marshall Sastra mampu memberikan lebih dari sekadar warna.
Fashion dan Dunia Marshall
Keramaian Jakarta Fashion Week 2016 seolah menjadi pesta besar bagi para pecinta mode tanah air. Mereka yang terlibat dalam perhelatan ini, tampak begitu antusias dalam menyiapkan yang terbaik. Jajaran Perancang Busana pun, sudah tentu menyajikan karyanya yang begitu memukau. Barisan model kenamaan dengan berbagai bentuk yang nyaris sempurna menjadi peran utama yang berjalan diatas runway. Lantas Marshall Sastra, yang menjadi top of mind untuk deretan model lelaki di Indonesia ini, Nampak tidak terlibat di event fashion sebesar ini. Ada apa?
Bagi siapa saja yang memperhatikan industri fashion, kehadiran Marshall Sastra menjadi satu sosok yang tidak asing. Mungkin namanya tidak banyak diketahui, namun wajah dan bentuk tubuh yang khas dengan balutan tato yang membungkus badannya, menjadikannya begitu mudah dikenali. Wajar saja, sejak kemunculannya di Jakarta Fashion Week 2011, ia langsung membuat banyak mata terpukau. Padahal kala itu, ia sama sekali tidak mempunyai tujuan untuk terjun ke dunia modeling. “Pertama kali jalan di atas runway, itu karena diajak teman yang kebetulan seorang fashion designer, dan yang saya tau ya cuma jalan aja untuk acara yang kecil dan gak banyak yang bakal nonton,” Ujar Marshall. Tapi nampaknya ia salah duga. Itu adalah Jakarta Fashion Week 2011, dimana gelaran itu adalah sebuah acara yang besar, dan mereka yang menonton pun cukup banyak. Maka saat itu Marshall nyaris tidak percaya diri untuk tampil. Namun sang koreografer meyakinkan Marshall bahwa ia memiliki kemampuan untuk menjadi seorang model. Sudah tidak ada pilihan lain, ia harus melangkahkan kakinya diatas catwalk. Dan melalui ketidak percayaan diri itu, Marshall Sastra justru menemukan keseruan tersendiri.
Sosoknya yang begitu urakan, dengan tato yang nyaris menutupi lengan, sempat menjadi satu hal yang membuat Marshall tidak yakin jika ia harus menjalani hidup sebagai seorang model. Karena di pikirannya, menjadi model adalah soal kerapihan, dengan tampilan yang begitu necis, dilengkapi dengan gaya yang metropolis dan mahal. Namun lagi-lagi ia salah duga, ternyata kehadirannya mampu menjadi satu warna baru, dimana sosok yang apa adanya tersebut justru menjadi kesukaan. Dibuktikan dengan wajahnya yang begitu banyak bermunculan di berbagai majalah fashion ternama, hingga diatas runway.
Melebarkan Sayap Semampunya
Meskipun dunia modeling mampu membawa karir Marshall hingga dikenal seperti saat ini, bahkan dunia ini juga yang mempertemukannya dengan Dominique Diyose, namun sejatinya industri ini hanyalah sebuah batu loncatan bagi Marshall Sastra.
Mengembangkan sayap selebar mungkin, itulah yang dilakukan oleh Marshall Sastra. Karena memang sejujurnya, Marshall mengakui bahwa kehadirannya di dunia modeling bukanlah satu hal yang penuh strategi, “saya selalu menikmati langkah saya tanpa mikir macem-macem, seperti saat saya akan terjun di dunia modeling, saya gak mikir terlalu jauh, yang saya lakukan hanya belajar sebaik mungkin.” Kata Marshall dengan santainya.
Dan memang inilah yang terjadi, tidak pernah ia pikirkan sebelumnya bahwa selain menjadi model untuk runway dan photoshoot, ia justru mengembangkan sayapnya dan menjadi model video clip Afghan dan Radhini, bahkan ia juga pernah membintangi film pendek yang berjudul Thieves dan Distance. Bahkan kini, namanya menjadi begitu dikenal sebagai seorang traveler, berkat kehadirannya dalam sebuah program televisi My Trip My Adventure. Yang nampaknya menjadi bagian dari dirinya yang lain. Jika menelisik instagram miliknya, maka hampir sulit menemukan postingan akan dirinya sebagai model, namun barisan pantai, jajaran gunung, hingga keindahan bawah laut menjadi tema utama dari jejaring sosal dengan akun @marshallsastra.