Mohon tunggu...
Ricky Sitorus
Ricky Sitorus Mohon Tunggu... producer for MNC Channel -

Kunjungi Blog saya : theothing.blogspot.com Follow me on Instagram and Twitter @sitorusricky Any inquiries: rickysitorus@hotmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Raminten: dari Panggung Ketoprak Hingga Kerajaan Bisnis

18 Januari 2013   04:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:19 2081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1358496403123324468

Sudah hampir satu jam saya menunggu, disebuah rumah tua yang mistik dengan tatanan lampu temaram, diperkuat oleh beragam perabot antik. Untung saya tidak sendiri, beberapa karyawan yang silih berganti membuat kengerian setidaknya berkurang.

Siapapun yang saya tunggu ini, haruslah orang penting yang pasti memegang teguh adat Jawa.

Dan akhirnya, suara langkah kaki mendekat dari lorong pemisah ruangan, muncul sosok wanita tua dengan perawakan ayu keibuan, dipercantik dengan sanggul khas Jawa berbalut kebaya coklat muda dan kain batik buatan tangan sendiri. Senyumnya pasrah seperti nenek tua yang sudah bahagia. Namun, suasana nyaman seorang anak yang bertemu ibunya seketika berubah, begitu saya mendengar suara lelaki dari tubuh nenek tua tersebut.

Namanya Raminten, sebuah karakter dalam panggung ketoprak di kota Yogyakarta. Tidak berbeda dengan karakter perempuan yang diperankan oleh laki-laki yang banyak dikenal seperti Tesi, Tata Dado, atau yang terbaru, Aminkwati. Raminten merupakan sosok jenaka yang pandai nembang dan menari. Bukan karena tidak sengaja, pria kelahiran asli Yogyakarta yang biasa dipanggil Pak. Hamzah dalam keseharaiannya ini, terpilih untuk memerankan tokoh raminten karena pandai menari. Pertama kali bertemu, saya kebingungan untuk menyapa. Maka saya langsung bertanya tentang bagaimana seharusnya saya memanggil, apakah ibu atau bapak? Dengan mudah ia menjawab, "ya kalau berpakaian seperti ini panggil ibu saja, bingung nanti kalau ada orang melihat," candanya. Sosok yang begitu ramah, meskipun sudah menginjak usia 62 tahun, Ibu. Raminten tetap menunjukkan sisi riangnya. Dandanan pertamanya dimulai 15 tahun yang lalu. Kala itu, untuk pertama kalinya ia naik ke atas pentas sebagai seorang perempuan. Ia tidak mengingat apa peran pertamanya, yang jelas ia menikmati setiap kali tawa penonton menggema akan tingkah polahnya. Hamzah dan kepandaiannya dalam menari adalah bakat yang sudah ada sejak ia masih kecil. Dibesarkan oleh keluarga "Mirota", yang pada masa lampau adalah toko roti kenamaan. Ia mulai mencintai dunia tari sejak masih bercelana merah. Saat itu ia memulai kursus tari pertamanya, Hamzah kecil mulai menikmati setiap detiknya saat menari. Tumbuh dan besar dalam dunia tari, tidak membuat Hamzah memusatkan fokusnya dalam satu titik. Ia kemudian melanjutkan bisnis keluarganya, "Mirota". Melihat peluang dan kreatifitas muda mudi Jogja, Hamzah merubah konsep toko roti menjadi toko oleh-oleh khas Jogja yang kini bisa ditemui di berbagai daerah di Jogja. Mantep dan sukses dengan bisnisnya, Hamzah menemukan dunia baru yang mampu menyalurkan bakatnya untuk menghibur banyak orang, sekaligus melakukan apa yang ia cintai yaitu menari. Panggung ketoprak menjadi rumah ke-dua Hamzah. Diciptakan oleh orang lain, Hamzah diberi nama Raminten, sebagai sebuah karakter perempuan Jawa tua yang bukan hanya pandai nembang tapi juga mahir menari. Berbagai nama sempat ikut dalam pementasan teater ala Jawa tersebut, pelawak-pelawak lokal hingga pelaku komedi tradisional kenamaan seperti Yati Pesek, pernah satu panggung dengan Raminten. Tidak pernah terlintas dalam dugaan Hamzah, masyarakat menyambut baik perannya, dan nama Raminten mulai menjadi buah bibir masyarakat lokal. Kemudian Hamzah mulai disibukkan dengan panggilan dari berbagai acara untuk sekedar mengisi dan menghibur para penonton. Lebih dari 5 tahun menjalani hidup sebagai penghibur dari satu panggung ke panggung lainnya, Hamzah yang mulai dikenal dengan nama Raminten, merasa kesepian dalam menjalani hari-harinya. Ia kemudian membuka sebuah tempat makan yang bisa dijadikan tempat berkumpul. Dengan memilih 'House Of Raminten' sebagai nama dari tempat makannya ini, Hamzah menyajikan makanan khas Jogja dengan harga yang terbilang murah, dengan berbagai pilihan variasi makanan,ternyata mampu menarik perhatian banyak orang, danHamzah lagi-lagi mendulang keuntungan. Berhasil dengan Mirota dan House Of Raminten, tidak menghentikan kesukaan hamzah akan dunia tari. Kini, ia membuka sebuah sanggar tari, meski ia tidak rajin melatih, tapi sebisa mungkin ia mengusahakan untuk hadir dan setidaknya memberi sedikit pelajaran untuk murid-muridnya. Dan saya tercengang ketika bertanya akan alasan kenapa ia mendirikan beragam kerajaan bisnis, saya mengira pasti materi, atau semata mengisi kesibukan. Tapi dugaan saya patah ketika ia menjawab, "kebahagiaan bagi saya, adalah melihat banyak orang bisa mendapatkan lapangan pekerjaan, dan itu lebih penting dari semua materi yang saya dapatkan saat ini."

Kepuasan, adalah kata yang berkali-kali dilontarkan oleh Hamzah. Ia merasa sudah puas dan cukup dengan apa yang ia dapatkan saat ini. Kedepannya, Hamzah tidak ingin mengembangkan bisnisnya, ia terlalu lelah dengan segala permasalahan dalam kerajaan bisnisnya saat ini. Kini, ia hanya ingin memetik buah dari apa yang sudah ia tanam selama ini, yaitu kerja kerasnya di masa muda.

Ketika saya memutuskan untuk mengakhiri obrolan saya dengan Hamzah, saya terdiam mendengar perkataannya yang tanpa saya tanya ia langsung berbicara, “Anak muda itu salah jika berdoa meminta kesuksesan, karena parameternya adalah uang, jabatan atau materi lainnya. Jarang sekali yang berdoa memohon kebahagiaan apapun bentuknya, kalau kamu? Apa isi doamu?”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun