Lagi-lagi terkuak ulah arogansi seorang direktur utama sebuah lembaga usaha milik negara yang sejatinya harus menjadi sumber penghasilan yang sekaligus modal yang dapat meminimalisasi berbagai masalah anggaran guna jalanya pembangunan yang meliputi berbagai aspek untuk kesejahteraan dan kemakmuran negri beserta rakyatnya.
Pasilitas negara yang notabene dihasilkan dari keringat rakyatnya malah justru dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok, Sungguh miris kenyataan ini memang.Â
Di tengah tengah situasi dan kondisi perekonomian bangsa yang sedang bergelut melawan derasnya arus diskriminasi pasar dagang serta ancaman resesi gelobal, Namun rupanya bagi mereka situasi demikian malah justru digunakan untuk mencari kesempatan dalam kesempitan guna memperkaya diri dan kelompok.
Seiring kejadian serupa jelas nyata bahwa ulah tersebut sangat berdampak langsung terhadap stabilitas grapik pendapatan lembaga usaha pelat merah yang terbilang sangat merugikan negara hingga mencapai angka miliaran rupiah.Â
Keputusan Erick tohir sebagai mentri BUMN memecat dirut garuda yang tidak lain adalah saodara Ari askhara secara tidak hormat selain merupakan langkah tegas dan bukti nyata atas komitmen dan keseriusan pemerintah dalam memberantas tikus tikus kantor terutamanya dalam lembaga BUMN yang konon banyak memiliki catatan merah selama ini. Namun di sisi lain tindakan demikian tersebut paling tidak dapat menjadi tamparan keras bagi mereka yang terlibat dan sekaligus peringatan bagi mereka yang belum.
Dengan ditemuinya kasus semacam ini setidaknya dapat menyadarkan fikiran kita segenap rakyat dari sabang sampai meraoke atas kepalsuan sumpah dan janji yang mereka ucapkan tatkala terpilih mengemban tugas yang terbukti faktanya hanya sebuah ritual belaka dan sebatas formalitas semata yang sama sekali tidak memiliki itikad baik apalagi merasa takut akan pengadilan Tuhan YME yang pasti.Â
Semoga penemuan ini buka yang terakhir tapi melainkan langkah awal pemerintahan joko widodo dalam upaya bersih bersih diberbagai lembaga depatemen atau non depatemen dari maraknya praktek prilaku konyol dan memalukan. Karena saya yakin masih banyak kasus lain yang potensinya jauh lebih besar dan lebih berbahaya terhadap aset kekayan negri ini yang masih belum terungkap dan terjamah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H