Filosofi Hidup Dalam Gambaran Gunungan Wayang, Gus Ulin Nuha
-
Wayang merupakan suatu pertunjukan seni dan salah satu warisan budaya yang dimiliki oleh Indonesia yang berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali. Pagelaran wayang yang di pertunjukan di suatu acara berisi kisah-kisah kehidupan manusia yang dapat kita ambil hikmah dan pelajarannya melalui wayang tersebut. Ketika sebelum acara wayang tersebut dimulai seorang dalang akan memegang sebuah gunungan atau disebut kayon. Kayon berasal dari bahasa arab yakni hayyun yang memiliki makna hidup.
Dalang biasanya menggunakan kayon bernama purwosejati yang memiliki arti hidup yang memiliki makna/bermanfaat. Di dalam kayon atau gunungan tersebut berisi gambaran-gambaran yang memiliki makna yang sangat dalam seperti contoh ada gambar berbagai macam hewan kera, kerbau, macan, rumah, dan lain sebagainya. Hal tersebut memiliki filosofi yang sangat bermakna dan patut di ketahui generasi milenial saat ini.
Berikut kami sampaikan filosofi dari gunungan atau kayon wayang versi Gus Ulin Nuha sebagai berikut :
1.Terdapat gambar bernama Pucukan gunungan kayon berbentuk kembang poncowarno. ponco itu bermakna lima dan warno itu rupa. Artinya lima rupa yakni senantiasa melaksanakan 5 waktu sholat dan jangan sampai dilupakan.
2.Terdapat gambar kuliko kaswari, kukilo artinya burung dan kaswari artinya merak. Burung merak memiliki keindahan pada bulunya, indah warnanya dan mahal harganya.
Ibarat seorang manusia yang memiliki keindahan akhlaknya dan mahal harganya. Jika burung merak hilang bulunya maka akan hilang harganya,layaknya manusia hilang akhlaknya maka hilang harganya.
Dalam hadis nabi dalam riwayat Tirmidzi berkata : Akmalul Mukminina Imanan Ahsanul Khuluqon yang artinya "Orang yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya".
3. Terdapat gambar monyet. Seperti contoh monyet mengambil pisang di pegang sebelah tangan kanan, belum habis ambil kembali pisang diletakkan tanga disebelah kiri, dan kakinya penuh dengan pisang. tetapi
dari hal tersebut dapat di ambil iktibar yakni petan.Terdapat 3 perkara petan : a. mencari tuma (waktu yang lima, yakni 5 waktu dilakukan), b. mencari kor (Kor adalah koreksi diri sendiri),
c. mencari lingsa yang artinya iling maring sang kuasa (senantiasa ingat kepada sang kuasa).
4. Terdapat gambar macan sebelah kiri, dan kerbau sebelah kanan. Macan merupakan sosok raja hutan memiliki watak yang pintar, cerdas, memiliki pangkat
tetapi berada posisi di sebelah kiri artinya berbuat semena-mena. Kerbau memiliki watak yang bodoh tetapi senantiasa berbuat benar karna terletak posisi disebelah kanan.
Di antara dua tersebut harus mengingat 2 perkara baik dan buruk. karena hal tersebut jika manusia tidak mampu membedakan antara yang baik dan buruk maka masuk ke dalam pintu.
5. Pintu diibaratkan alam kubur, merupakan pengadilan suci agama yang dijaga oleh 2 wujud yakni malaikat munkar dan nakir yang memiliki tugas menanyakan
amal baik dan buruknya manusia tersebut.
6. jika wayang di balik akan berbentuk api yang artinya jika manusia memiliki amal yang buruk lebih banyak dibanding amal yang baik akan dimasukkan neraka jahannam.
Baiklah mungkin sekilas yang dapat kami rangkum versi Gus Ulin Nuha, semoga menjadikan ilmu baru yang bermanfaat.
Jika ada saran, masukan, dan sebagainya berkenan mengisi di kolom komentar atau dapat bersilaturahim di media sosial lainnya @ricky safrijal.
Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H