Ini adalah pertama kalinya, bagi hampir semua orang di Jepang, merasakan gempa dan tsunami di seluruh wilayah Jepang, khususnya di pesisir Jepang bagian samudera Pacific.
Tidak mudah untuk mengantisipasi ke-2 hal tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan.
Saya sudah hampir 4 tahun di Jepang, melihat bencana yang terjadi pada hari jumat tanggal 11 Maret 2011, sekitar pukul 14.45 hrs (waktu Jepang), saya salut dan berterima kasih dengan rescue team, polisi, tentara, dan team penolong lainnya, yang cepat dan sigap.
Kebetulan saya dan keluarga tinggal di Tokyo, kami merasakan efek gempa tapi tidak tsunami.
Untuk menjaga keamanan dan antisipasi jatuhnya korban, maka seluruh jaringan kereta api di hentikan sampai keesokan harinya.
Di Tokyo, jaringan kereta api seperti "urat nadi", dapat dibayangkan ratusan ribu orang yang tidak dapat menggunakan layanan tersebut dan harus menunggu bahkan menginap di station kereta.
Begitupun dengan jaringan seluler, beberapa operator sempat tidak dapat berfungsi dengan baik, dikarenakan "traffic-jam" para pengguna telepon seluler yang pasti berusaha menghubungi keluarganya.
Tetapi situasi di Tokyo tidak kacau, tetap teratur, sistem tetap berjalan dengan baik.
Ini dapat menjadi pelajaran yang baik, khususnya Indonesia yang rawan dengan bencana alam.
Pada intinya, dalam menghadapi situasi seperti ini :
- tetap tenang