Mohon tunggu...
Ricky
Ricky Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Aksara Tanpa Kata

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cermin Pembawa Petaka

21 Agustus 2020   21:34 Diperbarui: 21 Agustus 2020   21:37 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Mungkin Pak Ahmad, waktu kerja tidak permisi sama penjaga rumah ini."

"Wah, rumahnya memakan korban lagi."

Begitu para warga mengeluarkan steatmen-nya. Bukankah ini kecelakaan? Mengapa mereka langsung men-jugde kalau semua karena penjaga rumah? Ada-ada saja.

----

"Nainaaa ...."

Sayup-sayup terdengar suara bisikan. Aku mengedarkan pandangan ke kanan-kiri TKP. Seluruh warga banyak yang berdatangan. Namun, satu pun di antara mereka tak ada yang memanggil namaku.

"Nainaaa ...."

Suara itu lagi? Ini aneh, sepertinya sang pemilik suara tidak asing di telingaku. Namun, yang lebih mengherankan. Di sini aku belum memiliki teman satu orang pun.

Untuk sementara tidak menghiraukan suara bisikan, memanggil namaku. Aku diminta Papa untuk menghubungi keluarga Pak Ahmad. Tak lama kemudian jenazahnya di bawah oleh ambulans untuk diautopsi.
-----

Setelah mayat Pak Ahmad di bawah ambulans ke RSU, warga-warga pun meninggalkan rumah kami dengan berbisik-bisik. Biarkan saja mereka dengan pemikirannya masing-masing. Dasar, Ibu-ibu kompleks tukang kepo.

Toh, aku sudah cukup tegang dengan kejadian menimpa saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun