Kota Batu, 13 Juli 2024 - Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) kelompok 3 Pandanrejo Universitas Trunojoyo Madura (UTM) mengikuti pagelaran kesenian Pencak Silat dan Bantengan di desa Oro-oro Ombo kecamatan Batu. Tuan rumah dari acara tersebut adalah panguyuban silat dan bantengan Joyo Aji, akan tetapi banyak grup lain yang juga ikut memeriahkan, salah satunya grup Satriya Pandawa dari desa Pandanrejo---tempat dimana mahasiswa UTM melaksanakan KKN.
Letak geografis Kota Batu berada di dataran tinggi Jawa Timur yang juga terkenal dengan keindahan alam dan agrowisata. Kota Batu tidak hanya dikenal sebagai kota wisata akan tetapi, kota batu juga memiliki kesenian tersendiri, kesenian tersebut sangat beragam dan perlu untuk dilestarikan dan dijaga. Dilansir dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, kesenian tradisional Bantengan merupakan kesenian yang memadukan unsur musik, sendratari dan syair yang kental dengan nuansa mistis.
Salah satu mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura, Hidayat (21) selaku ketua kelompok dari KKN tersebut menyampaikan bahwa acara tersebut membuat dirinya sangat terkesan "saya merasa sangat senang dan bersyukur karena telah diberikan kesempatan untuk mengetahui dan menyaksikan secara langsung salah satu budaya yang ada di Jawa Timur ini. Jujur saja ini baru pertama kalinya saya mengetahui bahwa ada kesenian yang bernama Bantengan di Kota Batu sendiri, sebelumnya saya tidak tahu atau belum pernah dengar" pungkasnya.Â
Kesenian bantengan di Kota Batu terdiri dari berbagai penampilan yang menyatukan pencak silat dan tarian yang diperankan oleh pemain dengan kostum binatang. Mayoritas terdapat tiga jenis binatang dalam kesenian Bantengan yaitu Banteng, Macan, dan Kera. Kostum banteng dalam pertunjukan terdiri dari topeng kepala banteng dan kain hitam, putih, maupun merah. Pertunjukan bantengan menyajikan beberapa atraksi tarian terdiri dari dua orang pemain dan juga beberapa pemain tunggal. Pemain depan dalam kostum banteng berperan sebagai pengontrol tarian serta memegang purwarupa kepala banteng dengan tanduk asli dan pemain belakang berperan sebagai ekor banteng. Sedangkan pemain tunggal dalam pertunjukan berperan sebagai macan dan juga kera.
"Kesenian Bantengan di sini (Kota Batu) sangat populer dan disukai oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Ketika ada acara semacam ini biasanya untuk pembukaan awal di isi oleh pencak silat tradisional, ketika sudah tengah malam---di atas jam dua belas, maka Bantengan akan dimainkan" Papar mas Andri selaku ketua rombongan dari Panguyuban Satriya Muda.Â
Kesenian Bantengan ini telah berkembang pesat di Jawa Timur dan ditetapkan sebagai warisan budaya lokal masyarakat setempat. Adapun tujuan dari kesenian tersebut pada dasarnya untuk mempersatukan dan mensolidkan masyarakat dari semua kalangan, utamanya pada kalangan anak-anak muda agar tetap mengenal dan mencintai budaya dan kesenian dari daerah mereka. Hal ini memang sempat di singgung oleh Dosen Pembimbing Lapang (DPL) bapak Dr. Haryo Triajie, S.Pi, M.Si terkait adanya kesenian yang ada di Kota Batu tersebut.Â
Penulis : Rizaldi, Suziyana
Editor : Moh. Waritsy A.H.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H