Mohon tunggu...
Ricky Brahmana
Ricky Brahmana Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Calon pengusaha yang sampai sekarang masih terjebak di perusahaan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Demo Taksi Konvensional, Bagaimana Kalau...

22 Maret 2016   16:45 Diperbarui: 22 Maret 2016   17:02 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demonstrasi paguyuban angkutan darat yang tadinya direncanakan tanggal 21 Maret, mundur ke tanggal 22 Maret. Dan seperti yang saya perkirakan sejak awal, pasti akan berakhir rusuh dan anarkis.

Saya bukan pesimis atau apatis dengan kondisi demonstrasi di Indonesia, tapi memang sejarah panjang penyampaian aspirasi di masyarakat kita jarang sekali berjalan lancar dan damai. Akan selalu muncul oknum-oknum pengecut yang memulai keributan. Demonstrasi taksi yang tadinya bertujuan untuk menyampaikan aspirasi, akhirnya diwarnai dengan perkelahian antara pengemudi taksi. Lebih parahnya lagi, pengendara ojek aplikasi yang notabene tidak termasuk dalam "target demonstrasi" harus kena sial dan berakhir babak belur diamuk oknum pengemudi taksi.

Penumpang yang tidak tahu menahu pun harus kena batunya. Mereka dipaksa keluar dari taksi, dipinggirkan dan kemudian pengemudinya dipaksa ikut demonstrasi. Saya tidak perlu menampilkan foto di tulisan ini karena foto asli maupun rekayasa (termasuk mengganti blue bird menjadi angry-blue-bird) sudah banyak beredar di internet.

Imbas dari kerusuhan itu pun tidak kecil. Orang tidak bersalah kena batunya, aparat yang tadinya diturunkan hanya untuk berjaga-jaga terpaksa harus ofensif, dan pengemudi taksi baik yang mau mencari nafkah pun ikut jadi sasaran amuk massa.

Hasil dari demonstrasi ini pun masih belum jelas. Apakah taksi berbasis aplikasi online seperti GRAB TAXI, dan angkutan berbasis sharing ride -UBER dan GRAB CAR akan benar-benar dihapuskan? Itu pun masih belum jelas. Apakah nantinya moda transportasi itu diwajibkan untuk melengkapi izin usaha berbentuk PT? Itu juga masih belum diputuskan. Jadi sampai tulisan ini di publish, demonstrasi ricuh ini pun belum membuahkan hasil positif.

Kembali ke kita, pengguna taksi konvensional.

Melihat aksi-aksi anarkis dari pengendara taksi yang biasa kita pakai itu, apakah kita masih percaya kalau mereka itu semuanya orang baik?

Kemarahan dan emosi mereka itu bisa meluap sampai sebegitu besarnya, apakah tidak mustahil setelah hari ini semua penumpang taksi akan lebih berhati-hati dalam memilih taksi?

Atau, bagaimana kalau penumpang taksi membuat aksi balasan?

Penumpang taksi yang ikut demo tadi memutuskan untuk membuat demonstrasi balasan, tidak mau menggunakan taksi selama satu minggu saja. Dan untuk mencegah terjadinya demo susulan, kita putuskan untuk "nebeng" dengan teman, naik ojek, atau menumpang Transjakarta.

Bagaimana kalau...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun