Half Empty or Half Full
80 persen masalah sehari-hari muncul karena misscommunication dan kesalahan persepsi. Mood saya bisa berubah tiba-tiba cuma karena teman kerja bertanya hal-hal yang tidak penting. Saya berpikir mereka sedang “menguji” saya, padahal sebenarnya mereka memang belum mengerti.
Persepsi muncul karena ada asumsi (pikiran, dugaan, prasangka) — asumsi muncul karena ada perspektif.
Perspektif atau sudut pandang, berarti cara kita melihat dan menilai sesuatu. Sedangkan persepsi adalah hasil penilaian dalam bentuk pemikiran dan kesimpulan.
Konsep positive reframe ini agak sedikit berbeda dengan hikmah. Mengambil hikmah berarti kita mencari “nilai kebijakan” dari satu kejadian, sementara positive reframing adalah melihat kejadian dari perspektif yang lebih baik.
Misalnya, teman kerja saya yang tadinya saya anggap “cerewet” dan banyak tanya, bisa berubah menjadi “teliti” dan tidak mau ada satu informasi pun yang terlewatkan.
Atau, ketika seorang anak kecil dianggap “nakal” karena suka mencoret dinding rumah, kita bisa melihat sisi “kreatif” dari kegemaran coret-coretnya itu dan memberikan wadah yang lebih baik.
Positive reframing sama dengan melihat gelas setengah penuh.
Kita bisa melihatnya dari dua sudut yang berbeda,
- Gelas itu tadinya kosong, dan ada sesuatu yang membuat dia setengah berisi.
- Gelas itu tadinya berisi, dan karena suatu hal akhirnya berkurang setengah.
Dua sudut pandang itu menunjukkan “insiden.” Ada sesuatu yang terjadi sebelumnya. Positive Reframing bukan berarti kita mengabaikan masalah, melarikan diri dan terbeban. Kita sadar ada masalah, dan kita siap untuk menghadapinya dengan lebih efisien tanpa harus bersungut-sungut dan berharap masalah itu tidak pernah terjadi.