Mohon tunggu...
Ricky Ferdi
Ricky Ferdi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat Junio

hanya sekedar orang biasa yang butuh kasih sayang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Membiarkan atau Bergerak

22 Februari 2019   18:30 Diperbarui: 22 Februari 2019   18:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sadar atau tidak pesta demokrasi Indonesia menjadi jurang yang memisahkan kita, yang dulunya kita teman sekarang menjadi lawan. Pertarungan 2 Ideologi dalam ego masing-masing. Seperti kejadian Socrates yang harus meminum racun. Akhirnya pertarungan dimenangkan oleh Soecrates tapi dengan cara mengorbankan diri demi membuktikan Ideologi Idealism. 

Hari ini masing-masing kubu menawarkan Ideologi masing-masing. Tapi jangan sampai pembuktian kali ini harus mengorbankan sesuatu. Kita sama-sama punya keyakinan untuk menciptakan Indonesia yang Maju dan Indonesia yang satu. Mungkin hanya caranya saja yang berbeda. Dan hari Pertarungan Jokowi dan Prabowo.

Menggambarkan Pesta Demokrasi hari ini kita semua pasti sepakat untuk menghapuskan Korupsi yang menjadi musuh kita bersama. Mana mungkin sih, diantara kita yang mau hasil jerih payah kita dipakai mereka demi kepentingan pribadi. Pesta Demokrasi kali ini hanya 2 partai yang tidak mencalonkan kadernya yang mantan koruptor. Mungkin partai yang lain masih mencalonkan mantan koruptor dengan alasan tertentu. Sekarang jika partai masih mendukung mantan koruptor, sama halnya dia masih mendukung korupsi di Indonesia. 

Toh kalau memang Partai sudah tau bahkan ada putusan yang mempunyai kekuatan hukum dari pengadilan kenapa masih harus didukung. Sebenarnya Partai mengutamakan kepentingan rakyat atau tidak? Tidak perlu sampai harus menunggu Indonesia bubar dulu atau bangkrut dulu kan baru kita sadar. Mungkin karena penyesalan datang belakangan kali ya kalau diawal mah pendaftaran. Jokowi sangat paham Indonesia harus dihapuskan korupsi dari dunia.

Masalah persoalan pilihan itu memang sangat banyak pertimbangan. Dari kedekatan emosional, ataupun karena kepentingan pribadi. Memang sih gk salah seseorang mau memilih, kan emang pemilu bersifat bebas, kecuali aturannya mengharuskan pemilih bertanggung jawab juga atas pilihannya. Jadi ketika anggota dewannya korupsi ya pemilih juga bertanggung jawab ganti kerugiaannya ke mereka yang pilihannya beda. 

Tapi setidaknya pilihan kita jangan sampai pilihan kita mengorbankan kepentingan orang banyak. Kayak kalian memilih calon istri aja pasti banyak kan pertimbangannya entah bibit, bobot, bebetnya. Ya sekarang kita memilih orang yang bertanggung jawab urusan negara kita selama 5 tahun. Waktu yang gk sebentar, perlu perhitungan yang matang dalam memilih. Jangan biarkan orang yang tidak paham Indonesia memimpin, saya cuman lihat di Jokowi.

NasDem dan PSI yang tidak sama sekali mendukung Koruptor. Bukan maksud bahwa Mantan Koruptor tidak punya hak untuk mencalonkan diri lagi apalagi di dukung Putusan Mahkamah Konstitusi dan hasil uji materil di Mahkamah Agung. 

Ya tapi karena saya, anda dan kita sadar bahwa Indonesia harus Maju. Mau sampai kapan sih Indonesia begini aja. Kalau masih didukung aja mereka tidak takut melakukan korupsi, masih didukung Partai kok. NasDem 2 periode pemilu gk pernah dukung mantan koruptor, dan sudah menjalan politik anti mahar dan kasih pendidikan khusus. Jangan tunggu sampai Indonesia bubar atau bangkrut dulu baru sadar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun