Nama Buku : Close
Season : Pertama
arranged by Ricky Pratama
----------------------------------------
Rewind
Putar Ulang
--------------------------------------------------
Badannya tersandar, perbaringan seakan tidak mampu menghapus pemikirannya dari “Nya”, “nya” seorang Aditya... seorang pria yang kebetulan ditemuinya di chatting tiga bulan yang lalu, Aditya... pria itu sedang tersenyum, tersandar disebuah layar handphone, matanya menatap keatas, senyumnya merekah gembira... tapi Aurel... pikirannya seakan terpecah... Aditya, pria itu mengungkapkan isi hatinya, “I Love You” bukan kata itu yang terucap, atau bahkan kata itu tak pernah terpikir olehnya, hanya bahasa tubuh yang menunjukan.... tidak berhenti sampai disitu...
“Tapi mau gak kamu backstreet”. Kata itu terhenti dengan sebuah pertanyaan... sebuah pertanyaan... tapi mengapa... semua ini serasa seperti... terkait,
sayang ini, suka ini, cinta ini, perasaan ini... haruskah ku jawab? Akankah “Iya” menjadi sebuah jawaban yang terbaik... apakah “Iya” akan memberikan sebuah masa depan yang cerah... apakah... pertanyaan itu... tak pernah terjawab, pertanyaan itu hanya terlanjut dengan sikap saling memberi, saling kasih... pertanyaan itu belum sempat terjawab, atau memang tak ingin dijawab... ianya... hanya...
Aurel, sekali lagi dia jatuh kedalam pelukan seorang pria yang... dia sendiri tidak dapat menggambarkannya... para pria yang terlihat pendiam, sedikit “cool” sedikit kharismatik, sedikit berbicara, hanya menggambarkan sesuatu lewat tindakan... sosok yang sebenarnya ia sendiri kurang mengetahuinya, sosok yang ia nilai sendiri, sebuah penilaian dimana kenyataan dan angan bercampur menjadi suatu hal “semi-realistik”... Aurel... pikirannya terkadang berusaha menggugat hatinya... terkadang hatinya mulai menerjang balik pikirannya... semuanya rasa sayang, pengakuan dan kenyataan... kenapa itu seakan sulit untuknya... kenapa? Kenapa?
Handphone itu diletakan, tidurnya seakan tidak bermakna, Aditya, nama itu seakan menyita... malam ini, semua seakan tidak terasa, dingin itu gak ada, hening itu kian kosong, ruangan ini seakan tidak bersahabat... apa ini karena aku, atau hanya karena perasaan yang... “ah sudahlah” pikirnya sesekali berusaha menepis...
Badannya terebah... pikirannya terebah... rasa ”nya” terebah... hembusan nafas itu seakan tanpa paksaan, berhembus seakan dipaksa tanpa arti... ianya... pikir ini...