“itu” seakan memberinya sedikit semangat, sebuah kepercayaan yang berusaha dia bangun, rasa sakit akan yang pertama, rasa sakit itu yang berusaha ia hilangkan... bibirnya tersenyum, “ia”-nya tertidur, sementara lantunan itu terus berlalu menemaninya, berusaha menghilangkan sepi... guling itu terdekap sempurna, berusaha menggantikan “dia” yang jauh... matanya tertutup perlahan... sementara kuning itu baru saja terbangun... kuning itu tidak tergerak... kuning itu tidak melayang... kuning itu hanya tergantung... kuning itu... memori itu... “dia”...
Aditya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H