Tidak dapat dipungkiri bahwa 'selera umum' yang terbentuk dari hasil proses evolusi itu ada. Misalnya, manusia secara umum tertarik pada wajah yang 'terlihat muda & sehat', 'lebih simetris', dan 'terlihat familiar' (6-8). Meski begitu, kecantikan dan daya tarik tetap lebih dipengaruhi oleh faktor non-biologis seperti lingkungan, budaya, tren, dan faktor psikologis.
Charles Darwin, bapak teori evolusi sekalipun, mengatakan bahwa standar kecantikan yang universal pada setiap orang itu tidak ada, buktinya jelas bahwa preferensi kecantikan setiap orang dapat berbeda-beda (9).Â
Pada tahun 2014, terdapat studi yang mempelajari standar kecantikan dengan membandingkan "People Magazine's Most Beautiful People" dari edisi tahun 1990 hingga tahun 2017.Â
Dari studi tersebut ditemukan bahwa standar kecantikan selalu berubah-ubah (14). Mengutip salah satu studi yang membahas topik ini, "the common saying 'beauty is in the eye of the beholder' has been supported by studies analyzing the effect of environment on aesthetic preferences"; "twin studies show that individual preferences for attractiveness are shaped more by the environment" (11).Â
Oleh karena itu, tidak ada gunanya mengejar satu standar kecantikan yang tidak menunjukkan 'dirimu', sebab kecantikan sendiri memiliki definisi yang berbeda-beda dan bervariasi. Tidak ada standar universal untuk kecantikan.
Alasan Mengapa Beauty Standar Dapat Sangat Bervariatif
Berbagai studi mengenai standar kecantikan menunjukkan hasil yang konsisten yaitu personality traits yang diharapkan dari pasangan dapat mempengaruhi selera seseorang pada penampilan fisik calon pasangannya. Mengutip dari studi ini, "for example, women who value cooperation and good parent may avoid 'masculine-faced' men" (7). Oleh karena itu, penampilan yang dianggap menarik oleh setiap orang dapat berbeda satu sama lain karena banyak hal, salah satunya personality traits yang diharapkan.
Terlepas dari standar kecantikan fisik, ketertarikan seseorang terhadap orang lain juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sebagai contoh, suatu studi menemukan ketika wanita ditunjukkan foto pria dikelilingi wanita, mereka menilai pria tersebut lebih menarik dibandingkan ketika ditunjukkan foto pria tersebut sedang sendiri (15). Namun di studi lain, wanita lebih memilih foto pria yang berdampingan dengan wanita yang sedang tersenyum dibandingkan dengan foto pria yang berdampingan dengan wanita yang tidak tersenyum (16).
Pada akhirnya, obsesi terhadap beauty idealism dari manapun/ siapapun tidak akan memberikan keuntungan bagi diri kita. Hindari dan jangan terpengaruh oleh apa yang media/ iklan promosikan sebagai beauty standard, karena standar kecantikan yang universal itu tidak ada.Â
Kecantikan akan selalu unik dan bervariasi. Ketika ingin mengubah diri, baik itu penampilan maupun aspek lainnya, sudah seharusnya itu dilakukan untuk mendapat versi terbaik dari diri kita sendiri. Meningkatkan penampilan dengan motivasi & tujuan yang benar (self-improvement, untuk lebih sehat) akan memberikan kepuasan diri dan self-respect.Â