[caption id="attachment_403713" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi: Suku Anak Dalam terkepung perkebunan sawit di Kecamatan Bathin VIII, Kabupaten Sarolangun, Jambi, Sabtu (6/10/2012). (KOMPAS.com)"][/caption]
Mungkin sudah biasa mendengar program pemerintah dalam memberikan bantuan langsung kepada korban bencana ataupun masyarakat yang dirasa perlu mendapatkan bantuan. Tapi, berbeda dengan peristiwa baru-baru ini seperti yang dilansir tribunpekanbaru.com berjudul "Menteri Khofifah Bantu Orang Rimba Rokok dan Bahan Makanan", secara tugas seorang menteri sosial tidak ada yang aneh memang dalam melakukan aksi sosialnya namun yang sedikit menggelitik mensos memberikan bantuan berupa produk rokok ketika masalah gizi warga Rimba di pertaruhkan.
Dalam pemberitaan tersebut Khofifah Indar Parawansa, Menteri Sosial RI melakukan kunjungan ke Sungai Kemang, Jambi sebagai bentuk responnya mendengar kasus 11 orang rimba yang meninggal akibat krisis pangan. Khofifah memberikan bantuan berupa bahan makanan, pakaian, dan rokok sebagai bentuk kepeduliannya. Rokok dan masalah gizi jelas tidak ada korelasinya, justru secara langsung menteri memberikan kesempatan warga untuk menikmati kesakitan akibat rokok. Lucunya, kebiasaan buruk warga malah di dukung pemerintah.
Dalam hal ini, terlihat jajaran menteri terlihat ego ingin menunjukkan kualitas dan gaya kerjanya tanpa melakukan kordinasi dengan rekan kementerian lainnya. Dalam kasus ini, tentu diperlukan upaya saling sinergi terutama dengan kementerian kesehatan agar upaya yag dilakukan pemerintah dapat sejalan dan sesuai kebutuhan.
Saat ini, Warga Rimba sedang dihadapkan krisis pangan berkelanjutan yang dapat mengancam kematian kembali warganya terutama anak-anak rimba. Menurut data Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) dalam kasus ini saja 7 diantara 11 orang yang dinyatakan meninggal merupakan anak-anak. Jelas anak rimba sekarang membutuhkan perhatian lebih untuk mendapatkan akses sumber pangan yang baik baginya ketimbang rokok.
Adanya kasus krisis pangan warga rimba terjadi akibat pembalakan hutan yang secara terus menurus dilakukan oleh oknum dan pihak yang tidak bertanggung jawab. Bagi warga Rimba, hutan yang jadi target pembalakan adalah sumber kehidupan serta sentra makanan baginya. Kementerian terkait harus menelusuri dan menganalisa lebih baik bantuan yang lebih tepat bagi mereka, karena Warga Rimba adalah bagian kelompok masyarakat yang sepatutnya memperoleh haknya untuk dilindungi pemerintah.
Persoalan gizi harus ditangani serius oleh pemerintah karena gizi bagian dari proses kehidupan dan salah satu yang dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang anak sehingga pemenuhan kebutuhan gizi secara akurat turut menentukan kualitas tumbuh kembang sebagai sumber daya manusia berkualitas. Saat ini masalah gizi di Indonesia termasuk salah satu perhatian pemerintah, 4 masalah gizi di Indonesia yang sering ditemui terutama di daerah tertinggal dan pendalaman seperti Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Anemia Gizi Besi (AGB) perlu di tuntaskan bersama agar kejadian serupa tidak terulang lagi serta harapan Indonesia mencapai Milenium Development Goals (MDGs) dapat terealisasi.
Kembali ke persoalan bantuan rokok, jangan sampai pemerintah mengeluarkan bantuan serupa kembali untuk peristiwa atau bencana lainnya. Tindakan tersebut tidak mencerminkan tanggung jawab pemerintah dalam memberikan hak sehat masyarakat. Apalagi jika kejadian ini diketahui media asing yang sontak akan mengundang lawakan negara lain dan menertawakan pemerintah dalam tindakan tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H