Sarinah, nama perempuan ini sangat akrab di telinga. Tapi apakah pribadi ini benar benar ada atau hanya sekedar mitos  ?
Sarimah bukan mistos.
Keberadaannya nyata.
Ia sangat dihargai bapak Indonesia, Â Ir Soekarno.
Dia satu satunya perempuan yang   olehnya, dua tahun setelah kemerdekaan, tepatnya tahun 1947,  Presiden Pertama RI menulis dan menerbitkan buku tentang perempuan, berjudul,  'Sarinah - Kewajiban Wanita Dalam Perjuangan Republik Indonesia,' sebagai tanda terima kasih padanya
Dia  juga satu satunya perempuan  yang padanya Soekarno beri penghormatan dengan menyemat namanya pada pusat perbelanjaan pertama di Indonesia sekaligus gedung pencakar langit pertama di Jakarta, Gedung Sarinah.
Diresmikan Soekarno pada 1967.
Tapi siapa sebenarnya Sarinah dan kenapa perempuan ini begitu berartl bagi Soekarno ?
Sarinah, pengasuh Soekarno.
Gadis desa ini tidak pernah menikah.
Sehari harinya ia mengurus Karno.
Ke mana Sarinah pergi, Karno  momongannya selalu membuntuti.
Sosok ini -disamping ibu dan nenek, yang karena memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Soekarno, ketiadaannya di dunia mampu membuat Soekarno 'meratap' kehilangan.
"Sekarang aku tidak punya ibu, tidak ada nenek yang menyayangiku untuk membujukku, tidak ada Sarinah yang setia menjagaku. Aku merasa sebatang kara," cerita Soekarno di bukunya.
Ia "Mbok" saya. Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih.
"Dari Mbok Sarinah, saya mendapat
pelajaran mencintai orang kecil. Ia orang kecil, tapi jiwanya selalu besar.
Sarinah adalah satu nama biasa, tetapi Sarinah yang ini bukanlah wanita biasa. Dia orang yang paling besar pengaruhnya dalam hidupku," tulis Sukarno.
Sarinah tidak hanya sekedar menyuapi Soekarno. Sejak usia  4 tahun ia  telah tanamkan ajaran cinta kasih pada momongannya.
"Karno, pertama engkau harus mencintai ibumu. Kemudian, kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya."
"Dialah yang mengajarku mengenal kasih sayang. Sarinah mengajariku untuk mencintai rakyat. Rakyat kecil," cerita Soekarno pada Cindy Adams, penulis biografi, 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.'
Dalam biografinya, Soekarno bahkan beberapa kali menyanjung Sarinah layaknya wanita berkelas. Pada momen itu disiratkan bahwa pendidikan tidak harus selalu didapatkan di sekolah.
Tidak heran kalau Soekarno begitu menghargai, 'mencintai' dan tidak bisa melupakan Sarinah, seperti katanya, "Budinya terlalu besar, " karena Sarinah juga yang telah menanamkan doktrin baik untuk mencintai ibu, Â mencintai rakyat jelata dan sesama.
Kelak dikemudian hari, Ir Soekarno menjadi tokoh yang dihargai dunia internasional dan sangat dicintai rakyat Indonesia..
Ini bukan tentang perempuan berpendidikan tinggi yang 'berkelas.'
Tapi tentang perempuan desa yang dibalik kesederhanaannya yang tidak diduga awam, ternyata mampu memberi sumbangsih berguna bagi pendiri bangsa ini, Bung Karno..
Sarinah..
Gambaran perempuan ideal Indonesia yang sumbangsihnya tidak akan lekang oleh waktu..
Kitakah gambaran itu?
ricke senduk/bintaro
* dari berbagai sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H