Bencana alam akhir2 ini membuat banyak orang tercengang, terpana, dan entah apalagi kata-kata yang bisa menggambarkan keterkejutan manusia dimana apa yg mereka lihat itu seakan-akan mustahil terjadi. Kejadian terjadi begitu cepat, prediksi-prediksi oleh badan-badan yang berwenang juga tidak mampu memberikan peringatan dini dengan baik. Hukum aksi-reaksi dalam dunia fisika semestinya menjadi acuan dalam menebak reaksi(bencana) alam terhadap kita dengan aksi yang kita berikan padanya. Perusakan alam skala kecil sampai skala besar dimulai dengan pembangunan pusat-pusat bisnis di muka bumi in tanpa ramah lingkungan. BUmi tak bisa lagi bernapas, wajar saja kalu bumi bergoyang (gempa) atau batuk (gunung meletus). Pembangunan tempat bisnis mulai dari mall, kafe, dan teman-temannya dalam hal ini saya sebut rukonisasi walaupn sebenarnya bukan mengacu pada asal kata rumah dan toko. Tapi lebih kepada menjamurnya ruko-ruko, bahkan masuk ke daerah perumahan. Yang menjadi permasalahan adalah mereka punya bentuk yang mirip, asal dibangun asal bisa untuk tempat usaha. Dan dengan keasalan itu biasanya mengabaikan faktor keasrian alam, tanpa tanaman, tanpa resapan air yang dipertahankan. Semua serba dipaving, di tutup semen, tak ada space untuk tanaman. kepentingan bisnis vs. kepentingan alam? rukonisasi vs. reboisasi? [caption id="attachment_308953" align="alignleft" width="300" caption="taken by Petrus Afung"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H