Richart Pandapotan Sianipar
12 IPS 4, SMAN 3 KABUPATEN TANGERANG
    Sejarah kearifan lokal di Jakarta dapat ditelusuri dari asal usulnya sebagai kota pelabuhan yang dikenal dengan nama Jayakarta, sebelum dijajah oleh Belanda dan berganti nama menjadi Batavia. Selama berabad-abad, Jakarta telah dipengaruhi oleh berbagai budaya perdagangan, sehingga menghasilkan perpaduan antara tradisi pribumi dan pengaruh asing. Apalagi Jakarta memiliki warisan budaya yang kaya, meliputi seni tradisional, kerajinan, masakan, dan ritual. Kearifan lokal ini telah diturunkan dari generasi ke generasi dan berperan penting dalam membentuk identitas kota dan masyarakatnya.
    Di era globalisasi, Jakarta menghadapi tantangan dan peluang. Di satu sisi, globalisasi telah meningkatkan konektivitas dan akses terhadap ide-ide baru, teknologi, dan peluang pertumbuhan ekonomi. Hal ini berdampak pada kearifan lokal Jakarta dalam beradaptasi terhadap perubahan tren dan pengaruh budaya yang berbeda.
Pencak Silat sebagai Buah Baik Globalisasi
    Kebudayaan khas Jakarta yang sering kita temui adalah seperti Ondel-ondel, tradisi palang pintu, roti buaya, Lenong, dan Pencak silat. Kebudayaan-kebudayaan ini merupakan budaya yang telah dilakukan dari generasi ke generasi. Lantas bagaimana era modern dan globalisasi mempengaruhi tradisi-tradisi ini? Salah satu contoh kearifan lokal yang terkena dampak globalisasi yaitu Pencak silat.
    Pencak Silat berasal dari seni bela diri asli Indonesia, yang berkembang selama berabad-abad. Ini mengambil inspirasi dari keterampilan berburu dan berperang tradisional suku asli. Artefak sejarah seperti senjata yang ditemukan di situs kuno seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan mencerminkan gerakan dasar Pencak Silat Pencak Silat mewujudkan perpaduan komponen mental-spiritual, seni, bela diri, dan olahraga. Hal ini tertanam kuat dalam warisan Indonesia dan Melayu, yang secara tradisional merupakan bagian dari pendidikan dan ritual menuju kedewasaan bagi remaja putra, juga remaja putri. Seiring waktu, Pencak Silat telah menyebar ke luar Asia Tenggara ke negara-negara seperti Belanda, Jerman, Italia, Amerika Serikat, dan Jepang.
    Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, pencak silat telah menjadi suatu budaya yang populer dan diminati anak-anak muda. Saat ini, pencak silat mungkin dianggap sebagai seni maupun olahraga yang hanya dijadikan hobi. Namun tanpa disadari, keinginan untuk mempelajari pencak silat sama dengan keinginan untuk melestarikan budaya khas Jakarta.
Pencak Silat Indonesia di Mata Dunia
    Globalisasi telah membawa kesenian pencak silat ke muka internasional. Efek globalisasi pada pencak silat antara lain telah mengedepankan kejeniusan lokal menuju globalisasi melalui budaya dan olah raga, mengembangkan dan melestarikan pencak silat sebagai aset budaya bangsa, serta memanfaatkan kearifan lokal sebagai penyaring globalisasi. Selain itu, globalisasi memungkinkan pertukaran pengetahuan dan teknik antar praktisi di seluruh dunia, sehingga meningkatkan pengakuan dan pelestarian seni bela diri tradisional seperti pencak silat. Banyak atlet-atlet pencak silat yang telah membawa nama Indonesia di hadapan dunia, secara tidak langsung membanggakan sekaligus menyebarluaskan budaya ini.
    Pencak silat tidak hanya mewujudkan teknik bela diri tetapi juga tradisi Indonesia yang mengedepankan rasa hormat antar individu, menekankan persahabatan, dan menonjolkan ikatan sosial. Dengan memanfaatkan kearifan lokal sebagai filter globalisasi, komunitas seperti Desa Pasir Karag bertujuan untuk mempertahankan aspek positif globalisasi sekaligus menjaga warisan budaya mereka. Dengan mengakui nilai kearifan lokalnya, Jakarta dapat mempertahankan identitas budayanya yang unik sambil memanfaatkan manfaat globalisasi. Kota ini dapat terus berkembang dan beradaptasi, menemukan keseimbangan antara melestarikan warisan budayanya dan memanfaatkan peluang yang datang dengan menjadi bagian dari dunia global.