Mohon tunggu...
RICHARDO SARAGIH
RICHARDO SARAGIH Mohon Tunggu... Pegawai Negeri Sipil -

Lahir di sebuah desa di tanah simalungun. Anak pertama dari tiga orang bersaudara.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pesta Danau Toba (Bukan) Sekedar Ceremony?

2 Januari 2012   05:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:27 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PESTA DANAU TOBA (BUKAN) SEKADAR CEREMONY???

Oleh : Richardo. Saragih

Pada hari minggu (18 Desember 2011) tepatnya pukul 14.00 WIB, penulis menyaksikan acara yang disiarkan oleh stasiun televisi (Metro TV) yang berjudul "The Beautiful of North Sumatera", keindahan Sumatera Utara. Penulis tidak menonton acara ini sampai dengan selesai karena harus mengikuti suatu pertemuan di Padang Bulan. Namun demikian penulis masih sempat menikmati keindahan alam Sumatera Utara (SUMUT) yang ditayangkan di acara tersebut, mulai dari cerita terjadinya danau toba, mitos batu gantung, sejarah tarian sigale-gale, kegunaan ulos bagi orang batak, sistem hukuman pancung bagi orang yang berhianat terhadap kerajaan, museum TB. SILALAHI di Samosir, monumen Bung Karno saat diasingkan di Parapat, air terjun sipiso-piso di tanah karo, penangkaran orang hutan yang ada di Si Batu Loting (Simalungun), dll. Dalam benak penulis, sungguh "The Beautiful of North Sumatera".

Penulis berkeyakinan bahwa acara tersebut merupakan salah satu media promosi dan publikasi akan diselenggarannya Pesta Danau Toba (PDT) pada tanggal 27 s/d 30 Desember 2011 mendatang yang tinggal beberapa hari lagi. PDT adalah pesta yang dirindukan oleh rakyat SUMUT, karena pada awalnya PDT merupakan pesta rakyat yang merupakan puncak dari pesta seni budaya yang telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota di sekitar danau toba, misalnya di Simalungun telah dilaksanakan pesta rondang bintang pada bulan Juni yang lalu. Seperti PDT pada tahun-tahun sebelumnya, PDT tahun ini juga merupakan upaya pelestarian dan pengembangan kekayaan kesenian dan budaya daerah yang ada di SUMUT ini, termasuk potensi alamnya. Kekayaan sebagai warisan dari leluhur yang tak ternilai harganya. Tidak hanya itu, pesta ini juga diharapkan dapat merangsang minat wisatawan domestik dan mancanegara untuk berkunjung ke danau toba, danau terluas di Indonesia yang merupakan anugerah dari Sang Khalik, yang pada akhirnya tentu akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat juga pemerintah daerah melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang akan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pula.

Tidak Perlu Mewah

Dalam mempersiapkan kesuksesan acara akbar tersebut telah dibentuk kepanitiaan di Propinsi juga di daerah (Panitia Lokal). Masyarakat dan calon pengunjung berharap panitia mampu menyusun perencanaan yang matang, efektif dan efesien demi suksesnya pesta rakyat SUMUT ini dan dapat pula memberikan sumbangsih bagi masyarakat. Kenyataannya, dari anggaran sebesar Rp. 2 milyar, panitia menyatakan dana yang dibutuhkan untuk PDT ini sebesar Rp. 4,2 milyar atau terdapat kekurangan dana lebih dari 50 % (Harian Sumut Pos, 9 Desember 2011). Dengan demikian ada usulan dari berbagai pihak agar acara PDT tahun ini ditunda. Tentu panitia tidak akan begitu mudahnya menerima masukan-masukan tersebut, karena sampai saat ini pun pasti sudah begitu banyak dana yang dikeluarkan, misalnya untuk publikasi, seminar yang telah diadakan oleh panitia, dan persiapan lainnya. Bingung memang kenapa anggarannya bisa kurang, bukankah panitia menyusun rencana sesuai dengan anggaran yang disediakan???. Saya jadi teringat dengan umpama simalungun "bahat pe bois do, tapi otik pe sukkup do" (banyak pun habis juga, tapi sedikit pun itu cukup juga).

Panitia harus kembali memutar otak dan mencari solusi bagaimana agar acara PDT tahun ini tidak ditunda bahkan dibatalkan, karena sudah pasti akan mengecewakan rakyat yang telah bermimpi akan hadir pada saat acara akbar itu. Barang kali untuk calon pengunjung dari luar SUMUT ada yang telah memesan tiket bersama keluarga untuk menghadiri PDT tahun ini, karena memang PDT tahun ini bertepatan dengan libur natal dan tahun baru. PDT tidaklah mesti mewah, karena pesta ini memang bukanlah pesta yang harus mewah seperti pesta pernikahan Ibas dan Aliya yang menghabiskan dana sekitar Rp. 20 milyar (Tempo, 28 November 2011). PDT hendaknya bukanlah ceremony yang bertujuan untuk menghambur-hamburkan uang rakyat oleh pejabat. PDT adalah pesta rakyat dan bukan pestanya pejabat. PDT harus memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat memberikan makna tersendiri bagi pengunjungnya sehingga dikemudian hari tidak akan bosan-bosannya datang ke danau toba atau akan merasa masih ada yang kurang jika tidak datang ke danau toba.

Langkah Nyata

Danau toba memiliki keindahan alam yang maha dahsyat, dan bukan secara kebetulan Sang Pencipta meletakkanya di SUMUT. Haruskah kita biarkan potensi ini tidak terurus atau bahkan salah urus?, Tentunya tidak! Setiap stakeholder yang terdiri dari pemerintah, masyarakat setempat, dan perusahaan swasta di sekitar danau toba harus saling bekerjasama untuk menjadikan danau toba sebagai salah tujuan wisata idaman layaknya Bali.

Usaha keramba ikan masyarakat di danau toba perlu ditata kembali sehingga tidak mengurangi nilai estetika dari danau tersebut yang dapat berakibat pada menurutnya minat wisatawan untuk mandi di danau. Siapa yang mau mandi dengan kondisi air danau yang berminyak akibat makanan (pelet) ikan. Perlu campur tangan pemerintah dalam pengaturan letak wilayah keramba ikan masyarakat di danau tanpa harus menutup usaha masyarakat tersebut. Perusahaan swasta yang memiliki usaha di sekitar danau toba pun diharapkan dapat mendukung pelesterian alam danau toba ini dengan tidak membuang limbah pabrik dengan sembarangan ke danau. Pemerintah juga memiliki peranan yang sangat vital melalui kebijakan anggaran di APBD, bagaimana menjadikan danau toba tetap indah dan nyaman bagi pengunjung tidak hanya menjelang pelaksanaan PDT, sehingga ada kesinambungan. Rasa bersahabat yang diperlihatkan oleh masyarakat setempat dengan Senyuman, Sapa, dan Salam (3 S) juga sangat penting dalam hal merangsang wisatawan untuk datang membawa devisa ke danau toba. Infrastruktur yang baik dan nyaman juga merupakan salah satu faktor yang harus dipersiapkan oleh stakeholder. Bagaimana mungkin wisatawan, secara khusus wisatawan asing tertarik datang ke danau toba jika harus menghabiskan waktu selama 6 s/d 8 jam dari bandara polonia agar sampai di Parapat. Dengan kata lain lebih lama di perjalanan. Rencana pembangunan jalan tol Medan - Tebing atau bahkan Medan - Parapat tentu harus dipertimbangkan dan segera direalisasikan oleh Pemerintah.

Untuk tahun 2012, APBN melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menganggarkan Rp. 20 milyar untuk danau toba. Dana ini antara lain untuk menyusun masterplan pembuatan geopark yang harus sudah selesai akhir tahun 2011 ini. Selanjutnya, pada 2012 sudah mulai dibangun atalase sebagai tempat untuk memamerkan keunikan-keunikan danau toba. Pemkab Samosir telah menyediakan lahan seluas 22 hektar untuk pembangunan atalase ini (Harian Sumut Pos, 9 Desember 2011). Hal ini tentu merupakan kabar baik untuk SUMUT demi pengembangan danau toba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun