"Bang, sepatu itu bagus ya." Riki memperhatikan toko sepatu yang ada di pinggir jalan. Sudah beberapa hari ini aku lihat Riki sering melamun di depan toko itu memperhatikan orang-orang yang keluar masuk dengan sepatu baru. Kelihatannnya sepatu berwarna merah yang ada di lemari kaca itu sudah menarik perhatian Riki.
"Ya, memang bagus. Kau mau sepatu itu?" tanyaku pada Riki yang langsung dibalas dengan penolakan. Dia beralasan dia tidak membutuhkannya padahal aku yakin ada alasan lain yang membuat dia menolaknya. Besok sudah tahun baru dan aku yakin sepatu akan jadi hadiah yang bagus untuk Riki.
Keesokan harinya aku memberikan kantong berisi penuh rongsokan yang selalu kubawa untuk bekerja pada Riki dan mengucapkan selamat tahun baru. Ia merogoh-rogoh ke dalam kantong tersebut dan mendapati sepasang sepatu merah yang selalu diperhatikannya. Riki melompat kegirangan, "Terima kasih bang, tapi kenapa wajah dan badanmu penuh babak belur?"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H