Selama 22 tahun berturut-turut STPM St. Ursula Ende secara konsisten  menyelenggarakan Turnamen Bola Volley putra-putri di tingkat pelajar SMU dan tingkat Perguruan Tinggi di daratan Flores.Â
Perhelatan akbar yang dinahkodai oleh ORMAWA (Organisasi Mahasiswa) STPM Santa Ursula ini merupakan sebuah pesan yang disampaikan kepada masyarakat luas bahwa olahraga tak sekedar merebut trofi dan sejumlah uang melainkan memiliki makna dan spirit tersendiri dalam keberadaannya. Entah disadari atau tidak, pesan tulus yang disampaikan dalam STPM Cup ini seakan sirna dan terkerus oleh waktu.
Mungkin karena termakan usia dan dinamika dalam perjalanannnya, STPM Cup sejurus mengalami  distorsi makna dan hanya mencerminkan riuh rendahnya tepukan tangan dan sorak-sorai para penonton.Â
Namun sesungguhnya tak cuma itu, ada serangkaian nilai-nilai dan makna filosofis dalam perhelatan akbar ini yang belum disingkap secara utuh kepada publik.
Ada semacam gejala yang menyepelekan turnamen ini dan kecenderungan menggunakannya dalam pemaknaan tunggal sebagai ajang hura-hura. Hal ini tak boleh terjadi dan mesti dikemas kembali pemaknaannya yang lebih intensif dan yang mampu mengubah pola pikir serta menciptakan kultur baru dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
Sejauh ini turnamen dalam olahraga dimaknai hanya sebagai medan pengembangan minat dan bakat serta pembentukan mental bagi para atlit. Pemaknaan ini pun mulai perlahan tergerus oleh ambisi meraih trofi dan sederet hadiah lainnya yang memicu konflik.
Ketika muatan kompetisi olahraga diarahkan pada konflik maka yang terjadi hanyalah sebuah demonstrasi kekuatan. Jika demikian maka dunia Olahraga tak bedanya dengan hutan belantara yang menjadi medan perjumpaan sekumpulan binatang buas.
STPM St. Ursula Cup tidak mendangkalkan makna kompetisi hanya pada pengembangan minat dan bakat serta mental, melainkan pada beberapa hal vital.
Membangkitkan Gelora Altruisme
Masihkah tersenggol di pikiran kita pada nama Rudy Hartono? Atlit Indonesia yang memenangi All England pada tahun 1968. Kala itu para anggota MPRS yang terhormat, tengah mengikuti Sidang Umum berhenti sejenak untuk memberikan aplaus tatkala berita kemenangan Rudy Hartono masuk ke dalam ruangan itu.Â
Tujuh tahun kemudian, Rudy Hartono kembali membuat geger republik ini karena kekalahannya dari Sven Pri di arena yang sama menyebabkan seorang penggemarnya dari negeri ini tewas karena shock (Prisma, Mei 1978).