Kisah-kisah berlatar dunia wirausaha ini memaparkan bagaimana para tokoh inspiratif di dalamnya mampu berdaya, menepis kegagalan dan kembali berjuang untuk mencapai tangga kesuksesan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut; Â
Hanggono, seorang pensiunan abdi negara memilih menjadi pengusaha getuk di usia senjanya. Sejak tahun 80-an, ia begitu setia mengembangkan cita rasa masa lampau dari resep warisan nenek moyang dalam membuat getuk, sebuah penganan yang dulunya dianggap sebagai kuliner rakyat jelata, namun dengan inovasi yang dilakukannya, getuk mampu ‘naik kelas’ menjadi jenis produk makanan yang modern dan banyak dicari oleh para wisatawan. Jika datang ke kota Magelang, tanda kesuksesannya bisa dilihat dari produk Getuk Marem bergambar stupa Candi Borobudur yang dengan mudah kita lihat di berbagai pusat oleh-oleh. Namun, dari getuk-getuk tersebut, ada banyak cerita perjuangan yang tersimpan, bagaimana ia harus menawarkan getuk dengan berkeliling naik sepeda ke pasar-pasar, bahkan seringkali jumlah getuk yang terjual tidak lebih dari setengah jumlah getuk yang diproduksi. Maka tak salah jika BTPN menganugerahi Hanggono dengan predikat ‘Jagoan’ sebagai wirausahawan inspiratif  yang bernilai dalam sebuah program pemberdayaan purnabakti-purnabakti nasional Indonesia. (halaman 1)
Milda Fitriawati, seorang Kader Kesehatan yang setia memberikan penyuluhan serta memeriksa kesehatan para warga di sekitar tempat tinggalnya. Awalnya Milda hanyalah ibu rumah tangga yang putus sekolah saat duduk di bangku SMA. Namun, karena keinginannya untuk maju dan berdaya, akhirnya Milda mengikuti ujian kejar paket C dan bergabung dalam program Daya BTPN sebagai Kader Kesehatan. (halaman 15)
Suwono, pensiunan PNS dari Dinas Pekerjaan Umum yang di usia senjanya mencapai kesuksesan lewat jalan yang tak disangka-sangka, yaitu dari kotoran manusia yang berhasil diubahnya menjadi pupuk organik. Selepas purnatugas sebagai abdi negara, Suwono menggeluti usaha sedot WC, Â awalnya ia membuang limbah tersebut ke sungai, hingga kemudian ia sadar bahwa hal tersebut justru akan mencemari lingkungan, maka ia pun berinovasi dengan membuat bak-bak penampungan dan melakukan penyaringan hingga air limbah tinja tersebut bisa diubahnya menjadi pupuk organik yang setelah diujikan ke laboratorium UGM ternyata mampu menyuburkan tanah dan memberikan hasil panen yang berlimpah. Bahkan sejak tahun 2013, BTPN juga meminta Suwono untuk menjadi pembicara dan membagi pengalamannya dan mengajak para rekan sesama pensiunan untuk belajar hidup sehat dan kreatif. (halaman 25)
Bodro Irawan, seorang pengusaha fotokopi di Pekalongan yang merintis usahanya dari nol. Sebelum berhasil seperti sekarang, usaha fotokopi Wawan (sapaan akrab Bodro Irawan) pun pernah mengalami jatuh bangun, dari pendapatan minim hingga ditipu oleh orang dan komputer miliknya dibawa kabur penipu tersebut. Akan tetapi Wawan tidak menyerah, ia kemudian bermitra dengan BTPN pada tahun 2004 dan perlahan tapi pasti, ia akhirnya mampu mengembangkan usahanya. Bahkan, ia pun membuka kursus komputer gratis bagi setiap orang yang memang memiliki keinginan untuk belajar. (halaman 55)
Supriyanto, pengusaha batik kayu dari Bantul-Yogyakarta. Sejak kecil Supriyanto sudah akrab dengan batik kayu yang juga menjadi komoditas ekonomi desanya. Setelah lulus sekolah, ia beberapa tahun membantu di sanggar batik kayu milik kakak kandungnya, hingga kemudian Supriyanto berani melangkah sendiri membangun usaha batik kayu dengan nama Batik Kayu Linggarjati yang kini bisa diekspor ke berbagai negara di dunia. Keberhasilan seorang Supriyanto tidaklah tanpa kendala, karena ia pun pernah mengalami masa-masa pahit dimana ia gagal memenuhi pesanan dari Amerika sebanyak 78.000 batik tulis dan harus membayar biaya ganti rugi yang tentunya tidaklah sedikit. Bukannya menyerah, atau berganti usaha yang tanpa resiko atau beresiko kecil, justru Supriyanto kembali bangkit dan pada tahun 2011 ia memilih untuk mengikuti program Daya dari BTPN. Supriyanto rajin ikut pelatihan dan pameran yang dijembatani oleh BTPN hingga usahanya pun bisa menjadi semakin luas dan maju. (halaman 81)
Hanggono, Milda, Suwono, Bodro Irawan dan Supriyanto memiliki latar belakang serta permasalahan hidup masing-masing, akan tetapi mereka sama-sama memiliki kesamaan, yaitu tidak ingin dan tidak mau menyerah dalam kegagalan dan keterpurukan.
Selain lima kisah tokoh inspiratif tersebut, masih ada 15 kisah tokoh lain yang tak kalah menginspirasi. Melawan diri sendiri memanglah tidak mudah, terutama melawan rasa putus asa yang hadir ketika mengalami kegagalan. Tak ada mimpi dan cita-cita yang tidak mungkin digapai di dunia ini, asalkan ada usaha, kerja keras, dan sikap pantang menyerah.
Tak hanya sarat akan pesan dan inspirasi, tulisan-tulisan dalam buku ini juga dinarasikan dengan apik oleh 20 Blogger Kompasiana sehingga mampu membuat pembaca seolah belajar dan bercakap-cakap secara langsung pada 20 tokoh inspiratif yang kisahnya dituliskan. Membuat pembaca enggan menutup buku hingga halaman terakhir dan menjadikan pembaca semakin tak sabar untuk mulai berwirausaha dan berinovasi dalam usaha yang telah dijalani.
Dayakan Diri, Dayakan Lingkungan, Dayakan Indonesia
Dilihat dari perjalanan kisah kesuksesan 20 tokoh inspiratif dalam buku ini, sesungguhnya ada satu benang merah yang dapat ditarik, yaitu keikutsertaan mereka pada Program Daya BTPN yang akhirnya menjadi salah satu titian kesuksesan mereka.