Mohon tunggu...
Richa Miskiyya
Richa Miskiyya Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Perempuan biasa dengan kehidupan biasa, namun selalu menganggap jika kehidupannya itu luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agus Ja’far, Berbagi Cahaya untuk Sahabat Tunanetra

30 Januari 2016   23:03 Diperbarui: 30 Januari 2016   23:44 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sederhana, tekun, dan pantang menyerah, adalah tiga kata yang bisa menggambarkan sosok Agus Ja’far, seorang pemuda yang lahir dengan fisik tak sempurna, namun ia memiliki semangat dan kesempurnaan hati untuk terus berbagi pada sesama.

Agus, begitu ia sering disapa memang terlahir dengan kekurangan pada indra penglihatannya. Agus menderita low vision, mata sebelah kirinya tak berfungsi, sedangkan mata kanannya hanya memiliki jarak pandang yang pendek.

Ketidaksempurnaan pada penglihatannya memang membuat Agus harus berjuang lebih keras dalam menjalani kehidupan, salah satunya ketika ia ingin menggapai cita-citanya di bidang pendidikan.

Pekik peringatan hari kemerdekaan yang menyambutnya ketika terlahir ke dunia pada 17 Agustus 1991, seolah memberikan kekuatan bagi Agus untuk terus gigih memperjuangkan cita-citanya.

Pemuda yang berasal dari Kabupaten Batang ini sempat terancam tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP karena keterbatasan ekonomi keluarganya. Ayahnya sudah meninggal dunia sejak ia berusia 3 tahun, sehingga Agus hanya tinggal bersama ibu, dan tiga orang kakak yang dua diantaranya juga menderita low vision. Meski ada banyak kerikil dalam menggapai cita-citanya, namun Agus masih menyimpan harapan, keyakinan, dan doa bahwa ia akan segera bisa melanjutkan pendidikan.

Harapan dan doa Agus untuk bisa melanjutkan sekolah akhirnya dikabulkan Tuhan, ada dermawan yang menyekolahkan Agus hingga lulus SMP di tahun 2008. Namun, lagi-lagi ekonomi menjadi kendala untuk melanjutkan ke jenjang SMA, hingga Agus harus rela vakum sekolah selama 2 tahun.

Selepas SMP, Agus pergi ke Bandung, ia mendaftar ke SMA-LB, di Kota Kembang tersebut, namun karena ada kendala, Agus tak jadi masuk SMA-LB, dan akhirnya ia masuk Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna-Bandung, sebuah panti rehabilitasi khusus tunanetra. Delapan bulan berada di panti sosial terbesar dan tertua ini membuat Agus banyak belajar tentang arti kehidupan dan belajar bagaimana menjadi manusia yang berguna bagi sesama.

Tahun 2010, dengan bantuan biaya dari kakak-kakaknya yang bekerja sebagai Tukang Pijat Tunanetra, akhirnya Agus bisa kembali melanjutkan sekolah di tingkat SMA. Meski ketika di awal masuk SMA Agus sempat merasa minder dan rendah diri, namun kakak-kakak dan ibunya selalu memotivasinya untuk tidak lelah berjuang mewujudkan cita-cita. Perjuangan dan dukungan dari keluarga yang begitu besar itu membuat Agus tak ingin mengecewakan keluarganya, ia pun belajar dengan giat dan tekun sehingga ia tak pernah lepas dari peringkat 3 besar di sekolahnya.

Menembus Batas untuk Medali Emas

Selepas lulus dari SMA, Agus berhasil lolos lewat SBMPTN dan ia juga menjadi salah satu peraih beasiswa Bidikmisi. Pada tahun 2013, ia pun resmi menjadi mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Semarang.

Menjadi mahasiswa, membuat Agus semakin bersemangat meraih cita-cita, meski jalan yang ia lalui begitu berliku, namun hal itu justru membuat Agus semakin kuat dan tegar dalam menghadapi semua tantangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun