Mohon tunggu...
Richa Miskiyya
Richa Miskiyya Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Perempuan biasa dengan kehidupan biasa, namun selalu menganggap jika kehidupannya itu luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tujuh Harapan dalam HARMONI Pariwisata Indonesia

22 Januari 2015   06:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:37 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Siapa yang tak pernah mendengar penggalan lirik di atas? Pastinya hampir seluruh masyarakat Indonesia tahu lagu ini atau paling tidak pernah mendengarnya. Ya, lirik tersebut merupakan penggalan lirik dari lagu ‘Kolam Susu’ ciptaan Koes Plus yang merepresentasikan tentang kondisi Indonesia sebagai ‘Tanah Surga’. Namun, Benarkah Indonesia pantas disebut sebagai ‘Tanah Surga’?

Tak salah memang jika menyebut Indonesia sebagai ‘Tanah Surga’ karena Indonesia memang memiliki anugerah yang berlimpah dari Tuhan, baik dari sisi letak geografis, sumber daya alamnya, kebudayaannya, dan sumber daya manusianya.

Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi sangat strategis karena terletak di antara dua benua dan dua samudra. Letaknya yang berada di Khatulistiwa membuat Indonesia hanya memiliki 2 (dua) musim, kemarau dan penghujan yang mana memberikan dampak positif bagi hasil bumi Indonesia.

Selain posisinya yang strategis, Indonesia juga dikaruniai oleh Tuhan rangkaian ribuan pulau yang berjajar dari Sabang hingga Merauke dengan beragam keunikan, keindahan, serta pesona kebudayaannya masing-masing. Bahkan, dengan hutannya yang terbentang luas, Indonesia juga mendapat julukan ‘Zamrud di Khatulistiwa’.

Disamping itu, keramahan masyarakat Indonesia yang sudah terkenal di seantero dunia menjadi kelebihan tersendiri bagi negeri ini. Orang Indonesia selalu memiliki senyuman yang selalu ditebarkan pada siapa saja, bahkan pada orang asing yang tak dikenalnya. Inilah yang menjadikan banyak orang asing yang betah berada di Indonesia karena keramahannya.

Dari kelebihan-kelebihan tersebut, seharusnya Indonesia mampu menjadi pusat pariwisata dunia, paling tidak di kawasan ASEAN. Namun pada kenyataannya, pariwisata Indonesia masih kurang didengar gaungnya di dunia, karena yang hanya diketahui dunia hanyalah Bali dan Yogyakarta, padahal selain Bali dan Yogyakarta, Indonesia memiliki ratusan obyek wisata yang menarik dan penuh pesona.

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk memajukan pariwisata Indonesia? Seiring adanya pemerintahan baru, ada banyak hal yang menjadi pekerjaan rumah bagi Kementerian Pariwisata di Kabinet Kerja Jokowi.

Sebagai salah satu rakyat Indonesia, saya tentunya memiliki banyak sekali harapan bagi Kementerian Pariwisata baru yang dipimpin oleh Bapak Arief Yahya, yang saat diperkenalkan di Istana Negara, disebut Jokowi sebagai seseorang yang jago promosi.

Berikut ini saya akan menjabarkan harapan-harapan yang saya miliki terhadap Kementerian Pariwisata yang akan bekerja hingga 5 (lima) tahun ke depan. Harapan-harapan ini saya rangkum dalam 7 (Tujuh) harapan dalam H-A-R-M-O-N-I pariwisata Indonesia.

1.HAKIKAT Pariwisata

Harapan saya yang pertama adalah Kementerian Pariwisata harus memahamai terlebih dahulu apa hakikat atau intisari dari pariwisata.

Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 2009 pasal 1 tentang Konsep Pariwisata dan Kepariwisataan, disebutkan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Selanjutnya, dalam UU No. 10 Tahun 2009 Bab 2 Pasal 2 juga dijelaskan mengenai asas, fungsi, dan tujuan pariwisata dijelaskan terkait dengan tujuan pariwisata yaitu melestarikan alam,lingkungan, dan sumber daya alam.

Dari dua pasal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kementerian Pariwisata harus memberikan fasilitas serta layanan dalam kegiatan wisata yang tetap bertujuan untuk melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya alam.

Jadi, kegiatan pariwisata tidak hanya berputar tentang pertanyaan ‘berapa pemasukan yang didapatkan Negara dari sektor pariwisata’ tapi juga apakah pemerintah dan Kementerian Pariwisata sudah menjalankan kegiatan pariwisata dengan tetap berpatok pada pelestarian alam, lingkungan, serta sumberdaya alam?

Harapan saya adalah Kementerian Pariwisata tidak melupakan hakikat dari pariwisata untuk tetap melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya alam, dikarenakan saat ini banyak tempat wisata yang mengalami kenaikan jumlah pengunjung, akan tetapi justru kondisi lingkungannya semakin buruk dan mengalami penurunan.

Salah satu destinasi wisata yang mengalami penurunan kondisi lingkungan adalah di kawasan pendakian Gunung Semeru. Beberapa tahun terakhir wisata pendakian memang banyak diminati, jika dulu hanya mahasiswa pecinta alam yang mendaki ke sana, sekarang banyak para pendaki amatir yang mencoba untuk menakhlukkan puncak tertinggi di Jawa tersebut.

Naiknya jumlah pendaki ke Gunung Semeru tentunya menjadi kabar baik, akan tetapi, jumlah sampah yang ada di sana pun meningkat.

Selain itu, saat ini yang masih hangat dibicarakan adalah seputar rencana Reklamasi Teluk Benoa. Rencana reklamasi disebut-sebut akan bermanfaat bagi pariwisata Bali, namun rencana ini juga jelas-jelas mengancam ekosistem dan lingkungan di sekitarnya.

Harapan saya Kementerian Wisata bisa mengambil langkah untuk lebih memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan daerah pariwisata, karena hakikat pariwisata bukan sekadar mencari laba, tapi juga bagaimana melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya alam.

2.ATUR Regulasi Pariwisata

Kerusakan area wisata tak hanya terjadi di kawasan Semeru, akan tetapi juga banyak di obyek wisata lainnya. Misalnya Hujan Tropis Sumatera yang terancam dengan adanya pembukaan lahan dan illegal logging, Lembah Harau di Sumatera Barat yang sejak dikomersialisasi mulai muncul banyak warung tempel yang menutupi aliran sungai, juga ada Pantai Sendang Biru di Malang yang pantai pasir putihnya dikotori banyak sampah wisatawan.

Dari beberapa contoh permasalahan di atas, Kementerian Pariwisata perlu mengatur regulasi yang ketat seputar perusakan area wisata. Dengan adanya regulasi tersebut, selain untuk melestarikan alam dan lingkungan, juga untuk memberikan pembelajaran pada masyarakat Indonesia bahwa tanggung jawab untuk menjaga obyek pariwisata tak hanya pada Kementerian Pariwisata saja, tapi masyarakat di sekitar tempat wisata dan para wisatawan juga wajib untuk menjaganya.

3.RANCANG Program Pariwisata

Dalam setiap program, tentunya ada rancangan dan rencana yang disusun. Begitu juga di sektor pariwisata, perlu dirancang program pariwisata yang dapat mendukung peningkatan pariwisata Indonesia.

Salah satu program yang patut dirancang dan dilaksanakan adalah program yang inovatif. Tentunya program pariwisata berupa terobosan-terobosan baru yang belum ada sebelumnya atau out of the box dan diharapkan mampu meningkatkan pariwisata Indonesia.

Seperti apa program pariwisata yang inovatif itu? Sebagai contohnya adalah program pengadaan bus wisata seperti yang ada di Kota Bandung. Bandung Tour On Bus (Bandros) yang dimiliki oleh Kota Bandung menjadi inovasi yang dapat meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Bandung.

Selain program inovatif, perlu dirancang juga program atau event pariwisata tahunan yang berskala internasional. Program pariwisata ini selain meningkatkan pemasukan dalam sektor pariwisata, juga bisa lebih memperkenalkan obyek-obyek pariwisata Indonesia ke seluruh dunia.

4.MASYARAKAT, Swasta, dan Pemerintah

Pariwisata Indonesia tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata, oleh karena itu Kementerian Pariwisata perlu mensinergikan kekuatan di segala lini. Kementerian Pariwisata perlu berkolaborasi dengan kementerian-kementerian lainnya, misalnya seperti Kementerian Kebudayaan dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah serta Kementerian Ketenagakerjaan.

Selain kolaborasi antar kementerian, koordinasi pusat dan daerah pun harus dioptimalkan. Saat ini masing-masing wilayah kabupaten/kota memang sudah menjadi wilayah otonomi, akan tetapi anggaran di masing-masing kabupaten/kota sangatlah minim sehingga perlu mendapat sokongan baik itu dari segi materi maupun promosi dari pemerintah pusat.

Di samping itu, Kementerian Pariwisata juga perlu untuk bekerjasama dengan pihak-pihak swasta yang bisa mendukung promosi wisata, dan tak lupa juga Kementerian Pariwisata harus lebih mengoptimalkan peranan masyarakat di bidang pariwisata.

Selama ini, kebanyakan masyarakat di sekitar tempat wisata banyak yang mencari penghidupan di area tempat wisata, seperti berjualan oleh-oleh dan barang-barang khas dari tempat wisata. Pemberian pelatihan pembuatan kerajinan bagi masyarakat pun perlu diadakan, supaya hasil kerajinan tersebut bisa memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Kementerian Pariwisata juga perlu menyediaan tempat / menata lokasi untuk berjualan hasil kerajinan tersebut, agar tidak terkesan kumuh dan justru mengotori area wisata.

Kementerian Pariwisata juga perlu melibatkan masyarakat untuk menjaga tempat wisata tersebut agar tidak rusak atau terbengkalai. Oleh karena itu, Kementerian Pariwisata harus memberikan edukasi wisata bagi masyarakat.

5.OPTIMALISASI Promosi Pariwisata

Indonesia memiliki potensi yang besar dengan ratusan destinasi wisata. Akan tetapi, hanya beberapa destinasi wisata yang popular, sebut saja Bali danYogyakarta.

Menurut sesi pencarian Trip Advisor tentang tempat wisata di Indonesia pada tahun 2012, dari 10 destinasi wisata teratas yang dicari, 7 diantaranya ada di wilayah Bali, sedangkan 3 yang lainnya adalah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Hal ini membuktikan bahwa destinasi wisata di Indonesia tak banyak diketahui oleh wisatawan.

Apa gunanya memiliki banyak potensi dan destinasi wisata akan tetapi tidak dioptimalkan dan dipromosikan sehingga tak banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Optimalisasi promosi obyek wisata ini perlu dilaksanakan, karena seperti sudah diketahui bahwa masih banyak obyek wisata di negeri ini yang tidak dikenal, jangankan oleh masyarakat dunia, bahkan masyarakat Indonesia pun banyak yang tak mengetahui obyek-obyek wisata Indonesia.

Optimalisasi promosi ini bisa dengan menjalin kerja sama dengan pihak media seperti televisi, Koran, majalah, dan internet. Dengan mempromosikan obyek wisata lewat tayangan-tayangan di televisi, gambar-gambar di koran, majalah serta internet memberikan pengetahuan baru tentang destinasi wisata di Indonesia. Apalagi dengan promosi di internet, tak hanya warga negara Indonesia saja yang dapat melihatnya, akan tetapi juga warga dunia.

Promosi lewat buku dan blog pun bisa menjadi pilihan, dengan menjalin kerjasama dengan para travel writer dan travel blogger, promosi wisata juga akan terdongkrak. Para pekerja seni seperti sineas film pun jangan sampai luput dari jalinan kerja sama, seperti diketahui novel-novel yang berlatar tempat-tempat di Indonesia yang kemudian diangkat menjadi film layar lebar nyatanya telah mampu mendongkrak kunjungan wisata ke daerah tersebut. Sebut saja novel dan film Laskar Pelangi yang berlatar di Belitong serta novel dan film 5CM yang mengambil setting tempat di Gunung Semeru.

6.NASIONALISASI Semangat Pariwisata

Semangat wisata perlu dinasionalisasikan, kenapa begitu? Karena seluruh wilayah Indonesia memiliki potensi wisata, bukan hanya di Pulau Jawa dan Bali saja.

Kementerian Pariwisata diharapkan bisa mengadakan kampanye secara nasional tentang semangat pariwisata, dengan begitu masyarakat nantinya akan tahu bahwa masing-masing daerahnya memiliki potensi wisata yang layak untuk dikembangkan.

Dengan semangat pariwisata secara nasional ini, diharapkan nantinya kepedulian masyarakat di sektor pariwisata pun akan meningkat.

7.INFRASTRUKTUR Obyek Pariwisata

Apa jadinya obyek wisata yang potensial tanpa didukung adanya infrastruktur yang memadai? Tentunya hal ini juga tidak akan menarik wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata tersebut.

Oleh karena itu Kementerian Pariwisata juga perlu memperhatikan optimalisasi infrastruktur di sekitar obyek wisata, seperti akses jalan, jembatan, papan penunjuk arah dan infrastruktur lainnya.

Demikian 7 (tujuh) harapan saya pada Kementerian Pariwisata yang terangkum dalam kata HARMONI. Semoga harapan-harapan saya ini bisa terwujud serta mendukung optimalisasi kerja Kementerian Pariwisata periode ini. Semoga ke depannya pariwisata Indonesia dapat dikenal lebih luas di dunia internasional dan berjalan sesuai harmoni kemajuan zaman tanpa meninggalkan wawasan kebudayaan.(*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun