Berjalannya waktu tentu datang pula silih berganti problematika yang harus dipecahkan demi menjawab kesejahteraan masyarakat. Silih berganti problematika, tentu silih berganti muncul ide-ide pemecahan masalah yang inovatif. Sederhananya adalah kita hidup bermain dengan kata soal dan jawab. Masuk dalam dunia energi.Â
Untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia yang kurva pertumbuhannya membentuk fungsi kuadrat tentunya bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dan yang menjadi salah satu kebutuhan vital masyarakat Indonesia adalah mobilitas.Â
Mobilitas dilakukan oleh semua hal, baik dari bahan sandang, pangan dan papan hingga manusia nya sendiri yang harus melakukan mobilisasi untuk memenuhi kebutuhannya. Dari tahun ke tahun selalu menjadi perkembangan yang menarik untuk kita amati. Mulai dari ditemukannya roda 3500 SM lampau, penggunaan delman, mesin uap hingga pada akhirnya sampailah kita pada era kendaraan berbahan bakar fosil.Â
Munculah mobil, motor dan juga pesawat terbang berbahan bakar fosil. Memang begitu menarik dan cukup menggembirakan pennemuan-penemuan yang demikian itu, namun tentunya kita juga perlu mengambil sikap kritis dalam menyambut keberadaannya.Â
Salah satunya yaitu, bagaimana temuan-temuan transportasi itu akan bergerak? Kita perlu sebuah bahan, kita perlu bahan bakar untuk menjawab kebutuhan mobilisasi masyarakat. Beruntunglah transportasi ialah hal yang bisa dikatakan barang yang bisa diperbarui. Namun bagaimana dengan bahan bakar, khususnya adalah fosil yang kita terkonsumsi selama ini?
Ketika memang kita melihat Jerman yang memimpin perkembangan industri transportasi di dunia dengan produk-produk Topcernya seperti Marcedes Benz, BMW ataupun Audi. Ataupun Jepang yang bangga dengan Toyotanya.Â
Terlepas dari cemerlangnya produksi terkait transportasi tentu Negara-negara maju yang demikian juga memiliki factor pendukung yang kuat, yaitu di segi bahan bakarnya. Ketika kita melihat negeri Petro Dolar sekelas Saudi Arabia, tentu keberadaan minyak bumi tak begitu dipermasalahkan, bahkanpun faktanya disana harga minyak tanah lebih murah daripada air mineral.Â
Namun kita harus bisa menerima bahwasannya kita Indonesia tidak menerima porsi yang berlebih seperti demikian dari Sang Pencipta, yang harus mendorong kita untuk berpikir cermat lagi dalam mengelolah dan memberdayakan energi, khususnya bahan bakar minyak bumi.
Di sisi lain, Jerman dan Jepang boleh bangga dengan enrergi listriknya, Rusia dengan nuklirnya atau Saudi Arabia dengan minyak buminya, Indonesia punya sesuatu yang sejatinya tidak dimiliki oleh Negara-negara besar tersebut. Iya, Indonesia adalah surganya flora dan fauna dunia.Â
Lebatnya hutan Indonesia sering kita mendapat sapaan sebagai negeri paru-paru dunia. Lantas ada apa dengan sumber daya alam (SDA) dan apa hubungannya dengan bahan bakar atau mobilisasi masyarakat Indonesia?Â
Cendekiawan-cendekiawan terbaik di Indonesia telah menciptakan inovasi besar dalam pemanfaatan sumber daya alam untuk menunjang kebutuhan bahan bakar Negara. Ialah salah satu energi terbarukan yang dimanfaatkan dalam bidang trasnportasi di Indonesia, dan keberadaannya begitu potensial untuk dikembangkan di masyarakat Indonesia.Â