ANALISA JURNAL SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
MODEL FOR E-LEARNING IN NURSING CLINICAL SKILLS DEVELOPEMENT
Richa Aprilianti
Mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
Abstrak
Pendidikan keperawatan merupakan pendidikan yang dinamik dan harus mampu beradaptasi dengan berbagai faktor yang menyertainya yaitu globalisasi dan pemanfaatan teknologi informasi diantaranya on line learning. Ketersediaan sumber teknologi informasi (IT) dapat digunakan untuk belajar keterampilan klinik dengan cara mengkaji terlebih dahulu accsesibility, suitability dan local variation. Electronic learning (e-learning) didefinisikan sebagai suatu metode mengajar yang terintegrasi dengan proses pembelajaran dan teknologi informasi (IT) dengan mengirimkan materi pendidikan melalui internet dengan fasilitas yang fleksibel dan mandiri, belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (Mehrdad et al, 2011). E-learning memanfaatkan teknologi seperti metode belajar berdasarkan web, podcasting, social networking software, internet video conferencing, atau computer assisted instruction. Penggunaan e-learning untuk memenuhi pendidikan keperawatan yang berkesinambungan memiliki banyak manfaat, diantaranya: penggunaannya menyenangkan, design program yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pembelajaran orang dewasa dan akomodasi terhadap berbagai gaya pembelajaran. Ada tiga tahapan dalam penggunaan e-learning: tahap pertama mencari referensi disebut sebagai informative stage, tahap kedua integrative stage, dan tahap ketiga disebut transformatory stage, Simulasi juga didefinisikan sebagai tiruan sebagian atau keseluruhan lingkungan klinik dengan menggunakan meniken, computer-assisted resources dan simulasi pasien. Beberapa studi menunjukkan perbandingan antara simulasi dan berbagai metode belajar lainnya, ternyata simulasi lebih efektif dibandingkan dengan metode belajar tradisional dan problem based learning.
Kata kunci: e-learning, simulasi, Informasi Teknologi.
Latar Belakang
Pendidikan keperawatan adalah dinamik dan harus mampu beradaptasi dengan berbagai faktor yang menyertainya yaitu globalisasi dan pemanfaatan teknologi informasi diantaranya on line learning (Christianson, Tiene & Luft, 2002 dikutip dalam Hester & Lorraine, 2006). Komunikasi interaktif dapat terjadi lebih baik dengan instruksi on line dan menjadikan mahasiswa untuk terikat dengan anggota kelompoknya selama mengikuti diskusi kelompok on line (Christianson, Tiene & Luft, 2002 dikutip dalam Hester & Lorraine, 2006).
Sementara penempatan kualitas klinik merupakan sentral dari pendidikan keperawatan, terdapat beragam mahasiswa dengan berbagai pengalamannya. Simulasi secara umum mengalami peningkatan dalam pendidikan kesehatan, argumennya adalah peningkatan profesionalisme kesehatan, kompetensi dan meningkatkan keamanan dalam praktik klinik. Dalam simulasi, mahasiswa belajar dalam lingkungan klinik yang nyata dimana mereka dapat melakukan praktik klinik tanpa membahayakan pasien dan menggunakan keterampilan mereka pada situasi klinik nyata (Wilford & Doyle, 2006 dikutip dalam Baillie & Curzio, 2009).
Selama bertahun-tahun, mahasiswa medikal dan pengajar belajar keterampilan klinik dengan prinsip melihat satu, melakukan satu, mengajari satu. Bagaimanapun tidak ada yang mau mengulangi model seperti ini, terutama pada abad 21 ini, terutama pasien, pengajar atau yang belajar, akan sangat membahayakan. Untuk orang yang baru terjun, keterampilan seharusnya didapatkan dalam lingkungan yang aman pada keterampilan atau simulasi yang dapat dipraktikkan beberapa kali sampai pada waktu atau ketika pengajar merasakan bahwa mahasiswa berkompeten untuk mempraktikkan keterampilan klinik pada pasien secara nyata (http://www.faculty.londondeanery.ac.uk).
Ketersediaan sumber teknologi informasi (IT) dapat digunakan untuk belajar keterampilan klinik dengan cara mengkaji terlebih dahulu accsesibility, suitability dan local variation. Yaitu kemudahan mahasiswa dalam melakukan akses menggunakan sumber IT lokal. Keterjangkauan informasi dan teknologi yang tersedia dan terakhir adalah adanya rekomendasi institusi penggunaan metode belajar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
Definisi Model E-learning dalam Pengembangan Keterampilan Klinik
Electronic learning (e-learning) didefinisikan sebagai suatu metode mengajar yang terintegrasi dengan proses pembelajaran dan teknologi informasi (IT) dengan mengirimkan materi pendidikan melalui internet dengan fasilitas yang fleksibel dan mandiri, belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (Mehrdad et al, 2011).
E-learning adalah suatu konsep yang berasal dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengantarkan mengajar dan belajar. Definisi yang lebih umum tentang e-learning pada pendidikan tinggi adalah suatu teknik yang dipakai untuk mengganti pengalaman proses mengajar dan belajar yang digunakan untuk mendidik mahasiswa dengan atau tanpa bimbingan dengan menggunakan berbagai media. E-learning juga dapat menggantikan secara keseluruhan teknik mengajar tradisional dengan tatap muka atau hanya setengah bagian mengajar. Manfaat umum yang didapatkan dari teknologi informasi & komunikasi adalah mendapatkan proses pembelajaran secara on line dengan sumber yang lebih fleksibel dan cepat tanpa halangan geografik tempat (Penny, 2011).
E-learning memanfaatkan teknologi seperti metode belajar berdasarkan web, podcasting, social networking software, internet video conferencing, atau computer assisted instruction (Brown et al, 2009).
Clinical berasal dari bahasa Yunani ‘klinikos’ yang berarti berperilaku di dan sekitar tempat tidur orang sakit. Keterampilan klinik mengarah kepada pemeriksaan fisik klinis dan keterampilan prosedur klinik yang umumnya ditampilkan pada situasi nyata dan/atau lingkungan klinik berbentuk simulasi. Menurut Sir William Osler (1849-1919) seseorang dapat menjadi ahli ketika memulai dengan belajar melihat, balajar mendengar, belajar merasakan, belajar mencium dan mengetahui dengan mempraktekannya langsung.
Penggunaan e-learning untuk memenuhi pendidikan keperawatan yang berkesinambungan memiliki banyak manfaat, diantaranya: penggunaannya menyenangkan, design program yang fleksibel, sesuai dengan prinsip pembelajaran orang dewasa dan akomodasi terhadap berbagai gaya pembelajaran (Gerkin, Taylor, & Weatherby, 2009).
Ada tiga tahapan dalam penggunaan e-learning (Mayer, 2003 dikutip dalam Brown et al, 2009): tahap pertama mencari referensi disebut sebagai informative stage, terlibat dalam persyaratan dari informasi (administrative), program spesifik, module handbook, jadwal, reading list, evaluasi pertanyaan dan link to external resources. Tahap kedua. diketahui sebagai integrative stage, lebih banyak melakukan interaksi dinamis dan komunikasi yang menggantikan aktifitas komunikasi tatap muka, termasuk manipulasi on line datasets, diskusi kelompok, video lecture, e-tutoring, online exercise, evaluasi formatif dan sumatif. Tahap ketiga disebut transformatory stage, menyediakan komunitas online learning, menggunakan sumber dan teknologi inovatif dan kolaborasi, seperti simulasi multimedia, online seminar dengan mengundang ahli.
Trend Mengajar Keterampilan Klinik di Negara Berkembang
Terdapat perkembangan yang pesat dalam ketertarikan internasional pada pembelajaran keterampilan klinik yang sudah tidak lagi berdasarkan bedside hospital. Ada dua alasan mengapa hal ini terjadi; pertama respon terhadap perkembangan pendidikan, diantaranya:
·Penggunaan problem-based learning.
·Definisi yang jelas tentang inti kurikulum dan hasil yang objektif.
·Hasil adopsi dari prinsip pembelajaran orang dewasa yaitu self directed dan experiental learning.
Alasan kedua adalah hasil penggerak eksternal, diantaranya:
·Rekomendasi profesional yang lebih jelas (General Medical Council, 1997, 2002).
·Meningkatnya pasien sebagai konsumen dimana pasien sedikit toleran terhadap kontak dengan orang baru (Secretary of State for Health, 1991).
·Peningkatan jumlah mahasiswa (Bligh, 2001).
·Adanya spesialisasi dari kekhususan klinik.
(Stark & Fortune, 2003).
Penggunaan On line Simulation dalam Praktik Klinik
Jeffries (2005) mendefinisikan simulasi sebagai aktivitas meniru kenyataan dari lingkungan klinik (Baillie & Curzio, 2009). Simulasi juga didefinisikan sebagai tiruan sebagian atau keseluruhan lingkungan klinik dengan menggunakan meniken, computer-assisted resources dan simulasi pasien (http://www.faculty.londondeanery.ac.uk).
Simulasi adalah:
·Memberikan kesempatan pada pelajar untuk praktik secara aman, lingkungan terlindungi.
·Memberikan kesempatan untuk dilakukan observasi pada ‘clinical-episode’ tanpa mengganggu irama alami dari suatu interaksi.
·Membantu pelajar untuk merefleksikan kekuatan dan kelemahan yang berhubungan dengan pengajar, kelompok, dan ‘pasien’ feedback, termasuk video analysis.
·Membantu pengajar/staff untuk menilai keterampilan secara objektif, sikap reproduktif.
·Memberikan kesempatan untuk skenario klinik yang sesuai dengan kenyataan, contoh anaphylaxis.
·Memberikan kesempatan untuk pengkajian pada interaksi yang kompleks, keterampilan atau atribut yang menyertainya yang sulit untuk diulang atau dikaji atau pengalaman yang jarang terjadi, contoh: working on call, kerjasama multidisiplin, diskusi mengenai hal sensitif dan/atau informasi yang penting mengenai pasien.
Simulasi bervariasi dalam hubungannya dengan ‘fidelity’ dalam dunia nyata atau pengalaman hidup (http://www.faculty.londondeanery.ac.uk).
Istilah ‘fidelity’ menggambarkan keakuratan simulasi; semakin tinggi ‘fidelity’, semakin nyata pengalaman yang dialami, berikut ini pengertian simulasi berdasarkan low, medium dan high fidelity (Seropian et al, dikutip dalam Baillie & Curzio, 2009):
1.Low fidelity simulators; sederhana, model statis atau menikin, berguna untuk memperkenalkan keterampilan psikomotor. Menggunakan menikinuntuk mempraktekkan pemeriksaan fisik atau prosedur klinik seperti ophthalmoscopy atau pemeriksaan fisik vagina. Menikin juga berguna untuk melatih keterampilan atau prosedur klinik sederhana seperti memasukkan chateter urin, kanul intra vena dan nasogastric tube. Beberapa institusi juga menggunakan menikin untuk prosedur praktiksederhana, seperti mengukur tekanan darah atau suhu.
Penggunaan simulasi sederhana ini dapat disatukan menjadi sebuah sekenario klinik, penggunaannya secara kontekstual dan utama. Kegiatan ini membantu memperkenalkan dan memperkuatpraktik yang ideal dan issue umum seperti kebersihan, keamanan pasien dan staf, tim kerja, komunikasi, alasan klinik dan pemecahan masalah.
Low-fidelity simulasi memiliki beberapa manfaat:
ØMudah digunakan di ‘rumah’- dapat digunakan sesuai tujuan; membangun pusat keterampilan atau kelas.
ØRelatif lebih murah dalam perlengkapan, pemeliharaan dan sumber.
ØLebih portable – banyak menikin yang dapat disimpan pada pusat tempat tertentu dan dipindahkan pada area belajar ketika dibutuhkan.
ØLebih mudah disimpan dan terjamin.
ØPembiayaan murah.
ØBila ditempatkan pada lokasi yang aman, dapat digunakan untuk self directed learning.
ØMemberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan praktik klinik berulang-ulang sebelum mempraktikkannya langsung pada pasien.
2.Medium (intermediate) fidelity simulators; menampilkan lebih nyata daripada low fidelity models (contoh: menikin dengan suara nafas dan jantung).
3.High fidelity simulators; simulasi pasien yang lebih realistik, dalam hal penampilan dan respon. Juga termasuk di dalamnya virtual reality system.
Issenberg et al (2005) membangun suatu keistimewaan yang menjadikan high-fidelity simulation merupakan pengalaman belajar yang positif:
1.Feedback
Bersamaan dengan pengalaman belajar, hal ini merupakan faktor yang sangat penting untuk mahasiswa. Feedback atau timbal balik didapatkan langsung dari video analysis, kelompok atau pelatih, tetapi dapat juga dilakukan oleh mesin, yang menunjukkan self assessment dan refleksi. Dengan video dan computer analysis, data mungkin akan muncul bagi mahasiswa untuk mengulang dan refleksi pada waktu berikutnya atau ketika mengulang kembali keterampilan. Tanpa adanya feedback, mahasiswa akan terus menerus mengulang praktik yang tidak adekuat.
Terdapat 4 tahapan dari feedback (Jerome, 1995 dikutip dalam Clynes & Raftery, 2008):
a.Stage 1; memberikan deskripsi dari beberapa tindakan, dimana kamu ingin penguatan dan diarahkan kembali untuk meningkatkan situasi.
b.Stage 2; Identifikasi situasi spesifik ketika perilaku ini sedang diobservasi.
c.Stage 3; Gambarkan pengaruh atau akibat dan konsekuansi yang ditimbulkan dari tindakan yang dilakukan.
d.Stage 4; identifikasi alternatif sikap/tindakan yang harus diambil
2.Opportunity & access
Jika mahasiswa mendapatkan manfaat yang tertinggi dari simulasi dan mereka harus mampu untuk mempraktikkannya dan mengulang keterampilannya sesering mungkin. Atau mereka harus mengembangkannya dengan peningkatan sumber dengan sekolah medikal dan atau kursus.
3.Individualised/adaptable learning facilities
Simulasi/simulator harus dapat beradaptasi dengan kebutuhan berbagai pembelajaran atau pelatihan, termasuk didalamnya perluasan dari tingkat kesulitan. Hal ini memungkinkan perjalanan seseorang dari bukan apa-apa menjadi seorang master.
4.Clearly defined training or learning outcomes
Kebutuhan ini perlu disesuaikan dengan perkembangan kurikulum dan pengkajian ketercapaian/tujuan.
5.Validity
a.Face validity; bagaimana cara yang realistik bagi trainer dan trainee untuk menjadikan simulasi?
b.Concurrent validity; praktik keterampilan klinik dengan simulasi harus bisa ditransferkan kepada area klinik.
c.Criterion validity; simulasi dan skenarionya harus dapat didefinisikan dengan jelas pada pembelajaran atau tujuan akhir belajar.
d.Predictive; mahasiswa berperilaku sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan pada situasi nyata.
e.Construct validity; simulasi dapat membedakan participan dengan berkesinambungan mulai dari yang belum mampu sampai dengan ahli.
Penggunaan e-learning merupakan cara baru dalam metode mengajar dan bimbingan yang bertujuan memberikan pendidikan bagi lulusan menjadi seseorang yang inovatif, fleksibel, creatif dan effective dalam pemecahan masalah. Juga merupakan cara yang hemat (cost effective) dan peningkatan kualitas dalam industri kesehatan, khususnya dalam informasi klinik. Romanov & Nevgi (2007) mengkaji hubungan antara penggunaan material multimedia, seperti video clip dan perlengkapan komunikasi bersama dengan proses belajar pada 121 mahasiswa medikal tahun ketiga. Ditemukan hasil yang tidak signifikan antara melihat video dan waktu yang digunakan untuk e-learning, meskipun mahasiswa perempuan lebih tertarik melihat video, kesimpulannya mahasiswa yang senang melihat video clip lebih aktif dalam penggunaan perangkat e-learning dan memperoleh nilai keterampilan klinik yang tinggi (Brown et al, 2009).
Banyak hasil penelitian dari keterampilan laboratorium dan simulasi berdasarkan persepsi mahasiswa. Dalam McAdams et al (1989) hasil survey beberapa mahasiswa (n=59) mempercanyai bahwa belajar keterampilan laboratorium mengurangi kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri dan meningkatkan keselamatan pasien (Baillie & Curzio, 2009). Dalam studi Page dan Meerabeau (1996), perawat mengungkapkan bahwa simulasi resusitasi tidak dapat menampilkan tiruan tekanan dan resiko pada situasi nyata, tetapi dengan teknologi canggih meningkatkan kebenaran simulator menjadi lebih nyata (Baillie & Curzio, 2009). Dalam intermediate dan high fidelity pasien simulator mempunyai hasil evaluasi positif berdasarkan persepsi mahasiswa. Beberapa studi menunjukkan perbandingan antara simulasi dan berbagai metode belajar lainnya, ternyata simulasi lebih efektif dibandingkan metode belajar tradisional dan problem based learning (Baillie & Curzio, 2009).
Dalam penelitian Baillie & Curzio (2009) dijelaskan manfaat simulasi oleh seluruh fasilitator program dan sebagian besar mahasiswa (93%; n=157/169) menyetujui bahwa simulasi memberikan kesempatan mengulang praktik keterampilan klinik dan meningkatkan kepercayaan diri. Simulasi juga memberikan kesempatan untuk membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan tersebut tanpa membahayakan pasien, pernyataan tersebut disetujui oleh seluruh fasilitator program dan sebagian besar mahasiswa (94%; n=159/169). Sebagian besar mahasiswa menyatakan kepuasan terhadap lingkungan belajar dengan simulasi on line.
KESIMPULAN
Pendidikan keperawatan adalah pendidikan yang dinamik dimana harus mampu beradaptasi dengan berbagai faktor yang menyertainya yaitu globalisasi dan pemanfaatan teknologi informasi diantaranya adalah on line learning.
E-learning adalah suatu konsep yang berasal dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengantarkan mengajar dan belajar. Definisi yang lebih umum tentang e-learning pada pendidikan tinggi adalah suatu teknik yang dipakai untuk mengganti pengalaman proses mengajar dan belajar yang digunakan untuk mendidik mahasiswa dengan atau tanpa bimbingan dengan menggunakan berbagai media. E-learning juga dapat menggantikan secara keseluruhan teknik mengajar tradisional dengan tatap muka atau hanya setengah bagian mengajar. Manfaat umum yang didapatkan dari teknologi informasi & komunikasi adalah mendapatkan proses pembelajaran secara on line dengan sumber yang lebih fleksibel dan cepat tanpa halangan geografik tempat (Penny, 2011).
E-learning memanfaatkan teknologi seperti metode belajar berdasarkan web, podcasting, social networking software, internet video conferencing, atau computer assisted instruction (Brown et al, 2009).
Jeffries (2005) mendefinisikan simulasi sebagai aktivitas meniru kenyataan dari lingkungan klinik (Baillie & Curzio, 2009). Simulasi juga didefinisikan sebagai tiruan sebagian atau keseluruhan lingkungan klinik dengan menggunakan meniken, computer-assisted resources dan simulasi pasien.
Dalam studi Page dan Meerabeau (1996), perawat mengungkapkan bahwa simulasi resusitasi tidak dapat menampilkan tiruan tekanan dan resiko pada situasi nyata, tetapi dengan teknologi canggih meningkatkan kebenaran simulator menjadi lebih nyata (Baillie & Curzio, 2009). Dalam intermediate dan high fidelity pasien simulator mempunyai hasil evaluasi positif berdasarkan persepsi mahasiswa. Beberapa studi menunjukkan perbandingan antara simulasi dan berbagai metode belajar lainnya, ternyata simulasi lebih efektif dibandingkan metode belajar tradisional dan problem based learning (Baillie & Curzio, 2009).
Daftar Pustaka
Baillie, L., Curzio, J. (2009). Students and Facilitators Perceptions of Simulation in Practice Learning. Nurse Education in Practice 9. Elsevier Inc.
Brown, T., Zoghi, M., et al. (2009). Are Learning Style Preferences of Health Science Students Predictive of Their Attitudes Towards E-learning?. Australian Journal of Educational Technology, 25 (4), 524-543.
Clynes, M. P., Raftery, S. E. C. (2008). Feedback: An Essential Element of Student Learning in Clinical Practice. Nurse Education in Practice 8. Elsevier Inc.
Gaba D.M. (2004). The Future Vision Of Simulation in Health Care. Quality & Safety in Health Care 13 (suppl 1).
Gerkin, K. L., Taylor, T. H., Weatherby, F. M. (2009). The Perception Of Lerning and Satisfaction of Nurses In The Online Environment. Journal For Nurses in Staff Developement. Voleme 25, Number 1.
Hester, J., Lorraine, F. (2006). Reflection on Nursing Students E-Learning Experiences. JCHS Vol 1.
Joy, R., Nickless, L. J. (2008). Revolutionising Assessment in A Clinicall Skills Environment-A Global Approach: The Recorded Assessment. Nurse Education in Practice 8. Elsevier Inc.
Mehrdad, N., Zolfaghari, M., Bahrani, N., Eybpoosh. (2011). Learning Outcomes in Two Different Teaching Approach in Nursing Education in Iran: E-Learning versus Lecture. Download dari http://journals.tums.ac.ir. On Monday, October 29, 2012.
Penny, K. I. (2011). Factors that Influence Sudent E-Learning Participation in a UK Higher Education Institution. Interdisciplinary Journal for E-learning & Learning Objects Vol 7.
Smith, G. G., Passmore, D., Faught, T. (2009). The Challenges Of Online Nursing Education. Internet & Higher Education 12. Elsevier Inc.
Stark, P., Fortune, F. (2003). Teaching Clinical Skills In Developing Countries: Are Clinical Skills Centres The Answer?. Education for Health, Vol 16, No. 3. Taylor & Francis Health Sciences.
N. N.(2006). Making Practice-Based Learning Work. Mentor Handbook. School of Health and Social Care. Oxford Brookes University. Oxford.
Teaching Clinical Skills. Diunduh dari: (http://www.faculty.londondeanery.ac.uk).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H