Saya bukan penggila bola, bukan pula pengamat bola sehingga tak perlu bela-belain begadang tengah malam hanya untuk menonton pertandingan sepakbola. Tetapi kalau Soal PSSI yang tampaknya pengurusnya tidak berubah sejak zaman prasejarah ini perlu dibela-belain untuk dibikinkan postingannya, walaupun tidak sampai begadang.
“turunkan Nurdin Cs!!”
“rombak kepengurusan PSSI!!”
“Bubarkan PSSI!!”
…atau “turunkan menpora!!”
Ah sebenarnya tak perlu juga menuntut mereka mundur dari kursinya yang bikin mabuk itu, atau menjadikannya sebagai alat politik, komoditas politik ataupun menarik simpati publik. Biarkan pula mereka mengulangi “jamuan-jamuan” ditahun-tahun berikutnya saat jelang pertandingan atau “elu-elu” berlebihan yang diberikan media massa bagi timnas sepakbola Indonesia yang produknya PSSI itu!.
Tapi jangan biarkan PSSI memonopoli perhelatan-perhelatan sepakbola dinegeri ini. Biarkanlah LPI (Liga Primer Indonesia) dan liga-liga atau kompetisi sepakbola lainnya tumbuh dan berkembang, mengingat Indonesia yang berpenduduk dua ratus juta lebih ini belum juga sanggup masuk dalam pertandingan sepakbola dunia (*piala dunia).
Jangan bilang Indonesia tidak punya potensi kearah sana, menjadi kampiun sepakbola dunia. Kita punya potensi yang sama besarnya dengan potensi kekayaan alam kita, potensi politik internasional kita, potensi bahwa negeri ini akan “mengusai dunia” kelak. Tetapi sangat disayangkan karena potensi itu sama tragisnya dalam hal menangani potensi alam kita. Kita punya banyak klub sepakbola beserta para supporter fanatiknya tapi miskin prestasi dunia, seperti miskinnya rakyat papua yang memiliki gunung-gunung emas itu!.
Ini disebabkan oleh pola salah urus atau diurus oleh orang-orang yang tidak becus dalam mengelola persepakbolaan kita. Sehingga sangatlah wajar ketika timbul liga atau kompetisi tandingan yang “dianggap” PSSI sebagai kompetisi liar. Kalau tidak salah urus mana mungkin timbul hal-hal seperti itu.
Biarkan mereka hidup (LPI) dengan cara mereka sendiri selama mereka mampu menghasilkan calon-calon pemain yang handal bagi tim nasional. Biarkan mereka menjadi pembanding apakah mereka bisa berbuat lebih baik atau tidak bagi persepakbolaan kita. Angaplah mereka sebagai pemecah kebuntuan dan kekeringan prestasi sepakbola kita. Biarkan mereka ber “oposisi” dengan sehat.