Mohon tunggu...
Catatan

Membangun Perkampungan Para Koruptor

27 Agustus 2010   00:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Status sebagai salah satu negara yang dikenal sebagai biang korup, Indonesia perlu melakukan terobosan-terobosan cerdas untuk menghapus image buruk tersebut. Salah satunya dengan” membangun perkampungan para koruptor!?”.

Kalau selama ini kita pernah mendengar istilah deradikalisasi bagi para teroris (menurut anggapan pihak barat), tentu diperlukan deradikalisasi para koruptor yang telah mencemari jantung kehidupan roda pemerintahan maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau kita cermati penyakit bangsa ini yang bernama korupsi sudah melebihi keradikalan para teroris (masih menurut kacamata barat), dan koruptor seolah-olah tak tersentuh hukum sama sekali (walaupun keputusan hukum telah dijatuhi).

Mereka para koruptor dan pola hidup korupsi itu sendiri tidak hanya merugikan keuangan negara, tapi merugikan seluruh rakyat Indonesia yang seharusnya bisa menikmati kehidupan sedikit lebih baik. Korupsi tidak hanya menyengsarakan kehidupan rakyat, tetapi juga membuat rakyat “terbunuh” dari kehidupannya tanpa harus merasakan sakaratul maut. Bukankah lebih mengerikan dampak yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi dibandingkan para teroris?, kalau teroris merusak infrastruktur dan berakibat melayangnya sejumlah nyawa.Tetapi korupsi jauh lebih dahsyat dari itu, mereka merenggut kehidupan berbangsa dan bernegara secara sistemik tanpa harus membunuh, tapi membuat jutaan rakyat hidup sengsara dan menderita.

Tentu banyak pilihan dan contoh nyata dari beberapa negara yang telah berhasil menekan angka korupsi dinegaranya, salah satunya dengan menjatuhkan hukuman mati bagi para koruptor kelas kakap untuk memberikan shock therapy. Sehingga para birokrat lainnya akan berfikir beribu-ribu kali untuk melakukan hal yang sama atau malah mematikan keinginan untuk korupsi.

Ide untuk membangun perkampungan para koruptor bisa saja diambil oleh pemimpin negeri ini melalui sebuah keputusan politik melalui prosedur perundang-undangan yang digodog oleh legislatif. Hukuman mati mungkin terlalu “ngeri” buat dilaksanakan para penegak hukum, walaupun para “teroris” telah banyak yang dieksekusi,  baik yang melalui proses hukum yang panjang atau hukuman mati saat operasi anti terorisme berlangsung.

Perkampungan para koruptor bisa menjadi sebuah pembelajaran yang baik bagi para koruptor tersebut untuk menghargai arti sebuah kehidupan. Lalu dengan program apa yang bisa memungkinkan untuk mewujudkan ide tersebut?, dulu kita pernah gencar dengan program anti urbanisasi yang bernama “transmigarsi”. Melalui program transmigrasi ini bisa diwujudkan ide untuk membangun perkampungan para koruptor.

Keuntungan yang bisa diambil tentu akan sangat beragam dari dibangunnya perkampungan para koruptor dengan program transmigrasi tersebut, selain melakukan penyebaran penduduk secara merata tentunya. Mengisolasi perilaku para koruptor dari lingkungannya selama ini, membuat efek jera atau mungkin lebih kepada efek  menumbuhkan kesadaran untuk menghargai hidup, menghargai sebuah proses dan menghargai jerih payah dalam memenuhi kebutuhan dasar sebagai seorang makhluk sosial dengan cara-cara yang terpuji dan prosedural.

Ada juga hal yang menarik jika benar-benar hal ini bisa terwujud, mereka para koruptor bisa disulap sebagai superhero bagi bangsa ini dengan penempatan lokasi transmigrasi didaerah atau pulau terluar Indonesia, dengan demikian tak perlu lagi terjadi pulau-pulau yang diambil alih oleh negara lain disebabkan kita tidak mampu mengurusnya.

Keberadaan para koruptor didaerah-daerah tersebut melalui program transmigrasi bolehlah dianggap sebagai solusi untuk bermacam permasalahan, baik permasalahan korupsi itu sendiri maupun permasalahan sosial kependudukan, integritas negara dan mungkin swasembada pangan bahkan industrialiasasi. Karena para koruptor tersebut tentunya memiliki jaringan yang luas dalam menjadikan pulau yang kelak mereka huni sebagai pulau yang menghasilkan, baik secara ekonomi maupun pola tatanan kehidupan yang jauh lebih baik dan berkualitas.

“Kelak diharapkan para koruptor tersebut manjadi sadar dengan apa yang pernah dilakukannya, sehingga bisa menghargai kehidupan itu sendiri yang terbebas dari jiwa-jiwa korup yang pernah dilakukan sekaligus membangun kehidupan dengan pondasi yang lebih kuat dan kokoh.”

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun