Mohon tunggu...
Sosbud

Hari Ibu dan Harapan Perbaikan bagi Negeri Ini

22 Desember 2010   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:30 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Peran wanita bagi bangsa tak dapat dipandang sebelah mata, apalagi jika wanita itu bergelar sebagai seorang ibu. Wanita adalah tiang negara, bila rusak wanitanya maka rusaklah negara, bila wanitanya baik maka insyaallah negara akan baik pula.

Pada perjalanan pulang kampung hari sabtu kemarin saya berjumpa dengan 3 orang wanita di sebuah travel yang akan menghantarkan saya dari pelabuhan Bakauheni menuju kota Bandar Lampung. Sebelum travel diberangkatkan, sambil menunggu penumpang lain menggenapkan jumlah yang seharusnya ada dalam satu mobil, berbincanglah ketiganya dengan suara yang bisa didengar oleh seluruh penumpang yang ada didalamnya, termasuk oleh saya.

Walau tidak ikut mengobrol (*ha..ha..ha..sampai kapanpun saya tidak akan pernah berani ngobrol dengan perempuan yang baru dikenal*), saya mendengarkan dengan seksama apa yang mereka perbincangkan. Rupanya mereka adalah para nakerwan (tenaga kerja wanita) yang bekerja di negara tetangga kita. Perbincangan khas wanita yang pada awalnya, tentang pakaian, tentang tempat-tempat makan, tentang perabotan-perabotan rumah tangga yang dijual murah, dan sebagainya.

Ada perbincangan yang menjadi minat saya lebih seksama mendengarkannya, yaitu tentang sepakbola dan politik. Soal sepakbola mereka bercerita tentang timnas kita yang sedang "menggairahkan" bagi publik nasional dan mereka memperbandingkannya dengan timnas tempat mereka bekerja, yaitu Malaysia. Tetapi tak terdengar oleh saya mereka memperbincangkan Irfan Bachdim atau Christian Gonzales..he.he..he.. (eh bener gak ya namaya seperti itu?*saya sendiri sebenarnya sudah tak menikmati lagi pertandingan sepakbola sejak zamannya Eric Cantona).

Mereka sangat mendukung timnas Indonesia akan menang di final ketika bertemu dengan Malaysia, sepertinya ini berkaitan langsung dengan pengalaman mereka selama bekerja di Malaysia yang melihat bahwa penduduk asli disana yang rumpun melayu itu tak memiliki etos kerja yang kuat dan suka meremehkan pendatang, khususnya dari Indonesia. Setidaknya itulah gambaran umum yang ada disana mengenai sifat penduduk setempat yang bisa saya tangkap dari pembicaraan mereka.

Lalu apakah hubungannya antara mereka bertiga dengan hari ibu dan harapan perbaikan negeri ini?. Menyimak pembicaraan mereka selanjutnya, saya sedikit terkaget dan berdecak kagum, pasalnya apa yang mereka bicarakan tentang suasana politik dan intrik-intrik politik yang ada di Malaysia, tentang Mahathir Muhammad, tentang Ahmad Badawi dan Najib Razak, tentang persengketaan batas laut kita dengan Malaysia.

Perbincangan yang tak lazim saya dengar dari seorang wanita pada umumnya, jangankan wanita, para pria pun mungkin kini sudah pada mual kalau berbicara soal politik. Sebuah perbincangan yang mendorong saya untuk membuat postingan di hari ibu tahun ini dan tentunya saya melihat secercah harapan yang timbul akan perbaikan bagi negeri ini kedepan, bila para wanita dinegeri ini melek akan politik.

Khususnya para ibu yang punya "konstituen" dengan hubungan yang sangat khusus yaitu anak-anaknya dan suami. Peran sebagai seorang ibu sangat besar sekali dalam mewarnai hitam atau putihnya perjalanan politik dinegeri ini, karena darinya bermula penanaman nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya dalam menghadapi dan menjalani kehidupan disegala lini, termasuk soal politik.

Bila para ibu melek politik dan dengan sangat baik membina anak-anaknya dan bersama-sama sang suami, tentunya harapan bahwa negeri ini akan terjadi perbaikan yang signifikan. Berbicara politik bukan hanya berbicara tentang kekuasaan dan kursi-kursi yang sering jadi incaran para elit partai, berbicara politik bisa sangat berimplikasi pada semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bayangkan jika para ibu yang melek politik dan mempunyai karakter yang kuat akan nilai-nilai moral, tentunya tak akan lagi kita dengar dipermukaan sinetron atau film yang tidak berkualitas yang hanya mengumbar konflik rumah tangga dan sex bebas, hantu-hantu yang bergentayangan, atau tayangan-tayangan yang mengeksploitasi nilai-nilai hedonisme.

Tentunya tidak melulu harus menjadi politisi agar bisa turut serta dalam perbaikan negeri ini melalui sistem yang ada. Peran yang diambil dan merupakan dasar-dasar bisa terjadinya perbaikan itu adalah dengan mendidik anak-anaknya menjadi manusia-manusia yang berakhlakul karimah, akhlak yang baik, yang bisa menghantarkan bangsa ini lebih bermartabat dan jati diri serta kehormatan sebagai sebuah bangsa yang bermartabat., menjadi pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyatnya, serta hanya mengharap keridhaan-Nya.  Didukung oleh suami yang juga memiliki kepedulian yang sama akan baiknya bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun