Mohon tunggu...
Healthy

Dibalik Layar (Mencoba Untuk Berfikir Sejenak)

14 Agustus 2010   00:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:03 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernah tidak membayangkan apa yang terjadi dibalik semua yang kita lihat indah, baik, memukau, sempurna dan lain sebagainya ?.  Seperti sebuah film, pertunjukan drama, atau melihat pemimpin-pemimpin kita, orang tua kita, rumah tangga kita dan segala keelokan yang tampak oleh mata kita.

Mungkin juga kita pernah tahu dan pernah mengalami lakon dibalik semua keindahan dan kebaikan itu. Tapi bisa jadi kita hanya mengalaminya hanya pada scene, episode atau serpihan-serpihan dari sebuah keelokan yang dipandang mata. Ya, kita gak pernah tahu persis apa yang terjadi dibalik itu semua.

Hidup dan kehidupan yang elok tadi menjadi misteri yang besar bagi kita semua, karena kita tidak pernah tahu persis apakah keelokan yang kita lihat dibangun oleh pernak-pernik yang baik dan menarik juga, atau bisa jadi semua yang tampak simpel dibangun atas cucuran keringat dan airmata darah. Dari sanalah tercipta sebuah ruang yang tersisa bagi kita untuk senantiasa bertafakur atas semua keelokan yang terjadi.

Tetapi bisa jadi ruang yang tersisa itu malah menjadikan kita  melakukan pengingkaran atas keelokan tersebut. Semua serba mungkin terjadi, berbagai penyikapan akan terus saling berebut tempat untuk menampilkan diri sebagai pemenang. Padahal bisa jadi sebuah penyikapan itu malah menelanjangi otak kita, hati kita dan gerak langkah menuju penistaan diri sendiri. Begitu banyak hal yang sering kita hadapi dan terima dengan penyikapan diri yang salah. Sinyal-sinyal kearifan dan kebijaksanaan tenyata sering terkalahkan oleh cuaca mendungnya hati dan fikiran kita.

Lika-liku sebuah keelokan yang sedikit saja kita ketahui dengan sebuah kejernihan hati mungkin masih bisa lebih  kita berikan pengharapan untuk disikapi dengan penuh ketakjuban dan kesyukuran, dibandingkan banyaknya lika liku sebuah keelokan yang diketahui dengan hati yang berkabut gelap sehingga hanya remah-remah nafsu rendahan saja yang terlontar.

Akankah kita menjadi manusia di persimpangan jalan……………………………………………………..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun