Komite Nasional Papua Barat (KNPB) merupakan gerakan pro-kemerdekaan Papua selama dua dekade terakhir. Perjuangan mereka kompleks dan penuh gejolak, tak jarang diwarnai oleh kekerasan dan pertentangan. Kelompok ini didirikan pada tahun 1961 oleh para pejuang kemerdekaan Papua Barat dan pada 11 April 1969 beberapa petinggi memimpin kurang lebih 200 pendemo yang kebanyakan para pegawai negeri, mahasiswa dan pelajar.
Pada tahun 2009 nama Komite Nasional Papua disempurnakan kembali dan menjadi Komite Nasional Papua Barat (KNPB) atas dasar keprihatinan penderitaan rakyat Papua dan ditangkapnya Buchtar Tabuni yaitu aktivis kemerdekaan Papua sekaligus ketua KNPB. Dan pada Juni 2012 tiga orang anggota KNPB ditangkap dan dipenjara sebagai pelaku penembakan terhadap WNA Jerman, dan pada bulan September Sembilan anggota KNPB kembali diamankan karena ditemukan peralatan membuat bom dan bahan peledak dikantor secretariat KNPB di Wamena.
Telah di uangkapkan bahwa kericuhan massa yang terjadi pada akhir tahun 2023, masalah tersebut terjadi saat pengantaran jenazah mantan Guberbur Papua, Lukas Enembe dan terjadi provokasi dari pihak KNPB dan ULMWP dimana kelompok ini membakar beberapa bangunan dan mobil yang sedang parkir. Provokasi ini sengaja dilakukan mengingat organisasi tersebut menginginkan Papua lepas dari Indonesia sehingga seringkali membuat kericuhan dan memanfaatkan situasi yang mendukung aksi mereka.
Perkembangan terkini yaitu aksi KNPB menjadi sorotan dengan menilak pemilu 2024 di Papua. Mereka meyakini bahwa dengan pemilu 2024 ini tidak dapat menyelesaikan masalah yang ada di Papua Barat yaitu masalah politik dan relasi antara KNPB dengan pemerintah Indonesia. Pemerintah Indonesia masih belum memutuskan apakah akan melarang KNPB sebagai organisasi terlarang.
KNPB menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk menyebarkan pesan mereka, salah satunya yaitu propaganda. Mereka memanfaatkan media sosial, poster, dan demonstrasi untuk memicu sentimen anti-pemerintah dan menggalang dukungan. Sampai saat ini kelompok tersebut masih terus ada hingga para remaja sudah ada yang ikut dalam kelompok KNPB dan beberapa masyarakat yang bergabung dalam kelompok tersebut tidak disadari oleh masyarakat lainnya hingga membuat lagu kebangsaan mereka sendiri. Jadi, hal ini dapat diartikan bahwa dimana sebuah pesan disebarkan untuk mengendalikan dan mempengaruhi sebuah pemikiran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H