Mohon tunggu...
Ricca Dias Ayu F P
Ricca Dias Ayu F P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semangattttt

Belajar hal baru

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa dan Moderasi Beragama di Indonesia

22 November 2021   17:20 Diperbarui: 23 November 2021   17:51 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia terdapat keberagaman budaya, suku, agama dan bahasa ini adalah sebuah karunia dari Tuhan yang mana keberagaman itu adalah suatu hal yang harus bisa diterima. Dampak adanya keberagaman itu bisa jadi adanya mayoritas maupun minoritas. Salah satunya adalah adanya  mayoritas dan minoritas dalam beragama, hal ini seringkali menimbulkan konflik ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang jika dibiarkan berlarut-larut akan mengancam persatuan dan kesatuan di Indonesia.  Oleh karena itu, bagaimana agar kehidupan kehidupan beragama dalam masyarakat yang beragama ini dapat berjalan dengan baik. Keberagaman ini telah ada sejak dulu dan harus tetap dipertahankan, hal ini juga bukti bahwa sebenarnya Indonesia mampu hidup berdampingan dengan segala keberagaman yang ada.

Penyebaran radikalisme dan paham yang menyimpang mengenai agama bukan tidak mungkin di negara yang majemuk dan mudah terakses dunia luar ini, kemajuan teknologi juga mempermudah untuk menyebar informasi hoax dan mengadu domba antar pemeluk agama, membuat mereka merupakan toleransi yang harusnya diterapkan di negara yang memiliki 6 agama yaitu, Islam, Kristen Protestan, Khatolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu.  Contohnya saja, bom bunuh diri yang diledakkan di tempat beribadah dengan alasan membela agama. Tentunya pemikiran-pemikiran yang salah ini harus diberantas bukan hanya memecah belah antar warga tetapi juga menghilangkan nyawa orang yang tidak bersalah.

Kata moderat dalam bahasa Arab adalah al- wasathiyah sebagaimana dalam Qs. Al- Baqarah : 143 yang bermakna terbaik dan paling sempurna.  Dalam hadist juga disebutkan bahwa sebaik-baik persoalan adalah yang berada di tengah-tengah. Hal ini sebagai acuan bahwa dalam menghadapi perbedaan yang ada dapat dilakukan dengan cara moderat yang mengedepankan sikap toleransi dan saling menghargai namun tetap yakin pada kebenaran keyakinan masing masing agama yang dianut.

Biasanya sasaran oknum ini adalah anak muda dan tak terkecuali mahasiswa juga. Hampir semua anak muda mempunyai akun media social, oleh karena itu akan sangat mudah informasi yang akan mereka dapat, jika mereka tidak bisa menyaring informasi-informasi tersebut tentu akan mudah untuk mereka terpengaruh dengannya.  Selain melalui media social, mereka juga akan berada di tengah-tengah masyarakat, mempromosikan organisasi yang berdalihkan agama dengan begitu apik dan mempengaruhi pikiran-pikiran anak muda ini, sehingga moderasi beragama lenyap begitu saja . 

Namun, terkadang Mahasiswa kurang selektif sehingga mereka terjerumus, inilah mengapa pentingnya untuk selektif dalam memilih organisasi yang akan diikuti, mengikuti sebuah organisasi keagamaan adalah untuk mengembangkan diri menjadi lebih baik dan menjaga tali silaturahim bukan untuk menyudutkan agama lain. Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran penting dalam menggalakkan sikap moderasi beragama, melalui seminar dan webinar yang diadakan oleh pihak kampus, menanamkan betapa pentingnya moderasi beragama kepada semua mahasiswa sehingga menjaga kerukunan hidup beragama ditengah-tengah keberagaman. 

Selain itu, mahasiswa dapat menyelektif organisasi apa yang akan diikuti, menghindari pengaruh-pengaruh negatif dari luar dan juga memiliki sikap moderasi terhadap keberagaman dalam beragama. Mengkampanyekan moderasi beragama dengan memanfaatkan teknologi yang ada, memberikan informasi yang benar dan tidak menyebarkan ujaran kebencian terhadap agama lain. Mengkampanyekan betapa pentingnya moderasi beragama ditengah-tengah keberagaman Indonesia menjadi solusi besar untuk tetap menjaga persatuan.

Hal sekecil apapun terkadang tidak bisa menghindarkan adanya konflik akibat keragaman hal ini karena minimnya kesadaran akan keberagaman itu rendahnya toleransi, tentu harus ada upaya-upaya mengantisipasi konflik itu, pendekatan pada perbedaaan itu saja tidak cukup bila tidak ada kesadaran penuh pada diri tiap inividu masyarakat akan pentingnya moderasi. Terhadap masyarakat yang fanatik akan keyakinannya, pendekatan yang bisa diambil sebagai solusi keberagaman adalah pendekatan melalui agama, bahwa dalam beragama perlu sikap yang damai, dengan hal ini maka dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang multicultural. 

Maka akan ditemukan bahwa dalam moderasi beragama itu toleran, fleksibel dan terbuka sehingga hal ini bisa menjadi pencerah untuk konflik yang ada di masyarakat. Dalam kehidupan yang beragam ini perlu akan adanya sikap pemahaman dan kesadaran akan perbedaan yang ada, bagaimana toleran kepada yang berbeda, saling menghargai dan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lain. Dalam menghadapi perbedaan moderasi jelas diperlukan sebagai bentuk upaya pengurangan konflik karena perbedaan tersebut. Selain itu, peran seluruh elemen masyarakat juga diperlukan terutama para generasi muda agar persatuan dan kesatuan Indonesia tetap terjaga keseimbangannya. Penanaman sikap moderasi beragama perlu diajarkan sejak dini supaya paham dan tidak terjerumus pada sikap intoleran. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun