[caption id="attachment_180206" align="aligncenter" width="480" caption="Gambar: http://derosaryebed.blogspot.com/2012/01/semana-santa-di-larantukaritual.html"][/caption]
Hari ini, Kamis (5/4/2012) di LARANTUKA, sebuah kota kecil di kaki bukit Ile Mandiri kembali dipadati ribuan peziarah Katolik untuk melakukan Ziarah Jumat Agung. Duta Besar Portugal untuk Indonesia Manuel Carlos Leitao Frota bersama isterinya Arlinda Chanves Frota, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu bersama rombongan sudah tiba di Larantuka untuk mengikuti tradisi keagamaan peninggalan bangsa Portugis itu.
http://www.antaranews.com/berita/304883/larantuka-dipadati-peziarah-katolik
Kota yang terletak di ujung Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur yang oleh warga setempat dikenal dengan nama Kota Reinha (baca : re’nya, dalam bahasa Portugis artinya Ratu) ini, menyimpan sejumlah situs peninggalan Portugis.
Yang unik adalah, situs-situs itu merujuk pada masuknya sebuah peradaban baru, tidak hanya ke Flores, tetapi juga ke Indonesia. Yaitu tradisi Katolik yang sekaligus juga dimulainya babak baru penggantian kepercayaan animisme yang sudah sekian abad diyakini oleh para leluhur orang Flores.
Sejumlah referensi menyebutkan, bangsa Portugis masuk pertama kali ke Flores tahun 1500-an. Sebuah bangunan gereja tua di kota Larantuka, yaitu Kapel Wure diyakini sudah berumur sekitar 5 abad. Tokoh masyarakat yang tinggal di Wure mengatakan, Kapel itu didirikan tahun 1510. Kapel ini setiap tahun ramai dikunjungi ribuan peziarah Katolik dari berbagai kota.
Semana Santa
Dalam bahasa Portugis, Semana Santa berarti Pekan Suci atau Minggu Suci. Sebuah sebutan yang akrab bagi para pemeluk agama Katolik yang berhubungan dengan rangkaian perayaan Paskah selama satu pekan, yang diawali dengan Hari Raya Pondok Daun (Minggu Palma), Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Minggu Paskah.
Aktivitas di Kota Reinha hari ini, adalah kesibukan para peziarah yang menghabiskan waktunya untuk mengunjungi situs-situs rohani.Sepertikapela Tuan Menino di Kota Rewido, kapela Tuan Ma, dan kapela Tuan Ana di Pantai Kebis, serta Kapel Tuan Sinyor. Di tempat-tempat itu, para peziarah menyalakan lilin, berdoa, bersujud memohon berkat dan rahmat kepada Sang Khalik melalui sarana-sarana rohani pada setiap situs itu.
Pagi tadi, sejumlah peziarah menyeberangi selat Gonzalu, yang dikenal berarus deras, dengan menggunakan jasa perahu motor untuk berziarah ke Kapel Wure di pulau Adonara. Di depan kapel ini, berdiri tegak sebuah arca Yesus-orang Larantuka menyebutnya Tuan Bediri-sambil memegang seekor ayam jantan dalam bentuk arca pula.
[caption id="attachment_180207" align="aligncenter" width="504" caption="menyeberangi selat Gonzalu berziarah ke Kapel Wure. Gambar : google.co.id"]
Sementara di dalam kota (Larantuka) para Mardomu (semacam panitia kecil untuk Prosesi Jumat Agung) sibuk melakukan kegiatan "tikan turo" yaitu memasang tiang-tiang lilin pada setiap pagar rumah/jalan yang akan menjadi route proses Jumat Agung besok. Untuk menjadi penjadi pelayan umat pada acara Jumat agung (Mardomu), warga harus terlebih dahulu mengajukan permohonannya kepada otoritas gereja setempat, sesuai dengan promesa-nya (nazar) masing-masing.
Kamis Putih
Malam ini, umat Katholik merayakan Misa Kamis Putih, untuk mengenang ritual perjamuan makan terakhir Yesus Kristus bersama 12 rasul-Nya. Di Kota Renha, Misa Kamis Putih terpusat di paroki Katedral Reinha Rosari Larantuka pukul 18.30 wita. Ini adalah ritual pertama dalam Tri Hari Suci di kota Larantuka, yang akan diikuti oleh para peziarah serta warga kota setempat dan dari kota-kota lain di daratan Flores.
Puncak Ziarah
Ziarah Jumat Agung (6/4/2012) adalah puncak dari acara ini. Dalam prosesi ini, Arca Tuan Ma (Bunda Maria)dilengkapi busana perkabungan berupa sehelai mantel berwarna hitam, ungu atau beludru biru, diarak keliling Kota Reinha. Mengapa harus Arca Tuan Ma? Karena memang yang menjadi pusat perhatian dalam ritual ini adalah Bunda Maria, Bunda yang bersedih, Bunda yang berduka cita (Mater Dolorosa) karena Putera-Nya harus menanggung penderitaan hebat, disiksa, dipermalukan, disalibkan sampai matiuntuk menebus dosa umat manusia.
[caption id="attachment_180208" align="aligncenter" width="488" caption="Para peziarah melakukan prosesi keliling Kota Reinha, mengiringi penderitaan Bunda Maria (Mater Dolorosa) gambar: google.co.id"]
Sambil berarak keliling kota Para peziarah mau mengambil bagian dalam penderitaan Yesus dan dalam dukacita Bunda Maria sambil menaikan permohonannya agar dikabulkan oleh Tuhan Yesus melalui Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum).
Dalam prosesi itu, para peziarah bersama pasukan pengiring Arca Tuan Ma serta para uskup, pastor, suster dan rohaniawan lainnya menyinggahi 8 tempat perhentian (armida) yakni: (1) Armida Missericordia, (2) Armida Tuan Meninu (armida kota), (3) Armida St. Philipus, (4) Armida Tuan Trewa, (5) Armida Pantekebi, (6) Armida St. Antonius, (7) Armida Kuce dan (8) Armida Desa Lohayong.
Armida-armida itu sesuai urutannya, mau menggambarkan keseluruhan perjalanan hidup Yesus Kristus mulai dari ke-AllahNya (Missericordia), kehidupan-Nya sebagai manusiasejak bayi (Tuan Meninu), masa remaja (St. Philipus) hingga masa penderitaan-Nya yang dijalani-Nya dengan penuh kesabaran, kesetiaan dan ketaatan kepada Kehendak Allah.
Tiba di depan Arca 'Mater Dolorosa' yang terletak di bibir Pantai Kota Reinha, para peziarah akan terbius pada suara jernih seorang perempuan pembawa ratapan (Ovos Omnes)yang menyeruak dari kesunyian malam melantunkan ratapan dukacita (ovos) Bunda Maria, Ibu Yesus, memantul hingga kebukit-bukit di seberang pantai : “Pandang dan lihatlah, adakah duka-mu seperti duka-Ku?”
[Dari berbagai sumber]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H