Mohon tunggu...
Ribut Lupiyanto
Ribut Lupiyanto Mohon Tunggu... Konsultan - Pecinta Lingkungan dan Keadilan

Pecinta Lingkungan dan Keadilan I @ributlupy I www.lupy-indonesia.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Cerdas Bermedia Sosial, Menjaga Makroprudensial

6 April 2020   22:07 Diperbarui: 6 April 2020   22:15 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juru Bicara Presiden Jokowi, Fadjroel Rachman meminta semua pihak berhenti melancarkan kritik negatif terhadap langkah yang dilakukan pemerintah dalam menanggulangi virus corona (Covid-19). Fadroel mengatakan itu dalam acara diskusi bertajuk Polemik: COVID-19 Ujian Kebersamaan Kita di Jakarta, Sabtu (21/3).

Pernyataan di atas menuai polemik publik. Pemerintah dianggap anti kritik, padahal kritik merupakan keniscayaan dalam demokrasi. Kritik publik dapat menjadi penyeimbang atau kontrol bagi kebijakan pemerintah. Buktinya ketika Presiden Jokowi menggulirkan wacana penerapan Darurat Sipil dan menuai kritik, akhirnya diganti dengan Darurat Kesehatan Masyarakat. Kritik negatif mesti dijabarkan kriteria yang dimaksud. Akan lebih pas jika dinyatakan sebagai kritik yang destruktif dan kontra produktif

Hal mengkhawatirkan adalah kritik melalui media sosial (medsos) yang dimaknai sebagai ancaman. Kondisi ini mesti dilawan oleh publik dan tetap lantang mengoptimalkan medsos guna melakukan kritik sosial yang konstruktif. Medsos sebenarnya dapat dioptimalkan untuk berkarya, serta mengubah opini dan kebijakan pemerintah.

Masyarakat mesti lebih bijak dan cerdas dalam penggunaan medsos. Salah satu optimalisasi medsos yang penting diupayakan adalah untuk mengawal dan mengawasi kebijakan pemerintah dalam menghadapi Pandemi Corona saat ini. Perilaku bijak dan cerdas bermedsos akan turut menjaga stabilitas makropudensial.  

Kekuatan Medsos

Medsos merupakan wahana informasi dan komunikasi paling mutakhir dan poluper saat ini. Indonesia memiliki pengguna intenet yang luar biasa banyak. Jakarta bahkan disebut sebagai ibukota media sosial berbasis teks. Tingkat penetrasi penggunaan internet di ditaksir mencapai 29 persen. Jumlah mobile subscription yang aktif mencapai 282 jutaan, dimana 74 persen untuk media sosial (Liem, 2015).

Menurut riset platform manajemen media sosial HootSuite dan agensi marketing sosial We Are Social bertajuk "Global Digital Reports 2020", hampir 64 persen penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan jaringan internet.

Riset yang dirilis pada akhir Januari 2020 itu menyebutkan, jumlah penguna internet di Indonesia sudah mencapai 175,4 juta orang, sementara total jumlah penduduk Indonesia sekitar 272,1 juta. Dibanding tahun 2019 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat sekitar 17 persen atau 25 juta pengguna.

Fenomena di atas membuktikan bahwa era komunikasi dan informasi telah menciutkan dunia menjadi global village. Ukuran geografis menjadi tidak bermakna dengan kehadiran medsos. Lalu lintas komunikasi menjadi tidak terbatas secara ruang dan waktu.

Ke depan kekuatan medos berpotensi menjadi kenyataan jika digarap secara serius. Kuncinya bagaimana teknologi dan globalisasi yang mengarah ke virtualisasi ini dapat kita tunggangi, bukan sebaliknya. (Dahana, 2012).

Medsos juga memiliki potensi disalahgunakan untuk hal-hal negatif. Internet seperti kertas, bisa dipergunakan untuk apapun (George, 2014). Hal ini menuntut partisipasi netizen guna mengawasi dan ikut memperbaiki kualitas komunikasi di medsos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun