serepih catatan kecil tukang ngoceh
Ini kali pertama Kota Pekalongan memilih Duta Baca. Sebuah sayembara yang menurut saya sangat bergengsi. Memilih Duta Baca tak sekadar memilih seorang pembaca yang akan dibebani dengan misi menyebarluaskan semangat membaca.
Setakar tutur Kepala Bidang Perpustakaan, Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Pekalongan, Ismanto, asas utama yang melantarkan pemilihan Duta Baca adalah pengusahaan peningkatan budaya baca masyarakat Kota Pekalongan. Hajat ini tak luput dari capaian Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat di Kota Pekalongan yang kini menduduki posisi bergengsi di tingkat Provinsi Jawa Tengah. Mulanya, Kota Pekalongan menduduki peringkat ke-32, namun sejak dua atau tiga warsa ini, Kota Pekalongan duduk di peringkat keempat. Kedudukan itu menjadi anugerah sekaligus keharusan untuk dibayar dengan kesungguhan.
Setaut itu, Ismanto menguraikan, bahwa Duta Baca menjadi salah satu anasir pelengkap bagi penghitungan IPLM. Sebagai sarana tata laksana pembangunan literasi masyarakat yang mesti ditunaikan. Oleh sebab kedudukan Duta Baca sebagai sarana, maka ia mesti disubjekkan. Agar, tak sekadar menjadi jentera yang teronggok di sudut ruang baca dan sesekali digunakan saat dibutuhkan. Duta Baca melebihi personifikasi. Ia juga bukan metafora pemulas kata-kata. Ia adalah sel yang mesti dialirkan ke seluruh organ, sehingga turut pula memompa denyut jantung literasi.
Agaknya, tugas Duta Baca Kota Pekalongan teramat berat. Akan tetapi, apabila mencerapkan penegasan Bunda Literasi, Inggit Soraya, saat membuka Grand Final Pemilihan Duta Baca (Rabu, 4 September 2024), bahwa upaya memajukan budaya baca masyarakat Kota Pekalongan merupakan kancah pengusahaan peningkatan mutu sumber daya manusia, maka tugas Duta Baca hanyalah sebagiannya. Sementara, ada bagian-bagian lain yang mestinya menjadi andil lain-lainnya.
Duta Baca Kota Pekalongan hanya bagian kecil di dalam pekerjaan besar ini. Ia mesti disokong dengan kebijakan yang jelas dan mengakar pada pembudayaan literasi. Tak semata-mata diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk kegiatan. Akan tetapi, mesti dirumuskan secara matang tentang mengapa dan bagaimana mereka akan menjalankan mandat peradaban, bagaimana pula mekanisme yang mesti dilalui, serta ditentukan pula dengan siapa saja mereka akan bekerja. Sebab, semua pihak yang terlibat di dalam pengusahaan pembudayaan literasi ini adalah sel.
Pekerjaan ini tentu membutuhkan modal yang sangat besar. Karena yang dibangun adalah manusia. Maka, yang tak boleh luput dari perhatian adalah bagaimana imbas pembangunan ini, dicermati dari seluruh aspek. Adapun hitungan angka-angka, tak lebih dari sekadar indikasi yang masih harus diinterpretasikan lagi dengan memperhatikan sikap, perilaku, juga cara berpikir masyarakat dan buah dari itu semua; kesadaran.
Selamat untuk Kota Pekalongan yang telah menemukan Duta Baca Kota Pekalongan. Semoga pemajuan budaya baca di Kota Pekalongan dapat secara bertahap semakin membaik di kemudian hari.
Salam literasi,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H