Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Skripsi Bukti Intelektualitas? Serius?

31 Agustus 2023   02:35 Diperbarui: 2 September 2023   11:31 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Mengerjakan skripsi di perpustakaan. Sumber: Pixabay via kompas.com)

Pada rumus itu hanya ada tiga huruf yang disusun: F, G, m, R. Tetapi, bagaimana bisa ia mengkonfigurasikan huruf-huruf itu untuk membahasakan peristiwa jatuhnya buah apel? Bagaimana bisa juga konfikurasi huruf-huruf itu digunakan untuk mengukur gravitasi?

Sedang, kita tahu, rumus itu ditemukannya pada tahun 1687. Ketika itu, mesin pencarian berbasis internet belum ditemukan. 

Mana mungkin Isaac Newton browsing seperti kita saat menyusun skripsi, thesis, maupuan disertasi, sehingga mudah betul bagi kita untuk menemukan bahan-bahan literatur. 

Dengan browsing, kita diberi kemudahan bermain keterampilan tempel-menempel kutipan dari jurnal atau tulisan-tulisan lain.

Saking asyiknya tempel-menempel, kita bahkan tenggelam dalam tempelan-tempelan itu. Kita tak sadar, kalau skripsi, thesis, maupun disertasi yang kita susun hanyalah kumpulan tempelan yang tidak bisa dimaknai lagi, kecuali hanya untuk memamerkan diri, seolah-olah kita adalah orang yang giat membaca, meski sebenarnya belum sepenuhnya.

Dari sini saja, kita sudah menggampangkan. Lalu, masih mau bikin "yang gampang-gampang saja"? Apanya yang gampang? Mungkinkah yang gampang itu maksudnya adalah yang nggak pakai mikir? Lalu, sejak kapan sekolah itu nggak mikir?

Nasihat yang baik itu akhirnya membuat saya mikir. Jangan-jangan skripsi memang bukan bukti intelektualitas seseorang. Ini baru jangan-jangan. Baru dugaan. 

Belum tentu dugaan saya benar. Sangat mungkin salah. Tapi, saya yakin, tiap orang yang pernah kuliah punya pandangan yang beda-beda soal dugaan saya ini.

Definisi gampang bisa bermacam-macam. Pertama, yang penting bikin. Soal mutunya urusan belakangan. Penting lulus! Kedua, bisa saja pakai jasa "teman". Karena, pernah beberapa teman saya mengaku kalau dia njoki skripsi mahasiswa. 

Bahkan, dia kasih tarif cukup mahal untuk sebuah skripsi. Lebih mahalnya lagi, skripsi yang dibikin itu sebenarnya copas dari skripsi di kampus lain. Tinggal ganti lokusnya. Gila!

Ketiga, main uang pelicin. Kata seorang teman yang waktu itu kuliah S3, dia kalau datang ke dosbing disertasinya suka bawa sesuatu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun