Mengapa kudu pinter? Karena, ketika harus memandu program gelar wicara atau sesi wawancara misalnya, ia akan dihadapkan dengan para narasumber yang juga pinter-pinter. Pendengarnya juga tak kalah pinter dari narasumber dan penyiar. Makanya, seorang penyiar kudu pinter menyiasati dan menempatkan diri secara tepat. Khususnya, saat mengajukan pertanyaan kepara narasumber.
Memang, biasanya akan ada yang bertugas menyiapkan daftar pertanyaan dan TOR. Akan tetapi, bukan berarti daftar pertanyaan itu bersifat saklek. Sebaliknya, seorang penyiar kudu bisa mengembangkan isu yang sedang dibahas.
So, sangat diperlukan kepiawaian penyiar dalam menyusun pertanyaan yang jitu. Standar pertanyaan memang tidak jauh dari 5W + 1H. Ini rumusan yang sudah final dan sepertinya belum ada yang berani mengubah rumus itu.
Baiklah, anggap saja Anda sudah paham isi rumus itu. Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Tetapi, ketika akan menyampaikan pertanyaan itu seorang penyiar dituntut agar pandai menyampaikannya dalam bentuk-bentuk pertanyaan yang bervariasi. Akan terdengar konyol ketika seorang penyiar bertanya "Kegiatan apa yang sedang dilakukan Bapak/Ibu narasumber?" atau "Dimana tempat penyelenggaraan kegiatan itu?" dan sebagainya.
Belum lagi menyusun urutan-urutan pertanyaan. Tidak selalu pertanyaan pertama itu berupa "Apa". Bisa saja malah "Bagaimana". Atau juga diawali dengan bukan pertanyaan, melainkan pernyataan yang memerlukan afirmasi atau konfirmasi atau klarifikasi.
Selain itu, seorang penyiar juga kudu pinter menggali informasi dari narasumber. Artinya, diusahakan sebisa mungkin agar narasumber memiliki porsi yang lebih banyak untuk menyampaikan jawaban-jawaban itu. Kalau tidak berhasil, alias narasumber pelit omongan, bisa dipastikan penyiar itu gagal memandu sebuah acara dialog, diskusi, atau wawancara.
Dan, itu akan memalukan penyiarnya serta reputasi stasiun radio tempat ia bekerja bisa jatuh sejatuh-jatuhnya. Penyiar akan dipandang bodoh oleh pendengar dan rekan sekerja atau kawan seprofesi. Stasiun radionya akan mendapatkan cemooh dari pendengar juga orang-orang radio lainnya. So, sangat perlu bagi seorang penyiar berlatih menyusun pertanyaan, berlatih menyampaikan pertanyaan pula.
Dan, tahukah Anda, bahwa ternyata ketika pertanyaan yang kita ajukan itu tepat dan mengena, itu juga akan berdampak tidak hanya kepada narasumber. Para pendengar juga akan terpancing untuk ikut bertanya.
Artinya, betapa pertanyaan sesungguhnya ihwal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sebab, dengan bertanya manusia sesungguhnya akan menuntun dirinya untuk menemukan makna kehidupan lewat jawaban-jawaban yang tersedia.
Perlu diingat, setiap jawaban pada dasarnya adalah sebuah pancingan bagi kemunculan pertanyaan berikutnya. Dan selalu akan begitu, hingga kita menemukan titik batasnya. Dan, di batas itulah kita akan menemukan diri kita yang sesungguhnya. Yaitu, kapasitas.
Tentu, setiap orang memiliki kapasitas yang berbeda satu sama lain. Ada yang berada di level rendah, sedang, dan tinggi⏤jika mau dikategorikan demikian. Tetapi, apakah tidak bisa seseorang naik level? Sangat mungkin dan sangat boleh. Malah, harus.