Bentuk becak Pekalongan juga sangat membantu bagaimana para pedagang ikan untuk mengangkut barang dagangannya dari pelabuhan menuju pasar. Biasanya, tak hanya satu dirigen, akan tetapi bisa banyak dirigen berisi penuh ikan.Â
Selain itu, juga amat meringankan pedagang-pedagang lain. Bahkan, becak Pekalongan mampu dijadikan sebagai alat untuk mengangkut gerobak bakso atau lainnya.
Betapa, ini membuktikan tingkat kecerdasan masyarakat Pekalongan. Segala yang dirancang tak sekadar menjadi jawaban atas satu persoalan. Akan tetapi, mampu menjadi solusi atas banyak hal.Â
Sesuai dengan istilah yang dahulu kerap didengung-dengungkan, "palango". Kata ini, biasanya diucapkan sebagai wanti-wanti atau pengingat agar seseorang waspada dan bersikap antisipatif atas segala kemungkinan.
Sayang, cerita tentang becak itu lambat laun mulai kikis. Bahkan, bisa jadi akan hilang dari ingatan masyarakat. Apalagi di era kini lebih banyak masyarakat Pekalongan yang memilih memelihara kendaraan roda dua bikinan negeri Sakura.Â
Bahkan, tak memandang batas kapasitas, penggunaan kendaraan roda dua ini cenderung lebih diandalkan oleh para pengusaha batik sebagai alat angkut barang-barang produksi mereka.
Becak sebagai sarana transportasi manusia juga sudah tergeser oleh keberadaan kendaraan roda dua itu. Terlebih dengan kemunculan ojek online yang dirasa lebih memungkinkan bagi para penumpang untuk mengejar waktu.Â
Pun rogohan tangan mereka relatif tak membuat dompet mereka kering dalam seketika. Belum lagi tawaran-tawaran lain yang memanjakan, seperti jasa pengiriman barang, pesan-antar makanan, dan lain-lain, yang itu semua mungkin saja tak bisa dilakukan oleh para penarik becak.
Tetapi, kalau toh memang harus dipertahankan, masihkah ada generasi muda yang mau menjalani pekerjaan sebagai penarik becak? Agaknya, sangat jelas jawabannya; tidak. Mengapa? Karena tingkat kesejahteraannya tidak menentu, bahkan cenderung rendah.Â
Kehidupan para penarik becak relatif lebih banyak yang berada di bawah standar kesejahteraan. Padahal, menjadi seorang tukang becak bukanlah sebuah dosa. Tetapi, mengapa kerap dipandang rendah? Lalu, kikisnya becak akankah pula menjadi kikisnya rasa kebersamaan dan menajamkan persaingan antarindividu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H