Seekor burung, sekalipun memiliki sepasang sayap, apabila sayap itu tak dikepakkan mana mungkin ia akan bisa terbang. Begitu juga dengan sebuah harapan. Tanpa jerih payah, mustahil akan dapat diwujudkan.
Tak ingin seperti burung yang tak mengetahui fungsi sepasang sayapnya itu, para tokoh Nahdlatul Ulama Kota Pekalongan, khususnya yang berada di jajaran Lembaga Takmir Masjid (LTM) NU Kota Pekalongan, tengah bermantap hati untuk mewujudkan cita-cita mereka. Yaitu, menanamkan paham kepada generasi muda, agar hati mereka bersemayam di masjid.
Mengapa perlu? Seperti diungkap Ustaz Fatkhur Rohman, anak muda yang hatinya bersemayam di masjid merupakan salah satu golongan yang akan mendapatkan anugerah nikmat berupa surga. Sebab, ketika anak-anak muda sudah mencintai masjid, maka peran dan fungsi masjid bisa lebih hidup lagi. Bisa lebih dapat menjangkau ke segala lini.
Masjid bisa lebih semarak, bisa lebih makmur. Oleh karena, anak-anak muda masih memiliki energi yang lebih besar jika dibandingan dengan yanng sudah sepuh. Daya kreasi dan inovasi anak muda bisa lebih dikembangkan. Tentu, dalam koridor yang tidak menyalahi aturan main.
"Selama ini kan sudah dibentuk tuh remaja-remaja masjid di hampir seluruh masjid yang ada di Kota Pekalongan. Namun, aktivitas mereka masih bersifat parsial. Baru akan bergerak hanya ketika ada kegiatan-kegiatan besar atau kegiatan-kegiatan rutin mereka. Tapi, juga ada remaja masjid yang sekadar ter-SK-kan. Sementara kegiatan mereka bisa dibilang tidak ada," ujar Ustaz Fatkhur saat hadir sebagai narasumber di program Obrolan Seputar Agama Islam yang disiarkan lewat FM 91,2 Radio Kota Batik, Pekalongan.
Kenyataan itu cukup disayangkan memang. Anak muda yang notabene kaya akan gagasan dan kreativitas justru kontribusinya masih belum tampak di lingkungan masjid. Oleh sebab itu, LTM NU Kota Pekalongan, seperti diungkap Ustaz Fatkhur, berupaya mendorong remaja-remaja masjid agar lebih proaktif dan punya inisiatif dalam menjalankan peran mereka. "Minimal, sejalanlah dengan kami. Sehingga, bisa menghidupkan masjid," tukas pria yang memiliki segudang aktivitas itu.
Diakui pula oleh penggiat literasi di kawasan Pringrejo ini, kurang maksimalnya peran remaja masjid dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurutnya, tiap-tiap masjid memiliki permasalahan yang berbeda-beda. Akan tetapi, pada umumnya permasalahan utama yang menghambat kinerja remaja masjid adalah faktor sumber daya manusianya.
Di lain hal, perkembangan teknologi yang berjalan demikian pesat juga dipandang sebagai tantangan yang oleh LTM NU Kota Pekalongan perlu dijawab. "Kemajuan teknologi saat ini sudah membuat anak-anak remaja terlena. Bahkan, tidak hanya malas ke masjid, membaca buku, membaca Al Qur'an pun sudah sangat jarang dilakukan. Ini permasalahan yang juga mesti disikapi," kata Ustaz Fatkhur.
Dengan sedikit pancingan ide, saya lantas mengajukan usul yang asal saja sebenarnya. Usul saya, "Bagaimana jika pengelola masjid menyelenggarakan turnamen game online di halaman masjid? Ya, setidaknya sebagai langkah awalan untuk mengajak mereka supaya mau ke masjid dan meramaikan masjid. Sambil nanti diberi bekal pengetahuan atau juga semacam siraman rohani agar mereka tersadar begitu."
Kontan, pertanyaan itu disambut tawa ringan saja. Sebab, memang sepertinya tidak mungkin bisa dilaksanakan. Terlebih, kecil kemungkinan hal itu akan mendatangkan manfaat. Lebih besar kemungkinannya untuk mendatangkan mudarat.
Game online boleh dibilang merupakan candu yang justru memacu anak-anak remaja untuk selalu berambisi memenangkan permainan. Mereka bisa saja malah akan asyik main game di area masjid, sementara kegiatan-kegiatan yang lebih besar manfaatnya bisa saja mereka abaikan. Walhasil, harapan untuk mengumpulkan mereka dan membuat mereka aktif di masjid bisa saja ditelan angin.