Mohon tunggu...
Ribut Achwandi
Ribut Achwandi Mohon Tunggu... Penulis - Penyiar radio dan TV, Pendiri Yayasan Omah Sinau Sogan, Penulis dan Editor lepas

Penyuka hal-hal baru yang seru biar ada kesempatan untuk selalu belajar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berita yang Membosankan

24 Mei 2023   17:38 Diperbarui: 24 Mei 2023   17:43 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tumpukan koran (dok.pribadi)

Saya pernah ditanya oleh seorang kawan yang kebetulan bekerja sebagai wartawan. Dia baru saja memasuki dunia kerja beberapa bulan. Ia juga sengaja ingin menemui saya dan mengajak diskusi seputar yang jadi pekerjaannya sehari-hari.

Singkat cerita, selama ia menjalani pekerjaan barunya itu ada sesuatu yang ia rasa ganjil. Terutama, saat ia harus menuliskan berita tentang peristiwa-peristiwa formal macam peresmian gedung, kunjungan pejabat, pertemuan warga dengan pejabat, dan yang sejenisnya. Ia merasa bosan dengan gaya penulisan berita yang menurutnya begitu-begitu saja. Diawali dengan penyebutan nama acara dan nama pejabat yang membuka acara tersebut. Dilanjutkan dengan isi materi pidato atau sambutan pejabat dalam acara yang dihadirinya.

Padahal, menurutnya, isi pidato pejabat daerah itu terkesan begitu-begitu saja, monoton. Paling-paling sekadar ucapan terima kasih, apresiasi, dan dukungannya terhadap acara yang dihadirinya. Selebihnya, tak ada.

"Selalu begitu sambutannya. Bikin malas menuliskannya menjadi berita," tandasnya. "Sebab, nyaris tak ada kebaruan. Tak ada wacana baru yang segar dilontarkan dari pernyataan pejabat-pejabat itu. Bahkan, ada kebiasaan yang hampir sama dilakukan para pejabat daerah itu. Yaitu, menyampaikan ulang kalimat kunci visi misinya saat mereka berkampanye dulu," lanjutnya.

Mendengar itu saya masih tersenyum saja. Belum memberikan tanggapan apapun atas keluhan kawan saya itu.

Ia kembali melanjutkan, "Yang fatal, ada juga nih pejabat daerah yang nggak mengenal desa atau kelurahan yang dikunjunginya. Ia tak sampai menyentuh permasalahan desa atau kelurahan itu. Entah itu kisah-kisah tentang desa atau kelurahan itu atau mengenalkan tokoh sesepuh desa atau kelurahan itu dalam sambutannya. Kan aneh!"

Senyum saya makin lebar mendengar keluhan itu. Hampir-hampir saya tertawa. Tetapi, masih bisa saya tahan.

"Jadi, kesannya tuh podium acara hanya jadi ajang tebar pesona. Tetapi, tak menyentuh kehendak masyarakat. Podium hanya diisi dengan pidato-pidato kosong yang nyaris tak punya makna. Malah, yang lucunya lagi, di hadapan warga, pejabat daerah ini repot-repot menyampaikan hal-hal yang sifatnya sangat teknis, bukan kebijakan," lanjut kawan saya makin bersemangat.

Tak sanggup lagi menahan, dari mulut saya terletuplah tawa kecil. Lalu, saya tanyakan padanya, "Terus mau kamu apa?"

Sambil garuk-garuk kepala, kawan saya lantas membalas, "Ya, setidaknya mereka nggak begitulah. Itu sangat membosankan. Apalagi bagi saya yang mau menuliskan peristiwa itu jadi berita. Lha kalau begini terus, lama-lama beritanya monoton juga. Nggak ada yang seru untuk ditulis dan dibaca."

"Kan ada kesempatan buat wawancara setelah pejabat itu turun dari podium?" seloroh saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun