Mohon tunggu...
Ribka Asima Siallagan
Ribka Asima Siallagan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Saya memiliki minat yang mendalam pada ekonomi politik dan pendidikan. Saya tertarik untuk memahami bagaimana kebijakan ekonomi dan keputusan politik bisa berdampak pada akses pendidikan, kualitas pembelajaran, serta kesejahteraan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sinergi Kebijakan Moneter dan Makroprodensial: Kunci Stabilitas Ekonomi di Era Ketidakpastian

17 November 2024   08:10 Diperbarui: 17 November 2024   08:56 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: gramedia.com

Perekonomian global yang semakin tidak menentu, sinergi antara kebijakan moneter dan makroprudensial menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Data terbaru menunjukkan bahwa pada triwulan III-2024, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh di atas 5% yoy, didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Pertumbuhan ini mencerminkan ketahanan ekonomi meskipun terdapat tantangan dari ketidakpastian global.

Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6,00% pada September 2024, dengan tujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat rendah di 1,84% yoy pada September 2024, menunjukkan bahwa kebijakan moneter yang diterapkan berhasil menjaga inflasi dalam kisaran sasaran 2,51%. Ini penting untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif.

Kinerja sektor keuangan juga menunjukkan tanda-tanda positif. Rasio Non-Performing Loan (NPL) net perbankan tetap rendah di 0,78%, sementara kredit perbankan tumbuh 11,40% yoy menjadi Rp7.508 triliun. Ini menunjukkan bahwa sektor perbankan mampu mengelola risiko dengan baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi melalui penyaluran kredit yang sehat.

Dalam hal fiskal, APBN mencatatkan defisit Rp153,7 triliun atau 0,68% dari PDB, dengan realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.777 triliun. Belanja negara tumbuh 15,3% yoy, terutama untuk mendukung program-program pembangunan dan perlindungan sosial. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian global.

Kerja sama internasional juga menjadi fokus penting. Dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global, pemerintah dan BI terus memperkuat koordinasi kebijakan dengan lembaga internasional. Melalui forum G20 dan ASEAN, Indonesia berupaya untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam mengatasi tantangan ekonomi.

Secara keseluruhan, sinergi antara kebijakan moneter dan makroprudensial, serta dukungan kebijakan fiskal yang proaktif, menjadi kunci untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Dengan pertumbuhan yang diperkirakan mencapai 5,1% yoy pada tahun 2024, penting bagi semua pihak untuk tetap waspada dan responsif terhadap perubahan yang terjadi. Inovasi dan digitalisasi juga harus didorong untuk meningkatkan daya saing dan menciptakan peluang baru dalam perekonomian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun