Mohon tunggu...
Riazul Iqbal
Riazul Iqbal Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Penulis dari Aceh, Humoris, manis dan kalian dapat membaca tulisan Saya yang luar biasa Gratis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kapan Memilih Berani?

14 November 2016   16:25 Diperbarui: 14 November 2016   19:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang yang pergi, ingin kembali. ada yang mau kembali ke rumah. Dalam hal ini yang tidak setuju dengan pernyataan ini adalah orang yang rumahnya broken home. Pulanglah nak, rubahlah rumah itu dari  broken home jadi fixed home (rumah yang sudah diperbaiki). Ada yang kembali karena kerinduan, kenangan dan orang-orang yang dicintai di rumah.

Rumah dalam arti luas saya mau diartikan tempat kuliah atau tempat mereka bersekolah dulu.  Beberapa mahasiswa ingin kembali ke kampusnya, ingin mengajar atau ingin belajar lagi. Karena mungkin dulu non aktif, ini kembali aktif, dengan membayar kembali uang SPP semester 9. 

Kerinduan kadang pudar karena tak bisa kembali, misalnya yang kuliah keluar negeri. Tak bisa kembali kekampusnya, karena mengajar di kampus luar negeri, akan kena visa bekerja yang sulit urusannya, apalagi di Inggris. #soktahu

Saya merindukan IAIN Ar-Raniry, dulu waktu kuliah itu namanya, sekarang jadi UIN Ar-Raniry. Rindu serindu-rindunya. Rindu karena semua aspek, pernah tidur di kampus, pernah diusir dari kelas. Pernah mandi di sumur PKM yang dilihat oleh masyarakat luas kampus. Pernah terlibat berbagai aksi, berbagai organisasi, berbagai komunikasi dan sampai pada akhirnya daripada mengacaukan kampus lebih besar kami diundang oleh rektor, dikasih makanan enak diakhir bulan, disuruh redam emosi dan fokus pada perkuliahan.

 Saya menghayalkan kapan bisa kembali, bagaimana bisa kembali dan ngapain kembali? Pernah beberapa kali mencoba kembali dihari minggu karena minggu ke banda Aceh, tapi hasrat hati memeluk gunung, apa daya gunung beretus. Hari minggu kampus tak buka.

Didalam kerinduan yang hampir redam, terperciklah secercah harapan. Kawan dan handai taulan sejawat seperkuliah dulu mengajak kembali, walau sehari untuk memberi pencerahan ke kampus tentang blog. Walaupun baru sebentar nge-blog, tapi saya langsung mengiyakan.

Yang mengajar pertama adalah Mr. Masykur Mahmud, PhD. Beliau sudah menjadi dosen disana, lalu setelah pak dosen mengajak saya diserahkan sama Lilis Suadah. Beliau juga dosen dan satu leting dulu, seorang mahasiswi yang sangat pintar dan berwibawa. Kami sudah 3,5 tahun dulu kuliah bersama dan dia juga turut andil dalam beberapa kali mengisi KRS saya, dulu tidak mengerti KRS dan KHS jadi dia yang memilih kami masuk ke kelas mana. 4 tahun lilis tamat sedangkan saya belum tamat.

 rupanya setelah kesana setelah melihat perkumpulan dosen ada Mr. Saiful Akmal, yang dulu bersama-sama kuliah juga saat saya kuliah, beliau mengajar Translation 1. Setelah beberapa hari masuk, hari-hari berikutnya saya tidak masuk. Waktu itu lagi fokus kerja di NGO.

Ada juga yang sangat sopan, briliat dan baru melangsungkan pernikahan, Dzulgunar. Kami sedikit banyak berbagi cerita dalam berbagai kesempatan dari bangku perkuliahan. Kami duduk berbagi juga film. Dia memperkenalkan saya pada film Summer Wars yang luar biasa. Memadukan antara budaya dan teknologi.

Saya sudah di UIN, Hari ini 13-11-16. Menjadi pemateri dalam bidang blog untuk mahasiswa tapi lebih banyak mahasiswi. Saya hadir jam 7.56. hanya mahasiswa dan saya dan tak ada nama-nama yang saya sebutkan diatas.

Untunglah ada dua orang yang saya kenal dan menyebabkan saya bicara dengannya. Dia mirip vokalis yang menyanyi Aishiteru 1 dan 2. Lupa namanya siapa, ia mengisahkan kejadiannya mau masuk flp tapi ditolak panitia. Padahal dia layak saya kira.

Dan acara pun mulai, lampu padam. Padam bukan untuk memberikan efek hebat pada acara ini yang pemateri muncul dan lampu akan menyala pelan-pelan. Tapi ini listriknya benar-benar mati karena pemadaman bergilir. Tapi the light can be off but the spirit must go on.

Acara dilanjutkan tanpa pencahayaan palsu, hanya mengandalkan cahaya matahari. Diruangan yang panas pemateri pertama kak Fardelyn Hacky sudah berkuah-kuah mengasihkan akan materi, harus berputar-putar antara melihat slide di laptop yang kuat batere dia harus maju lagi kedepan membilang materi di slide kepada pemirsa di rumah yang sudah juga berkuah karena panas. Dan itu berlangsung sampai jam 10.50. giliran saya jam 11.00.

Keberapa orang jamaah anda sudah bisa bicara? Akan selalu menegangkan, gugup, grogi dan berkeringat kalau menghadapi banyak orang. Dan itu juga dimulai dari rumah, kita diajari berbicara dengan forum kecil, waktu dirumah forum keluarga, kemudian rapat desa, kemudian rapat di tempat kita menuntut ilmu.

Pertamanya memang kaku dan yang kita mau bilang ini, keluar itu. Yang mengajarkan untuk bicara banyak di rapat bagi saya adalah BEMA Ar-Raniry. Bang Khalid bang Putra Misbah, Bang Ansharullah dan lain-lain adalah pria-pria dibalik pertama-pertama saya disuruh pimpin rapat. Yah rapat BEM tak lebih dari 15 Orang.

Setelah tamat kuliah sudah masuk organisasi FLP, tidak juga punya jamaah yang besar, kadang Cuma 20 orang tidak lebih, sudah mulai bicara. Lalu ada acara besar FLP beberapa tahun lalu disuruh bicara di bawah panggung, untuk ratusan peserta, gugup terasa tanpa persiapan apa-apa tapi bicaranya Cuma lima menit, tentang buku yang baru diterbitkan yang ada nama saya dalam salah satu penulisnya.

Masih juga belum puas juga karena bicaranya terlalu terburu-buru dan bukan yang ingin saya sampaikan tersampaikan. Lalu datanglah Wada Irsyadi dikenalkan oleh bang Musmarwan untuk mereka akan membuat kegiatan besar-besaran memberikan materi tentang kepenulisan kepada Anak-anak Sekolah di seluruh Pidie. Saya salah satu yang diajak untuk menjadi pemateri. Dan itulah mulai langkah baru dalam bidang berdiri didepan dihadapan banyak orang.

Beberapa sekolah, beberapa acara melatih kita untuk berani, semakin kita banyak mengikuti acara, memberanikan diri untuk bertanya, walaupun pertanyaan agak konyol. Tapi bertanya saja untuk pemula supaya melatih seberapa berani kita. Itu yang saya lakukan sejak Smp kalau disuruh kepala sekolah mewakili sekolah ke Acara-acara. Malah kalau ada pengajian, kalau sesi pertanyaan. Saya suka bertanya padahal kadang jawabannya sudah tahu.

Akhirnya ini sudah di detik sebelum saya tampil untuk tampil, berusaha tenang. Berusaha masih bicara normal pada Masykur dan Gunar padahal sudah gugup luar biasa. Lalu pura-pura melihat laptop dan membaca bismilah lalu ke tengah audience, memberi salam dan berbicara.

Lalu ternyata kuncinya adalah persiapan, saya sudah bersiap-siap untuk bicara ini dua minggu lalu saat pertama dikabarkan, saya sudah cari-cari sama teman-teman blogger apa mereka memiliki slide materi tentang blog? Tak ada, saya baca-baca di internet apa itu blog dan apa masalahnya, walaupun sudah punya blog dan tau cara mengoperasikannya tapi baca-baca dan lihat-lihat adalah merecall kembali memori kita tentangnya.

Listrik masih mati dan slide yang sudah dibuat rapi saya abaikan dan bicara saja apa yang saya sudah pelajari berhari-hari, walaupun agak berputar-putar tapi hari ini luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun