Mematikan lampu adalah Hobi PLN Aceh selama ini,  sudah beberapa bulan Aceh Gelap-Terang. beberapa manusia di kota tergantung dengan alat-alat listrik, misalnya memasak nasi, mengaduk blender eh, mengaduk bumbu, menyimpan es dan sayur sehingga kalau listrik mati sayur akan  berbau tidak sedap lagi. Waktu kami muda dulu kami tak perlu lampu, itu sekitar di tahun 1934 sampai 1987 dulu warga Aceh memiliki panyet seurungkeng di setiap rumah, saat senja tiba, panyet mulai di hidupkan dengan memompa, mengecek minyak dan memasang kaus lampu, memasukan spirtus supaya cepat menyala, memompa-mompa dan lampunya menyala sampai tengah malam. makanya ada qoute di film bang Joni "Eh Malam, bek ho yang hu panyoet na Kah!" (tidur malam, Jangan kemana ada cahaya lampu disitu ada kamu) kalau ada pesta pernikahan dulu kami warga Kampung merayakannya malam hari. Di rumah pesta itu kami adalah membawa akan panyet (lampu minyak) semua ke lokasi pesta sehingga seluruh cahaya di kampung berpusat disana.
 Lalu sekarang adakah niat pemerintah untuk menyediakan listrik yang selalu hidup kayak Negara maju?  ada sedikit, mungkin.
 Tapi tidak Indonesia saja yang krisis listrik. Kemarin lihat di internet di sebuah tempat di Venezuela  operasi dilakukan dengan cahaya lampu hp karena di kota itu juga kekurangan energi. energi kadang di habiskan untuk berdebat, menghujat dan mencari ajaran sesat padahal sumpah serapah itu tidak baik dan tidak ada tuntunan dari Nabi.Â
 Tapi sebaiknya PLN harus dewasa dan lebih baik akhlaknya, misalnya kirim sms atau umumkan di koran/medsos kapan dimatikan kapan dihidupkan lampunya. Sehingga kami tidak di PHP dan tidak bête menanti kejelasan. Kerja sama lah sama Telkomsel seperti Apa Karya. Telkomsel kan sudah berpengalaman mengatasi kesepian warga yang jomblo dengan meng sms mereka tiap hari. Malah terkomsel dinobatkan MURI sebagai Operator yang paling banyak minta maaf sama pelanggan. Maaf pulsa anda tidak mencukupi… atau maaf nomor yang anda tuju tidak bisa dihubungi, cobalah beberapa tahun lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H